Hyunjin X Yeji
Local short story
Ketika sang pangeran Zeldris yang di cintai oleh rakyatnya kerajaan Silva bertemu calon pendampingnya kelak putri Charlotte yang tak disukai kehadirannya oleh rakyat kerajaan Unsworth, apakah yang akan dilakukan ole...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yang mulia, sepertinya akan datang badai"
"Kita berhenti di desa selanjutnya"
"Di desa selanjutnya? Bukan kah itu pinggiran kota?"
"Kenapa?"
"Disana tempatnya rakyat jelata, jika beristirahat di sana, yang mulai tidak ada tempat yang layak, kalau kami sudah terbiasa tapi bagaimana dengan yang mulia"
"Vonson"
"Iya yang mulia"
"Kau pikir sebelum menemukanku, aku berada di istana? Ditempat mewah?"
Vonson terdiam
"Tenanglah, aku sudah mulai terbiasa, 3 tahun belakangan ini aku tak pernah lagi tinggal di tempat mewah, kau lupa?"
"Tidak yang mulia"
"Nah kalau begitu segera menuju desa"
"Tapi yang mulia"
"Ini perintah"
Vonson hanya bisa menghembuskan nafasnya dan menerima perintah
"Siapkan tenda untuk beristirahat, kita akan istirahat di pinggir desa Baan" titah Vonson
Begitu sampai di desa Baan, para pasukan langsung mendirikan tenda seadanya
"Yang mulia kemana?" Tanya Vonson
"Yang mulia pergi berkeliling desa, tuan"
Langit sudah semakin menggelap, Zeldris masih sibuk berkeliling desa, ia lagi lagi menemukan desa kumuh yang tak terawat, tak pernah di lirik oleh kerajaan, rakyatnya kelaparan, kekurangan gizi, air yang tercemar, sungguh memprihatinkan
Zeldris terus berjalan melintasi jalan setapak di desa Baan, ia sedang memikirkan bagaimana cara menghidupkan desa kumuh ini, Zeldris meneliti air, tanah, dan mata pencaharian warga desa, dalam sekejap Zeldris sudah meneliti desa Baan
Sebagai calon pemimpin sebuah negeri, Zeldris harus bisa menangani segala hal yang terjadi pada rakyat dan negara nya
Terlalu asik berpikir, Zeldris tak sadar hujan sudah mulai turun, guntur dan petir mulai terlihat dan terdengar, warga desa berlari kesana kemari memasuki rumah rumah mereka, rumah yang tak pantas disebut rumah, itu hanya sebuah pondok kecil lebih pantas disebut gubuk, bahkan terlihat beberapa orang beristirahat di dalam kandang kuda
Dari kejauhan terlihat Vonson berlari mendekat
"Yang mulia, badai telah datang, sebaiknya yang mulia segera kembali ke tenda"
"Kau mengejarku hingga kemari?"
"Yang muliaaaa" sepertinya Vonson sudah lelah
"Baiklah"
"Vonson"
"Ya yang mulia"
"Setelah kembali ke Silva, kau ingin jadi pengawalku?"