A Dream

Chap. 10. Luka

Apa sebenarnya yang Kau cari?
Rasa nyamankah? Atau... hanya perhatian saja.

Aku sudah terjebak,
Namun mengapa Kau menangis?
Tak adakah sosokku dalam balutan hatimu?
Tak adakah rasa nyamanmu dengan jiwaku?

Lantas...
Apa sebenarnya yang Kau cari?
Jika dengan rasaku dan adaku saja Kau tak cukup.

Bukan!
Aku hanya ingin, Kau tidak menganggapku layaknya bunga yang Kau nantikan kehadirannya ketika musim kemarau, namun malah Kau biarkan Aku berjatuhan ketika musim gugur.

-Tiffany Aleandra Michael-

Siapa yang bisa menjamin, bila jatuh cinta akan selalu indah? Tidak ada!

Saat ini saja, Jiwaku remuk redam, menyesakkan dada dengan banyak tusukan, tak ada darah, namun terluka.

Aku tak percaya dengan apa yang kulihat kini, bukan! Itu pasti bukan Kak Ren! Tapi nihil, mau bagaimanapun Aku mengelak, Pria yang berada di hadapanku ini adalah Kak Ren.

Mataku memanas, sungguh, ini sangat menyakitkan.

Dentuman musik menggema, dengan lampu-lampu yang membuat mataku semakin sakit, Aku tak mau melanjutkan langkahku.

Ya, lebih baik Aku pergi dari tempat menjijikkan ini.

Ku balikkan langkahku, menuju pintu yang masih terbuka lebar, mencari kunci mobil dalam Tas miniku. Ah, sial! Mengapa disaat keadaan seperti ini malah sulit sekali menemukannya.

Aku tetap fokus mencari kunci Mobilku, sembari berlari meninggalkan tempat yang tak pernah ku sukai.

Dapat!

Sesegera mungkin Aku menghampiri Mobil, membuka kunci pintu dan memasukinya. Dengan tergesa, Aku nyalakan mesin Mobil dan segera meluncur.

Entah mau kemana malam ini? Aku hanya ingin menenangkan diriku, meredakan emosi dan berpikir positive.

Air Mataku meleleh, tak tahan rasanya Aku memendam rasa sakit ini, sungguh, ini benar-benar melukaiku! Aku tak tahu jika cinta sesakit ini, Aku tidak tahu jika Cinta selelah ini.

Apa Aku akan bertahan menghadapi segala kemungkinan kedepannya?

Lalu, bagaimana jika Aku tak dapat berjuang?

Bagaimana jika Aku menyerah duluan?

Maafkan Aku Kak Alice, bukan Aku tidak mau mengabulkan pintamu, Aku hanya tak ingin menjadi benalu dalam diri Kak Ren, Aku tidak mau.

Bukan karena Aku tak ingin mengabulkan pintamu lagi, Aku tak siap jika Aku harus merasakan sakit seperti ini terus-menerus.

Bagaimana kalau Kak Ren tidak pernah bisa mencintaiku?

Aku hanya akan menjadi orang jahat di hidupnya, Aku tidak ingin menjadi orang jahat, tidak! Aku tidak ingin!

Ku tepikan Mobilku. Ya, hanya ini tempat yang bisa Aku tuju, tempat yang membuat Aku tenang tanpa ada orang yang tahu Aku disini, bahkan dua sahabatku saja tak tahu jika Aku sering kesini.