Chap. 5. ļÁ coffÉ

34 1 2
                                    

Dan disinilah Aku sekarang. ļÁ coffÉ.

Dengan secangkir Moccachino Caramel hangat menemaniku. Aku sengaja datang lebih awal dari waktu yang di janjikan, ingin lebih tenang di saat gempuran otak habis-habisan.

Entahlah, Aku benar-benar suka tempat ini, ruangan nuansa alam yang membuat mataku segar, di temani bermacam-macam minuman yang menggugah selera.

Sudah tak bisa ku hitung berapa kali Aku menikmati tempat ini.

Dan saat ini, lagi dan lagi, Kak Alice mengajakku bertemu di tempat favorite Kita. Tak bisa ku pungkiri, Kak Alice juga sama denganku, menyukai tempat ini, serta Ice Coffe espresso topping caramel.

Baiklah! Kita memang cukup dekat, maka dari itu, tak sedikit Aku tahu tentangnya.

Dan sedikit Informasi, Kak Alicia adalah gadis sopan, lembut dan suka tersenyum. bahkan dalam cara berbicara pun Dia tak pernah menggunakan Kata Gue-Lo.

Sudah cantik, ramah, suka senyum, sopan, lembut, intinya Dia itu adalah gadis idaman para lelaki, Aku saja seorang cewe tak bisa mengelak untuk tidak Kagum atas sosoknya.

Ah, mikirin Kak Alice membuatku tak habis pikir saja! Sikap Kak Ren yang tiba-tiba putus asa, yang katanya dulu ingin merjuangin Kak Alice bagaimanapun sulitnya, tapi kini? Lihatlah! Dia menyetujui perjodohan ini dan ingin mencintaiku? Apa-apaan ini? Kenyataan yang membuatku masih kepikiran hingga saat ini.

Klining... klining...

Bunyi bel di pintu menandakan ada yang masuk, Aku melirik ke arah pintu, sunggingan senyum ku patri kala melihat seseorang yang baru saja datang. Kak Alicia.

Ku lambaikan tanganku untuk memanggilnya, karena tak terlalu banyak pengunjung di hari ini, Kak Alice dengan mudahnya menemukanku yang sedang melambai ke arahnya.

Dia langsung tersenyum sembari menghampiriku.

Dan tanpa ku persilahkan, Ia duduk di hadapanku, dan memeriksa ponselnya.

"Ini masih kurang Lima menit dari waktu yang ku janjikan..." ucapnya, seraya mem-perlihatkan ponselnya padaku, lebih tepatnya, jam yang ada di layar HandPondnya.

"...jadi Aku masih belum lambat ya... dan gak usah bilang maaf juga karena kamu menungguku." Imbuhnya, setelah menaruh benda canggih itu kembali ke dalam tasnya.

Sontak Aku tersenyum mendengar penuturan Kak Alicia barusan.

"Hmmm... gak usah minta maaf kok, Kakak kan gak pernah bunuh orang, jadi gak salah." Cerocosku bercanda, melepas tawa ringan bersama.

Kak Alice memanggil seorang pelayan wanita, memesan sebuah minuman yang sudah Ia favorite-kan sejak dahulu. Ice Coffe espresso topping Caramel.

"Udah tadi banget ya nungguin?" Tanyanya kemudian, setelah pelayan wanita itu pergi untuk menyiapkan pesanan Kak Alice.
Aku menggeleng, "masih sekitar sepuluh menit kok, gak lama." sahutku.

"Lumayan lama mah itu." kalimat Kak Alice barusan hanya di balas senyuman olehku.

Tak butuh waktu lama, pelayan wanita tadi datang dengan membawa nampan di tangannya, tentu saja, Dia menghampiri Kami, bermaksud mengantar pesanan Kak Alice.

"Kenapa ?" Pertanyaan Kak Alice langsung menciptakan kerutan di dahiku. Bingung.
"Maksudnya ?"

Kak Alice tak langsung menjawab pertanyaaku, Dia menyeruput Ice Coffe miliknya dahulu.

"Kenapa datang awal maksudnya." jelasnya kemudian. "Ooohh... yang jelas dong tanyanya..." seruku, menciptakan cengiran di wajah cantiknya.

"Kangen aja sama tempat ini Kak, lama gak mampir." Kak Alice mengangguk-angguk paham, tersenyum.
"Aku tahu kamu suka tempat ini, makanya Aku ajak kesini saja." Baku, itu adalah salah satu ciri-ciri Kak Alice jika berbicara. Tidak selalu baku sih, tapi keseringan aja.

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang