PROLOG

1.5K 60 0
                                    


Wonwoo menatap sengit ayahnya dan juga beberapa ahli keluarganya yang berada di ruang tamu besar itu. 6 pasang obsidi sedang menatap ke arahnya dengan pandangan memohon, simpati bahkan merayu ke arahnya. Apa-apaan ini? Setelah pulang dari kantor dalam kondisi yang melelahkan, Wonwoo hanya ingin berbaring di kasur lembutnya. Namun hal itu terhenti saat dering telefon berbunyi menunjukkan nama ayah di layar ponselnya.

Dan disini lah ia berada, rumah utama Tuan Jeon yang didiri khas untuk mengumpul ahli keluarga mereka. Wonwoo menatap satu persatu mata yang memandang ke arahnya. Sehingga mata tajamnya berhenti ke arah sepasang mata yang dari tadi menghindarinya, atau lebih tepat dibilang tidak fokus ke arahnya. Manik mata bulat yang berlegar-legar dan memerhati satu persatu anggota asing dengan penuh persoalan.

"Ayah pasti.. aku dengan dia?" Wonwoo bertanya setelah selesai menatap atas bawah mengimbas penampilan pertama pria yang memberi impresi buruk terhadapnya.

"Ayah dan ibu sudah bersetuju Wonwoo. Pernikahan akan dijalankan minggu hadapan. Kau -"

"Ayah!" Wonwoo berdiri. Menatap tidak suka keputusan sepihak yang diambil oleh ahli keluarganya.

Jeritan tersebut secara tidak langsung telah mengejutkan sosok yang sedari tadi terlihat kebingungan itu. Membuatkan ia menutup erat kedua telinganya sambil bergumam sesuatu yang tidak Wonwoo mengerti.

Ibunya di sisi lain sudah pun bergerak ke arah sosok itu, dalam usaha untuk menenangkan. Wonwoo juga melihat bagimana peguam daripada sosok itu turut mengusap belakang pria itu. Hal ini menyebabkan Tuan Jeon menoleh ke arah Wonwoo dengan pandangan murka.

"Tidak usah berteriak Jeon Wonwoo. Kau hanya akan menakutinya"

Wonwoo berdecih, sungguh marah akan situasi yang menurutnya menyebalkan ini. Wonwoo meraut surainya kasar, lalu melepaskan tali leher yang serasa mencekik dirinya. "Tapi Wonwoo mempunyai kekasih ayah! Bagaimana dengan kekasihku saat tahu aku akan dinikahi?!"

Helaan nafas gusar dan simpati terdengar. Anggota keluarganya yang lain tidak dapat membantah. In Yeop sebagai adik kecilnya juga hanya mampu mengusap belakangnya berharap Wonwoo lebih bertenang namun ditepis.

"Ayah akan menjelaskannya kepada Seokmin. Kau persiapkanlah dirimu. Ayah tidak menerina sebarang bantahan Wonwoo."

Wonwoo kembali menatap ayahnya tidak percaya. Bagaiaman semudah itu ayahnya membuat keputusan perpisahan antaranya dengan sang kekasih tanpa perbincangan. Wonwoo menggeleng, menikah bukanlah objektif kehidupannya. Apatah lagi bersama dengan seseorang yang tidak ia kenali. Tambahan pria itu... seorang yang mengalami spektrum gangguan autisme. Ayahnya benar-benar sudah keterlaluan.

"Maaf mencelah Tuan Jeon dan Wonwoo, ini adalah amanat terakhir Tuan Kim sebelum ia kembali. 20% saham dan harta akan diberikan kepada keluarga besar Tuan Jeon, 40% untuk Wonwoo sendiri setelah menikah dan 40% lagi harta milik anaknya."
jelas pengacara yang datang bersama dengan pria berketerbelakangan mental itu.

Pengacara resmi bagi keluarga Kim itu menyerahkan surat yang berisi kandungan wasiat kepada Wonwoo namun diabaikan. Tidak penting menurutnya. Keluarganya sudahpun kaya dan dia bukan seorang yang menggilakan harta apatah lagi sehingga harus mengorbankan perkahwinannya.

"Terlepas daripada semua itu, ini merupakan janji ayah kepada Tuan Kim, Wonwoo. Anak itu, sudah tidak mempunyai sesiapa untuk menjaganya setelah kepergian Tuan Kim dan istrinya. Ayah mohon Wonwoo.. menikahlah dengan Mingyu."

MATRIMONY [MINWON FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang