134. Belenggu Lara

8 1 0
                                    

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

TUGAS : Krisar
NAMA : Salwa
JUDUL : Belenggu Lara
AKUN WP : shiwastory

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

╔═════🎼•ೋ° °ೋ•🎼═════╗

Isi cerpen:

Kesejukan angin pagi hari itu membelai setiap inci kulit seorang gadis yang tengah memejamkan pelupuknya dengan lembut. Rambutnya yang lurus kemerah-merahan terkena hangatnya pantulan sang baskara.

Ashylla menghirup napas dalam-dalam, aroma nektar bunga yang melewati indra penciumannya seolah-olah mampu membersihkan tiap-tiap kotoran yang bersemayam di dalam paru-parunya. Tetesan embun menetes perlahan dari ujung dedaunan dan menciptakan kelembapan yang menenangkan.

"Mbak Ashylla." Sayang seribu sayang, gadis dengan netra coklat itu tidak sedang berada di tempat yang indah. Atmosfer tenang yang dirasakannya lenyap dalam sekejap setelah suara seorang lelaki itu bergema. Degup jantung yang sebelumnya berirama secara normal kini bertransformasi laksana bom waktu yang dapat meledak kapan saja.

"Mbak Ashylla." Lelaki itu mengulang, mengambil satu langkah sehingga berada tepat di hadapan Ashylla. Pandangannya berusaha mengamati paras gadis yang mulai berkeringat dingin itu dengan lebih jelas.

Ashylla menatap lelaki tersebut, ia dapat melihat sang ayah dalam sosoknya. Pernapasan Ashylla menjadi lebih dangkal, aliran darahnya berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun seakan-akan ada yang mengikat lidahnya untuk tidak bergerak sehingga mulutnya hanya terbuka tanpa suara.

"ASHYLLA! Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan?!"

Nathan, sebagai salah satu perawat lelaki di rumah sakit yang menangani kesehatan psikologis setiap orang itu, memahami apa yang sedang terjadi. Ia mencoba meraih telapak Ashylla untuk digenggam dan langsung memperoleh tatapan ketakutan dari sang empunya tangan.

Telinga Ashylla mulai berdengung, suara-suara itu terdengar begitu jernih dalam ingatannya. Kepalanya terasa sangat berat sehingga perasaan untuk memuntahkan isi perutnya mulai terasa. "Kamu pikir karir saya akan baik-baik saja jika kamu seperti ini?"

"Mbak Ashylla, ini saya." Nathan melunakkan suaranya, sadar bahwa kehadirannya yang tiba-tiba lah yang kembali membangkitkan gejala kecemasan Ashylla. "Mbak meninggalkan ini di apotek, saya diperintah untuk memberikannya." Ia mengulurkan kantung keresek putih yang berisi beberapa setrip obat, mencoba meyakinkan Ashylla bahwa kehadirannya di sini tidak untuk menyakitinya seperti skenario yang menempati pikiran gadis itu.

"Saya tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi jalan menuju puncak karier saya, jangan sampai kamu seperti mamamu!"

Ashylla mulai mendongak untuk menatap Nathan, sebelumnya ia tidak pernah berbicara dengan perawat lelaki ini sehingga perasaan tidak nyaman dan ketakutan tiba-tibanya muncul begitu saja. Telapak tangan Ashylla mencengkeram sedikit bagian dadanya untuk merasakan betapa cepatnya organ di bawah sana berdetak. "Seharusnya kamu biarin aku pergi tanpa obat itu."

Nathan dapat merasakan bahwa ketenangan gadis dengan busana semi-formal itu perlahan kembali, walaupun dengan pernapasan yang belum sepenuhnya stabil dan tetesan keringat dingin di pelipisnya. Ia tersenyum kecil, mengambil tempat kosong di samping sang gadis dengan mempertahankan jarak yang sopan. Musik yang berasal dari kegiatan senam pagi pasien rawat inap menjadi suara latar belakang percakapan mereka. "Oh, nggak mungkin. Obat ini penting karena membantu Mbak Ashylla sembuh."

Krisar Member KFSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang