Wonwoo membuka mata saat merasakan usapan halus di mukanya, wajah tampan nan lugu dengan mata hitam bulat sedang menatapnya sayu. Namun saat Wonwoo bangun dari tidurnya, mata itu kembali berbinar sembari senyuman yang mulai muncul di bibir tipisnya.
"Selamat pagi, sayang." Wonwoo menyapa, suara seraknya terdengar jelas ditambah Wonwoo yang mengalami flu selama 2 hari ini setelah perdebatan hebat antara ia dan ayahnya.
"P-pagi Kak Won.." Mingyu membalas sembari mencapai gelas kaca yang berisi air putih untuk Wonwoo melegakan kering tenggorokan nya.
Selama Wonwoo sakit dua hari ini, Mingyu tetap setia di sampingnya, merawatnya di setiap malam yang Wonwoo tiba-tiba berkeringat dingin. Dengan wajah sedih tapi tetap berhati-hati untuk melakukan yang terbaik untuk suaminya. Melihat memar di pipi Wonwoo yang semakin surut, Mingyu mengeluh.
Wajah cantik Wonwoo memang tidak dapat ditutupi dengan memar tapi sedikit membuatkan Mingyu kesel kerana tidak bisa melindungi Wonwoo dengan lebih baik.
"M- maaf.."
Wonwoo segera membenarkan posisinya agar lebih dekat dengan Mingyu. Melihat pria yang lebih muda tiba-tiba memalingkan wajah, lalu menunduk setelah menatap wajahnya lama.
"Hey, kenapa kau minta maaf?" tanya Wonwoo sedikit panik saat melihat butiran air mata di sudut mata saat ia mengangkat wajah tampan itu untuk menatapnya.
Air mata yang kini jatuh begitu saja setelah mereka bertatapan, Mingyu kini terisak layaknya bayi sambil mencoba menghapus jejak air matanya dengan kasar. Wonwoo segera menghentikan pergerakan tangannya, takut jika Mingyu tanpa sengaja mencederakan wajahnya sendiri.
"Mingyu sayang.. shh.. tidak mengapa.." Genggaman erat di pergelangan tangan Mingyu yang sebelumnya mulai dilepaskan, mengambil alih dengan mengusap pipi dan bawah mata pria yang menangis itu.
Lembut, tenang, Mingyu merasakannya. Bagaimana usapan dan belaian Wonwoo sekali lagi bisa menenangkannya, ingin lebih dekat, ingin Wonwoo terus bersamanya, membelainya seperti ini.
"A-aku ga bisa n-ngejaga Kak Won d-dengan baik.." ucap Mingyu sembari kembali mengusap memar yang perlahan menghilang. Tuan Jeon benar-benar tidak mengontrol kekuatan tangannya saat ia melepaskan tamparan itu ke wajah anaknya sendiri.
Kini keduanya saling bertatapan, jarak yang terlalu dekat dan intim. Wonwoo yang bersandar di kepala kasur, dengan tubuh besar Mingyu yang kini duduk di antara kakinya. Wonwoo terdiam sejenak sebelum menghembus nafas lelah, ia merebahkan kepalanya ke bahu tegap Mingyu.
Memeluk pinggang yang lebih tinggi, "Bukan salahmu.. aku dan ayah yang bersalah."
"Aku kira ayah akan berhenti mengawal kehidupanku setelah aku mengikuti segala kemahuannya.. Tapi mendengar dia bertindak seenaknya di belakangku, aku kesal juga Mingyu."
"Apa terlalu sulit untuk ayah mempercayaiku, Mingyu?"
Kini Mingyu yang kembali membalas usapan lembut ke belakang badan Wonwoo, memberinya semangat dan perlindungan yang dibutuhkan. Setidaknya, Wonwoo lebih terbuka kepadanya sekarang. Setidaknya, Wonwoo memilih Mingyu sebagai tempat untuk ia pulang.
Suasana melankolis yang memenuhi ruangan kamar itu ditemani dengan rintik hujan yang tidak berhenti menghujani kota setelah beberapa hari ini. Mingyu tidak menjawab atau mencelah, hanya membiarkan Wonwoo mengeluarkan isi hatinya saat ini. Jika ia tidak bisa menjadi sosok pelindung, maka setidaknya Mingyu berjanji untuk menjadi sosok sandaran buat Wonwoo yang ia cintai.
"Kak Won.."
"Hmm?"
"A-aku di sini."
Senyuman lembut di wajah Wonwoo muncul beberapa detik, ia semakin mengeratkan pelukannya ke pinggang Mingyu. Menghirup bau nyaman dan harum yang dikeluarkan Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATRIMONY [MINWON FF]
Fanfiction⚠️ MATURED CONTENT ⚠️ Sebuah perjodohan klasik antara Jeon Wonwoo bersama pria keterbelakangan mental, Kim Mingyu. ⚠️ REMINDER : -BxB -Dominant Bottom x Submissive Top -Rate M -Read at your own risks