Bab 19

1.3K 118 5
                                    

Happy Reading


Pagi ini Woozi dan Jeonghan pergi menuju Busan. Berbekal lokasi yang Dino kirim, mereka akan menemui Sohee.

"Apa kau yakin dia bisa kau bujuk?" Jeonghan

"Entahlah hyung. Sebenarnya aku juga ragu, tapi kita belum mencobakan?" Woozi

"Ya kau benar, aku berharap kita bisa berhasil. Dan tidak akan ada yang keluar." Jeonghan

"Apa alasan hyung tidak ingin aku keluar? Bahkan yang lain menyuruhku untuk keluar." Woozi

"Aku hanya tidak ingin ada yang pergi. Mau bagaimanapun kita merintis karir dari nol bersama-sama. Suka dan duka kita lalui bersama, dan aku tidak akan bisa kalau ada yang keluar." Jeonghan

"Kita akan segera sampai, nanti aku akan menemuinya sendiri." Woozi

"Kau yakin? Aku tidak bisa membiarkan kau pergi sendiri. Tempo hari dia menyewa pembunuh bayaran, dan kemungkinan sekarang dia bersama mereka." Jeonghan

"Aku berjanji akan baik-baik saja. Hyung tunggu saja di mobil bersama pak supir."

"Baiklah, aku akan menunggu disini. Bila ada apa-apa kau harus segera menghubungiku."

"Aku mengerti hyung."

Woozi lalu keluar, dia mengetuk pintu 3 kali. Tak butuh waktu lama seorang wanita paruh baya membukakan pintu untuk Woozi. Dan ternyata dia

"Mencari siapa? Tunggu, bukankah kau teman Sohee waktu SD?"

"Benar saya Woozi temannya Sohee, apa Sohee ada?" Woozi

"Sohee sedang pergi ke taman Yongdusan."

"Apa bibi tau kapan dia akan kemabali?"

"Bibi tidak tau, tapi biasanya dia akan lama. Kau bisa menyusulnya dia biasanya ada di menara."

"Baik bi, kalau begitu saya pamit dulu." Woozi lalu menuju ke mobil.

"Bagaimana? Apa alamatnya benar?"  Jeongan

"Benar, tapi Sohee sedang pergi ke taman Yongdusan." Woozi

Mereka lalu pergi ke taman Yongdusan. Mereka berharap bisa segera bertemu dengan Sohee.

...

Dino ia masih disibukan dengan setumpuk berkas. Sungguh papanya sangat tega memberi begitu banyak pekerjaan.

"Apa papa tidak mempunyai hati? Tangaku saja masih sakit tapi sudah disuruh mengerjakan semua berkas-berkas ini." Grutu dino

"Tidak usah banyak mengeluh. Kerjakan saja. Toh yang sakit itu satu tangan masih ada satu lagi. Papa mau pergi sama mama dulu kamu baik-baik di rumah." Papa Dino dari depan pintu yang terbuka.

"Pah, apa papa tidak mampu lagi membayar karyawan sehingga memberikan pekerjaan ini untukku?" Dino

"Jangan asal, papa mah mau bayar berapapun karywan juga bisa. Tapi selagi ada kamu ya kamu aja yang papa suruh."

"Halah alasan. Padahal enggak mampukan? Ngaku aja pah, kalau papa tuh udah bangkrut."

"Bangkrut? Papa bangkrut? Itu ga mungkin. Udah kamu kerjaiin itu semua terus kalau udah selesai kamu bisa istirahat. Udah lah papa mau kencan sama mama kamu dulu. Selamat tinggal anak durjana."

SENDIRI || Dino svtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang