Prolog

61 2 2
                                    

"Ohh Tidak!"
Fany bergegas merapikan barang - barang nya, memasukkan dalam tas nya. Jam 21.03 WIB. Dia harus pulang, ah, entah mengapa Dia lupa? Kalau malam ini Bundanya tidak lembur. Jika Dirinya ketahuan masih belum pulang, maka tak elak Sang Bunda akan menceramahinya hingga berjam-jam.

"Fan, buru-buru amat? Mau kemana sih?" tanya salah satu sahabatnya, terheran melihat Fany begitu tergesa-gesa. "Gue pulang duluan ya Ra'," pamit Fany, seraya menyampirkan tas ke bahu kanannya. "Tumben jam segini udah mau pulang aja? Tergesa-gesa pula, masih jam sembilan cuma lewat beberapa menit aja lho, Fan, gak usah buru-buru gitu, santai dulu." salah satu sahabat Fany pun ikut nimbrung, akibat melihat Fany tergopoh-gopoh.

"Duh, Gue lupa kalo malam ini Bunda gak lembur, Kalian tau kan, apa yang bakal Bunda lakuin ke Gue kalo jam segini masih belum ngeliat Gue gak ada dirumah?" kata Fany setelah usai membereskan barang-barangnya, dua Sahabatnya hanya mengangguk bersamaan, seakan Mereka telah ber-telepati untuk mengangguk bersama.

"Jadi Gue harus pulang duluan, maaf ya key, gak bisa nemenin Lo sampek nanti, Dara juga, Gue minta Maaf gak bisa pulang bareng." pamit Fany dengan tak enak hati. Dua Sahabatnya yang sejak tadi hanya termangu melihat Fany, kembali mengangguk, dan lagi-lagi secara bersamaan.

"Ya udah Key, Ra', Gue pulang ya, Bye!" melambai pamit, meninggalkan dua sahabatnya. "Ok, hati-hati Fan!" balas Dara melambai, seraya tersenyum lebar. Sedangkan Keyra hanya melambai tanpa kalimat apapun yang keluar dari mulutnya, serta senyum mengembang di wajah cantiknya.

___***___

Butuh Tiga Puluh menit untuk Fany sampai di rumahnya, dan itu pun dengan kecepatan di atas rata-rata, maklum, Basecamp Keyra dengan Rumahnya sangat membentang jauh, "Huft... untung tidak macet," syukurnya pelan, setelah melewati gerbang rumahnya yang telah di buka oleh Mang Udin.

Ia memasukkan Mobil sedan putihnya ke garasi dengan perlahan, memarkirnya dengan tepat,
"Mobil Bunda masih gak ada, jadi Bunda masih belum pulang." pikirnya logis dan menghela napas lega.

Fany segera keluar dari Mobil miliknya, sambil menyampirkan tas di bahu kananya, menutup kembali pintu mobil dan menguncinya, beranjak meninggalkan garasi menuju rumah, lantas kamar, terus berganti baju, lalu istirahat tanpa menunggu Bundanya pulang. Begitulah niatnya.

Ah, tapi apa boleh buat, Manusia hanya pintar merencanakan, tanpa tahu sesaat apa yang akan terjadi.

Setelah membuka pintu, langkahnya pun mantap terhenti, matanya terbelalak tanpa kedip.
Terperanjat Tiffany Aleandra Michael, mulutnya menganga, melihat siapa yang ada di hadapannya kini.

"Dari mana saja Kamu?" ya, dugaannya salah, Bundanya ternyata sudah menunggu di Ruang Tamu, menyilangkan kedua kakinya, dan memegang Ponsel. Sepertinya baru selesai menghubungi seseorang.

"Eh, Bunda, ternyata udah di Rumah? Kok, mobilnya gak keliatan Bun?" seketika Fany menetralkan perasaanya. Tak lantas menjawab, namun malah melempari pertanyaan lain, berusaha mengalihkan pertanyaan Bundanya, walau Ia tahu, itu takkan berhasil.

Fany menutup pintu, mengunci, dan berbalik, seraya melangkah mendekat pada sofa-sofa yang meraung minta di duduki. Senyum lebar terbit di wajah manisnya, memamerkan lesung pipit di kedua pipinya. Lantas duduk setelah meletakkan tas--yang bertengger di bahu kanannya-- ke pinggir sofa yang ia tempati, bersantai--tentu saja itu hanya ke-pura-puraan Fany, untuk menutupi ketakutan Fany terhadap Dania. Tak menghiraukan pandangan seram Bundanya, yang siap mengintrogasi lebih lanjut.

Dania tak menjawab pertanyaan Anaknya, Ia benar-benar geram terhadap sikap Fany, tidak pernah langsung serius jika di introgasi.
"Jawab Fany, Dari mana Kamu?" tanya Dania lagi, suaranya masih sama, tegas dan lantang. Fany yang menyandarkan bahunya dan kepalanya pun langsung siaga kembali, mencoba lebih sopan di hadapan Bunda.

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang