131. Bisakah Aku?

3 0 0
                                    

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

TUGAS: Krisar
NAMA: Aqueila
JUDUL: Bisakah Aku?
AKUN WP: meaqueila

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

╔═════🎼•ೋ° °ೋ•🎼═════╗

Isi cerpen:

Srek

"Akh!"

Srek

"Akh!"

Cepat! Aku harus cepat! Mereka semakin dekat! Tidak, aku tidak boleh tertangkap! Ta-tapi kakiku sudah lemah, terlalu banyak darah yang keluar, terlalu banyak luka yang semakin terbuka, terlalu ... terlalu banyak tenaga yang sudah ku gunakan untuk menahan sakit ini. Tenagaku habis, bagaimana ini? Bagaimana?!

Aku tidak kuat lagi! Sungguh, a-aku, bisakah aku terlelap, aku lelah, pandanganku hanya tersisa bumerang, nafaskupun bahkan terasa akan terhenti dalam seperkian detik kemudian. Aku ingin mendengar suara seseorang, aku ingin pelukan, aku sangat ingin ... untuk berhenti berlarian. Hutan ini hanya gerbang kematian setelah berbagai penyiksaan untukku. Aku lelah. Dan, berakhir dengan satu kata, gelap.

Berhenti? Semuanya berhenti? Rasanya seperti aku tidak lagi memiliki tubuh, terasa melayang, mati rasa.

Aku merasakan usapan di atas kepalaku, sangat lembut. Samar-samar aku mendengar suara seorang wanita paruh baya yang sangat familiar,  ada jejak kekhawatiran dalam nadanya. Aku juga mendengar suara berat khas pria yang membuatku merasa nyaman dan ingin sekali aku mengeluh manja padanya. Mereka sepertinya tiba-tiba memanggilku setelah aku menggerakkan jari-jariku yang sebelumnya tidak kurasakan.

Sedikit demi sedikit aku merasakan tubuhku kembali, aku bisa menggerakkan tangan, kaki dan tubuhku. Akupun bisa menggerakkan kepalaku lagi. Dengan perlahan aku membuka mata, mengerjap membiasakan cahaya yang tiba-tiba masuk pada pandanganku. Dua wajah yang awalnya bumerang menjadi jelas, keduanya terlihat sangat familiar.

"Nak, bagaimana perasaanmu? Apakah masih sakit?"

"Dokter sudah disini, biarkan dia memeriksanya dulu."

Tiba-tiba seorang pria muda berjas putih khas seorang dokter datang memasuki pandanganku dan menghampiriku. Aku menatapnya sebentar lalu mengalihkan pandanganku kembali ke wanita dan pria paruh baya yang sangat familiar ini, mengabaikan apa yang dilakukan dokter itu padaku.

Ah, ya! Aku mengingatnya! Jelas sekali mereka berdua itu kedua orang tuaku, bagaimana bisa aku melupakan mereka?! Hah, sungguh anak yang tidak berbakti. Aku berusaha untuk tersenyum manis dengan bibir yang kurasakan sangat kering ini pada keduanya berharap mengusir kerutan di alis mereka, menghilangkan kekhawatiran mereka. Ibuku membalas senyumku dengan senyum bahagia dan ayahku tersenyum kecil dan mengangguk.

Tiba-tiba pundakku terasa di tepuk oleh seseorang di sampingku yang lain, pandanganku beralih pada dokter yang kini tersenyum padaku. Ia menggerakkan bibirnya dan berkata, "Baiklah, sekarang kamu baik-baik saja, hanya saja ada beberapa luka dangkal yang butuh beberapa waktu untuk sembuh. Lain kali, sebaiknya jangan berlarian sendiri lagi, ya. Aku tahu kamu pemberani, tapi bukan berarti kamu harus mempertaruhkan kehidupanmu sendiri. Masih ada orang yang sangat menyayangi dan tidak ingin kehilangan dirimu. Hei, kita berdua hanya berbeda beberapa tahun, mungkin kita bisa berteman, dan kamu bisa menceritakan semua yang kamu rasakan padaku?"

Suara berat yang asing namun lembut itu membuatku secara spontan menganggukkan kepala dan tersenyum, walaupun aku belum memahami apa maksudnya. Senyum mengembang di wajah yang menurutku cukup tampan itu, ia kembali berkata, "Baiklah, kamu istirahat dulu, jangan memikirkan hal-hal aneh apapun itu. Aku akan berbicara dengan kedua orang tuamu sebentar."

Krisar Member KFSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang