99. Inilah Ceritaku

2 0 0
                                    

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

TUGAS : Krisar
NAMA : Muhammad Laili Mukarram
JUDUL : Inilah Ceritaku
AKUN WP :

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

╔═════🎼•ೋ° °ೋ•🎼═════╗

Suatu hari di siang panas terik yang damai lagi sejuk ada dua sahabat yang sedang mencari sesuatu.

"Maksud kau itu yang mana, Bud?", ucapku sedang memandang pohon rindang yang tinggi di hadapanku itu.
"Itu... yang ada di ujung ranting kayu tak ada daunnya!" Menunjuk sesuatu yang dimaksudkan Budi.
"Oh, yang itu ya...", baru saja aku tahu apa yang dikatakannya.
Budi menyerahkan sepucuk ranting kayu panjang agar dapat meraih sarang yang ditujukan Budi, seorang teman terbaikku. Aku mengangguk pelan dan memastikan kembali sarang tawon yang ada di pohon itu dengan mata kepalaku sendiri. Aku coba meraih sarang itu dengan baik sampai terjatuh dari pohon tersebut. Namun, hal yang tak kami duga bakalan terjadi. Beberapa tawon keluar dari sarangnya dengan keadaan sangat marah dan terganggu dari keusikan kami, memborbardir sarang satu-satunya di atas pohon itu. Mereka menyerbu kami sambil kami lari terbirit-birit menuju rumah kami masing-masing. Kubanting pintu rumah sekencang-kencangnya sampai seisi rumah bergetar nyaring tanpa memerdulikan keadaan di dalam rumah walau sekecil apa pun. Kuintip sesekali melalui celah jendela samping pintu utama rumahku. Sepertinya serdadu tawon itu tidak masuk ke dalam rumahku. Leganya. Di dalam benakku.

Beberapa saat kemudian, aku membuka kembali pintu rumah dan melirik-lirik lagi apakah para serdadu  itu masih ada di sekitarku atau entah dimana. Budi pun juga ikut keluar dari rumahnya sambil senyum menyeringai sendiri. Tertawa lapas setelahnya. Tiada merasa bersalah.
"Kamu tidak apa-apa kan?", ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Ahhh, untung aku tidak apa-apa.", Aku pun ikut tertawa bersamanya di siang hari itu.

"Itulah salah satu cerita pengalaman masa kecilku bersama teman terbaikku yang kuberi judul "Dikejar Tawon" oleh karyaku untuk tugas bercerita kali ini. Sekian dan terima kasih atas perhatiannya." Sembari menutup buku dan berjalan ke tempat dudukku.
Satu kelas pun bertepuk tangan dengan sangat meriah, bahkan ada beberapa siswa yang tertawa terpingkal-pingkal mendengarkan cerita pengalamanku masa kecilku. Kududuk kembali ke kursi paling belakang di antara kursi Baihaki dan kursi yang entah kenapa aku malah lupa namanya. Benar-benar lupa.
"Hahaha... lucu sekali ceritamu, kawan.", kata Baihaki tertawa cengengesan.
"Iya, hehe...", kataku dengan malu-malu sendiri walaupun mereka tidak tahu bahwa aku sangat gugup sekali jika aku berbicara di hadapan banyak orang sambil memerhatikanku dengan seksama sejak saat itu. Apalagi bercerita tentang pengalaman pribadiku untuk diungkapkan lagi kepada khalayak ramah. Urrhhh... merinding aku jika melakukannya lagi.

Bel istirahat pun berbunyi.
"Baiklah, kita cukupkan dulu pelajaran kita sampai di sini. Bagi yang belum dapat giliran bercerita di depan kelas, silakan bersiap-siap setelah jam istirahat ini selesai." Bu guru Bahasa Indonesia menyudahi pelajaran di depan semua murid kelas 7B SMP Pelita Jaya, salah satu sekolah menengah pertama favorit di kotaku.
"Baik, bu." seisi kelas serentak menjawab perkataan Bu guru kami sekaligus merupakan wali kelasku pada saat itu.
Selang jam istirahat telah selesai, para siswa kembali ke kelasnya masing-masing dengan keadaan sudah kenyang dan bersemangat kembali untuk mengikuti mata pelajaran selanjutnya di kelas-kelasnya tersendiri.

Ya, begitulah sepenggal kisah kehidupanku dulu. Banyak sekali kenanganku yang sudah kutulis dalam buku catatan harianku sampai sekarang ini. Ahh... senang rasanya mengingat masa-masa sekolahku itu. Tiba-tiba teriakan seseorang dari ruang makan pun membuyarkan seluruh memori kisah hidupku.
"Adit, makan malam sudah siap!", teriak Ibu.
"Baik, ma."
Kututup buku kenangan masa kecilku itu di atas meja belajarku sambil merapikan barang-barang yang berserakan di dalam kamarku dengan tergesa-gesa. Kututup rapat pintu kamar tidurku agar ibuku tidak tahu apa yang telah terjadi di dalam sana tadi.

Krisar Member KFSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang