Chap. 2. Kenapa harus Aku?

41 1 2
                                    

Makan malam, Di Rumah.

Ku kira Kita bakal Makan malam bertiga kali ini, tapi ternyata tidak.

Tadi, Jam 16.36 WIB.
Persis setelah Keluarga Keyra berpamitan. Ayah di telfon oleh pihak Rumah Sakit tempat Ayah bekerja di negara ini.

Membuat Ayah harus berangkat lagi untuk bekerja, menangani pasien yang katanya sedang kritis.

Sebenarnya Ayah mendapatkan cuti selama Lima hari. Tapi Rumah Sakit tempat Ayah bekerja kelimpungan, kekurangan seorang Dokter.

Dari saking banyaknya orang sakit di hari ini.

Alhasil, hingga kini Ayah masih belum pulang, bahkan barusan ngasih kabar kalau tidak bisa Makan malam di rumah.

Aku hanya menghela napas pasrah, kecewa pasti juga ada, tapi mau gimana lagi? Toh, itu demi kebaikan bersama kan?

Bunda yang melihat ku kecewa hanya tersenyum, sembari mengelus bahuku pelan.

"Tidak apa, kan masih ada hari esok?" ucap Bunda menghiburku. Aku mengangguk saja.

"Makan ya... biar nanti cepet istirahat." Titahnya kemudian, tentu saja masih dengan seulas senyumnya.

Aku pun menurut, mulai menyendok Nasi dan lauk yang teronggok bisu di hadapanku.

Ku lirik Bunda masih tersenyum padaku, lalu menyusul untuk menyelesaikan makan malam yang... membosankan mungkin?

___***___

Setelah Makan malam, Aku langsung pamit ke Bunda untuk langsung masuk kamar. Karena ada tugas yang harus Aku selesaikan malam ini.

Baru saja Aku selesai dengan semua tugasku...

Tok... tok... tokk...

Ku dengar pintu kamar ku di ketuk, entah itu Bunda atau Bi' Sarah?

"Masuk aja, gak di kunci!" seruku dari dalam kamar, tanpa mengalihkan pandanganku, fokus meneliti semua tugas yang baru selesai ku kerjakan.

Ceklek..

Ku dengar pintu kamarku mulai ke-buka, hingga Aku memanglingkan netra ku untuk melihat siapa yang masuk.

Ternyata itu Bunda.

Ku lihat Bunda tersenyum sambil lalu menghampiriku, membuatku refleks membalas senyuman Sang Bunda.

"Udah selesai ngerjain tugasnya?" tanya Bunda kemudian. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ada yang harus Bunda katakan sama Kamu sayang, bisakah Fany mendengar apa yang ingin Bunda utarakan?" lanjutnya lagi bertanya, setelah yakin kalau Aku sudah selesai dengan semua tugas ku.

Selalu seperti itu, Bunda selalu minta izin dahulu untuk membicarakan hal yg penting atau tidaknya. Tentu, itu hanya berlaku untukku seorang.

Tapi Aku suka dengan cara Bunda yang seperti ini. Entah, mungkin karena kesannya sopan?

Dan, ini juga yang kusuka dari Bunda, Dia langsung to the point tanpa basa-basi.

Pernah suatu malam Aku kepergok pulang malam lagi, Bunda tidak langsung mengintrogasi ku seperti kemarin, tapi Dia malah menyuruhku untuk lekas mandi lalu istirahat.

Setelah ke-esokan harinya, Dia baru menegurku dengan cara izin dahulu seperti ini.

'Bolehkah Bunda bicara sayang?' Itu satu kalimat pertama yang di tujukan kepadaku di pagi itu, saat Kita sedang sarapan. Aku yang sudah rapi untuk berangkat sekolah pun lantas mengangguk.

Bunda tersenyum dan bertanya kembali.

'Tadi malam kemana? Kenapa baru pulang Jam setengah delapan?'

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang