Chap. 12. Mimpi Buruk

17 2 0
                                    

Memaafkan memang bukan hal yang mudah,
Tapi entah mengapa, Aku begitu sempurna menyembunyikan kemarahanku darimu.
Atau...
Ternyata Kau sadar jika Aku cemburu?
Hanya saja, Kau berlagak layaknya tidak tahu apa-apa?

-Tiffany Aleandra Michael-

Malam begitu mencekam bagi seorang balita yang terbalut dress pink, mata bulatnya tak berhenti menangis, tangan mungilnya terus bergerak, berusaha meraih seorang wanita yang duduk tak berdaya di sisinya.

Ya, wanita yang sudah tak bernyawa di sampingnya adalah ibunya.

Dia benar-benar haus, sejak tadi sore tak ada asupan makanan, ataupun minuman yang masuk membasahi tenggorokannya. Bahkan ASI yang Ia rindukan pun tak dapat Ia nikmati.

Wajah cantik itu pun meredup, kian tak punya energi untuk sekedar merengek, suara nyaring yang menggema sontak lirih, hanya menyisakan tangis tanpa suara.

Namun, tetap saja, Dia begitu kelelahan, energinya terkuras habis, hingga di matanya, dunia begitu gelap. Ya, Dia tak sadarkan diri.

Balita yang baru berumur setahun itu benar-benar pingsan, menciptakan hening di halte dekat SMA. Nirwana.

___***___

Lagi-lagi Aku terbangun akibat mimpi aneh, keringat dingin mengucur membasahi dahiku, dengan nafas memburu bak di kejar hewan buas, entahlah, sebenarnya apa yang tersirat dalam mimpi barusan?

Di halte, samping SMA. Nirwana. Ya Tuhan, sebenarnya apa yang ingin engkau tujukan pada hambamu yang penakut ini? Jangankan mencari tahu asal muasal mimpi yang ku alami, cukup mengingat dua insan tak berdaya, dengan darah mengotori bajunya saja membuatku tersengal pening.

Aku memutuskan menghidupkan lampu tidur, terbangun dari mimpi yang mencekam, dengan ruangan gelap membuatku semakin merinding.

Lalu Aku beranjak dari kasur, meraih segelas Air untuk ku minum, cukuplah sampai malam ini Tuhan, Aku benar-benar tak tenang memikirkan mimpi mengerikan seperti barusan.

Apalagi, ini sudah kesekian kalinya Aku bermimpi hal yang sama.

Konon katanya, jika terus menerus mendapatkan mimpi yang sama selama tiga kali, menandakan jika mimpi itu kenyataan, atau ada pesan tersembunyi yang harus Kita pecahkan rumus masalahnya.

Dan Aku?

Sudah lebih dari tiga kali!

Apa yang sebenarnya terjadi? Dua makhluk yang sedang telentang tak berdaya, bersimbah darah pula. Oh Astaga... Aku mendesis ringis mengingatnya.

Alhasil, Aku benar-benar tak tenang, memikirkan mimpi barusan yang menimpaku.

Aku mengusap wajahku frustasi, berusaha menghilangkan ingatan tentang mimpi mengerikan yang ku alami.

Apa jangan-jangan, semua ini ada kaitannya dengan diriku?

Siapa yang harus Aku tanyakan untuk menjawab semuanya?

Haruskah Aku mencari penafsir mimpi?

Tapi siapa?

Letaknya juga dimana?

Hey! Seseorang, help me please!

___***___

Huft... Kenapa pula Aku harus bertemu dengan Kak Rendra di pagi buta seperti ini? Menyebalkan!

Bukannya Aku tak memaafkan kelakuannya waktu itu, bahkan dari hati kecilku yang paling dalam ini, sudah tertulis bahwa Aku memaafkan perilakunya. Hanya saja, mengapa Dia tak mengeluarkan kata yang harusnya Dia lontarkan padaku?

A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang