MATRIMONY [MINWON FF]

CH 4

Mingyu memandang canvas di hadapannya tidak berminat. Mingyu merasakan ia harus melukis sesuatu tetapi tangannya tidak ingin bergerak. Berus warnanya tidak mengeluarkan bunyi lembut seperti kebiasaannya. Sudah tiga hari seperti ini, Mingyu merasakan seperti ada sesuatu yang menganjal di hatinya. Membuatkan ia menjadi tidak nyaman dan tidak mampu melakukan rutin hariannya seperti biasa.

Hari ini Mingyu bersendirian di ruangannya. Canvas sudah pun diisi dengan cairan berwarna hitam. Mingyu ingin mengisi dengan warna yang lain, tapi ia bingung. Tidak tahu warna apa yang sesuai untuk dicoret. Wonwoo? Mingyu tidak tahu. Tapi Wonwoo bilang ia ke perusahaan dan akan pulang saat makan siang, iaitu saat jarum jam menunjukkan pukul 1.

Mingyu tidak tahu. Jika ia harus menunggu lagi atau tidak. Tetapi Mingyu tidak bisa untuk tidak melirik ke arah benda bulat di dinding kamar itu. Dirinya merasa seperti waktu bergerak dengan perlahan. Mingyu keluar daripada ruangan. Dadanya merasa sesak dan sedikit udara segar di belakang rumah agaknya bukan masalah. Mingyu tidak bimbang, Wonwoo bilang bibi Han akan menemani Mingyu saat Wonwoo pergi bekerja. Ia diawasi meski dalam jarak yang lumayan agar tidak menganggu Mingyu.

Mingyu duduk di pinggiran kolam renang, ingin merasai sejuknya air kolam itu. Mungkin ia bisa sedikit bertenang. Mingyu mengikuti dan mengingat hal-hal yang diajarkan oleh ibunya. Tapi tentu saja, ia masih kesal dan tidak ingin bicara kepada Wonwoo sejak pria itu melupakan janjinya.

Apa menghabiskan waktu bersama pacar membuatkan Wonwoo melupakannya? Mingyu bingung tentang apa yang dirasakannya. Gurunya tidak pernah menyebut perasaan ini kepadanya selain daripada gembira, marah, kesal dan sedih. Jadi Mingyu bingung, rasanya perutnya seperti ingin muntah saat melihat pria yang bernama Seokmin itu memeluk Wonwoo. Mingyu menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir adegan yang membuatkan ia kesal. Wonwoo tidak pernah memeluknya. Jadi kenapa?

Kenapa Wonwoo memeluk orang lain dan bukan Mingyu? Ayah Jeon bilang Wonwoo itu suaminya. Mingyu tidak bodoh untuk tidak tau akan perkara itu. Ibunya sudah pun menerangkan perihal itu saat dirinya masih hidup. Ah, Mingyu merasa hatinya berdenyut saat memikirkan orang tuanya.

Mingyu memainkan air kolam menggunakan jemari-jemari kakinya. Tenang. Lalu ada seekor kupu-kupu ungu terbang di hadapan mukanya. Cantik, persis suaminya. Mingyu menjulurkan tangannya ke hadapan, membiarkan kupu-kupu tersebut hinggap di jemarinya. Ia mengulum senyum, membayangkan wajah tegas namun cantik Wonwoo yang menatapnya. Mingyu mengerjapkan matanya pantas saat melihat kupu-kupu itu mulai terbang, mengikuti seekor kupu-kupu lagi berwarna biru.

Riak wajahnya terlihat datar namun keningnya mengerut. Helaan nafas terdengar pantas dan berat. Mingyu marah. Melihat sepasang kupu-kupu itu sedang bermain di tengah kolam tanpa dirinya. Kesal mengapa kupu-kupu itu hinggap di dirinya jika ia akan pergi bersama kupu-kupu lain?

Mingyu turun, kaki panjangnya mencecah dasar kolam. Kolam renang yang tidak begitu dalam airnya tapi tentu saja Mingyu, belum pernah diajarin berenang tanpa pelampung. Mingyu bergerak ke tengah kolam renang di mana kupu-kupu itu berada dengan langkah perlahan, tidak ingin ia terbang lebih jauh. Tangannya kembali dijulurkan, ingin menggapai kupu-kupu ungu sebelum ia kembali terbang, bersama-sama kupu-kupu biru ikut di belakangnya.

Mingyu menjerit, sedikit menendang-nendang air kolam menghasilkan percikan ke sekitarnya. Bibi Han yang menyiapkan hidangan tengahari itu kaget, berlari ke halaman belakang hanya untuk melihat Mingyu yang sudah mengangkat tangannya ke udara meminta pertolongan.

Nyatanya, kekesalan Mingyu menyebabkan ia tersadung kakinya sendiri sehingga tubuhnya hilang keseimbangan. Udara di tenggorakan Mingyu menipis diisi dengan klorin yang terhasil daripada air kolam. Perlahan-lahan Mingyu dengar bibi Han dan pengawal berteriak namun Mingyu melihat hitam. Layaknya canvas yang dicoretnya sebentar tadi.