137. Lookism

13 1 0
                                    

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

TUGAS : Krisar
NAMA : Sera
JUDUL : Lookism
AKUN WP : MyBauuuu

𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜𒆜

╔═════🎼•ೋ° °ೋ•🎼═════╗

Isi cerpen:

"Jangan kasih dia donat! Nanti bisulnya nambah!"

"Lo gak jijik sama muka sendiri?"

"Jangan deket-deket ngapa! Geli banget gue liat muka lo."

"Punya muka urus, ke."

"Jerawat lo parah banget. Rawat apa."

Rentetan kalimat berkonotasi negatif terus terngiang dalam benak— serang relung jiwa tiada henti sebagaimana kaset rusak. Detak jantung mulai menggila begitu aku mendapati suatu makhluk kecil di pipiku.

Ini mimpi buruk!

"Kyaaaaa!" Aku melayangkan jerit histeris. Tak terima atas kehadiran penyakit yang mengubah seluruh hidupku.

Jumlahnya memang hanya satu. Setelah aku dinyatakan berhasil mengenyahkan seluruh penyakit bernamakan jerawat di wajah dua tahun lalu. Namun, kini penyakit itu kembali hadir, sontak aku panik dan tak mau lagi mendapati penyakit ini.

Segera aku ambil botol skincare terbuat dari kaca lalu melemparnya guna hancurkan cermin yang telah menampilkan sosok monster berjerawat. Oksigen di sekitar masuk berbondong-bondong, tak sekalipun memberikan paru-paru memprosesnya dengan normal.

Tidak! Akan lebih baik jika aku mimpi dikejar hantu semalaman, daripada mendapati jerawat di wajahku. Bagaimana dengan pacarku, teman-temanku, dan ibu tiriku yang baiknya melebihi Cinderella. Mereka pasti akan memcemoohku, membuangku, lalu memberi label pada diriku bahwa aku adalah monster jerawat yang jika didekati akan menular.

"Enggak! Aku gak mau jerawatan lagi! Aku gak mau!!!" Sebagai pelampiasan, aku lempar semua barang di kamar hingga kamarku seperti kapal pecah.

Aku tak peduli akan kondisi kamarku. Aku hanya ingin penyakit ini enyah dari kecantikan yang mati-matian aku perjuangkan.

"Pergi lo, pergi!" Ku tekan jerawat itu di pipi. Rasanya sangat sakit. Tak pernah sekalipun aku lupa bagaimana sakitnya jerawatan.

Selain wajah yang sakit, mental pun turut sakit akibat cemoohan orang-orang.

"Jerawat sialan!" Seluruh tubuhku bergetar begitu bayangan buruk masa lalu menghantui. "Hilang apa, hilang!"

Di tanganku sudah ada berbagai macam skincare yang biasa aku pakai— berharap jerawat sialan itu enyah. Namun, sudah tiga botol skincare dengan jenis berbeda tak jua berhasil hilangkan si sialan itu.

"Ayo, dong! Please hilang ... gue gak mau dijauhin lagi." Cucuran air mata tak ada hentinya mengalir— basahi pipiku bersamaan membeludaknya skincare.

"Tara? Kamu kenapa, Sayang?" Terkejut aku mendengar suara Mama tiriku. Segera aku menekuk lutut dan sembunyikan wajah di atasnya.

Bagaimana ini? Beliau pasti tak akan lagi menyayangiku, justru dia akan meninggalkanku seperti yang Bunda lakukan. Mengingat Bunda, aku kembali teringat beliau pernah mengurungku di kamar selama dua hari dengan alasan malu pada keluarganya sebab memiliki anak jerawatan sepertiku.

Hancur hatiku mendengarnya. Perlahan pula kepercayaan diri yang ku miliki mulai terkikis habis. Keyakinan kalau Mama akan memperlakukanku seperti Bunda semakin kuat.

Krisar Member KFSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang