Chap. 8. Pantai

23 1 3
                                    

Sesuatu yang harusnya tidak tumbuh,
malah menjadi benih yang begitu cantik.

Merangsang jiwaku untuk terus merawatnya.

Jangan! Jangan semakin besar!
Aku tidak ingin menyakiti diriku-sendiri.

Untuk luka, dan duka yang tergores pilu di hatiku.
Aku tidak ingin!

-Tiffany Aleandra Michael-

Hah... begini nih nasib orang kalau tidak membawa kendaraan sendiri, terdampar di halte bus samping Sekolah.

Mau bagaimana lagi? Ayah mengantarku, dengan alasan bahwa Ayah ada tugas di Rumah Sakit, mau tak mau, Mobil yang harus Aku pakai di-pindah-tangan-kan untuk Ayah.

Lagi-lagi Rumah Sakit! Katanya cuti lima hari, lah... ini? Masih empat hari udah work aja, dasar gak konsisten!

Tadinya sih mau ikut Dara, tapi pas mata pelajaran berakhir, dan deringan bel bergema, Dara langsung beranjak pergi tanpa sepatah kata-pun, tak memberi ruang bagiku untuk sekedar meminta maaf, atas kejadian di kantin tadi.

Alhasil, Aku mengurungkan niat untuk menebeng.

Ya iyalah! Kalau masih maksa bisa jadi perdebatan ronde ke-dua.

Namun otakku malah mengatakan Keyra, Ya, ikut Keyra saja, siapa tahu di-anterin sampai rumah? Hehe...

Tapi lagi-lagi harapanku kandas, ketika Keyra menghampiriku di kelas, bermaksud pamit untuk pulang bareng Kevin--pacarnya.

Ya, apa boleh buat? Aku tak punya pilihan lain, selain menunggu bus datang menjemput.

Sudah setengah jam Aku menunggu, tak ada tanda-tanda bus akan menarik penumpang. Aku mulai gelisah, bagaimana jika tak ada bus yang berhenti di halte ini? Oh, astaga... hari semakin sore.

Aku memutuskan untuk meminta ojek-online saja.

Tiii...t

Saat Aku mulai mencari ojek-online di benda canggih persegi ini, ada suara klakson yang membuat pendengaranku terganggu, menampilkan sebuah Mobil mewah tepat di hadapanku.

Aku mengernyit heran, bukan Mobilku, ataupun Mobil Bunda.

"Halo... Maaf telat!" Seru seseorang di dalam mobil, setelah membuka kaca jendela di pintu penumpang.

Aku terhenyak saat mengenal sosoknya, Ya, tidak salah lagi, itu Kak Ren.

"Fany, Ayo! Ini udah hampir ashar." Ajaknya.

Aku tersadar, tentu juga bingung.

'Bisa-bisanya dalam situasi seperti ini Kak Ren menjemputku?'

'Pasti ini akal-akalan Ayah lagi.'

Pikiranku seakan mengalir tanpa jeda.

Tak ingin lebih sore, Aku berdiri dan membuka pintu penumpang, Ya, kali ini pulangnya bareng Kak Rendra.

"Maaf ya, udah buat Kamu nunggu lama." Sesal Kak Ren sembari menjalankan Mobilnya.

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang