Part 3. Belajar Menggigit

7.6K 715 39
                                    

03

Suara kicauan burung dengan sinar matahari yang menyorot lembut wajahnya membuat Jaemin membuka kedua matanya. Erangan pelannya terdengar kesal. Cahaya hangat matahari itu membuat tidur Jaemin terganggu. Mau menutup mata dengan lengan juga sudah percuma.

Jaemin menoleh, tidak mendapati Haechan yang tidur di sebelahnya. Dan saat dia menoleh ke arah lain, Jaemin tersentak kaget saat melihat 3 orang pelayan sedang menunggunya

"Selamat pagi, Tuan. Anda ingin berendam air hangat? Pangeran menyuruh kami untuk membantu Anda mandi."

Jaemin bangkit duduk. "Aku akan mandi sendiri."

"Tapi ..."

Jaemin menggeleng, "Tidak apa. Aku akan mandi sendiri, Haechan tidak akan marah. Nanti bantu aku berpakaian saja."

"Baiklah. Kami akan menyiapkan airnya."

Jaemin mengangguk. Dia menatap kamarnya yang luas sekali. Tidak banyak barang. Dia menatap pergelangan tangan kirinya. Benar-benar tidak ada bekas. Jaemin pikir, semalam mimpi.

Ngomong-ngomong, semalam adalah tidur paling nyenyak yang pernah dia rasakan. Anak itu tersenyum, dia bangkit berdiri setelah pelayan memberi tahu kalau airnya sudah siap.

Para pelayan mulai membereskan tempat tidurnya Jaemin yang berantakan. Menunggu dengan sabar Jaemin yang sedang mandi sendiri.

Selang 20 menit, Jaemin keluar. Dia langsung digiring menuju ruang ganti. Membantunya untuk berpakaian.

"A-ah!" Jaemin menahan napasnya saat pakaian yang dia kenakan terlalu ketat. "Ini terlalu sempit."

"Ah! Tuan, maaf. Ini ukuran sebelumnya."

Jaemin mengernyit. Ukuran sebelumnya? Apa sebelum kejadian buruk itu menimpa?

Setelah berpakaian, Jaemin mematut tubuhnya di cermin. Rambutnya ditata rapih. Dia menatap pakaiannya. Tubuhnya terlihat tenggelam, membuatnya semakin terlihat kecil.

Kedua pipinya menggembung. Dia benar-benar harus memberikan sedikit lemak dan daging pada tubuhnya sekarang.

"Silahkan."

Jaemin menoleh, dia memakai sendalnya. Anak itu berjalan keluar. Masih memperhatikan pakaiannya. Kenapa pakaian kerajaan harus seribet ini, sih?!

"Pangeran sudah menunggu Anda di ruang makan."

Jaemin mendongak. "Aku ... tidak tau di mana ruang makannya."

"Ada yang mengantar Anda di luar, Tuan."

Jaemin terdiam sesaat. Dia mengangguk. Berjalan keluar dari kamarnya. Melihat seorang ksatria sedang menunggunya. Jaemin segera diarahkan menuju ruang makan.

Matanya terus memperhatikan interior kastil. Pajangan-pajangan khas vampir, patung, lukisan dan sejenisnya.

Sejujurnya, ini terlalu gelap. Bukan tipe Jaemin yang suka warna-warna pastel.

Saat sampai di ruang makan, bukan hanya ada Haechan. Tapi ada Renjun, Jeno dan seorang anak kecil. Jaemin mengerjap. Dia berjalan dengan kikuk. Ada pria dewasa lainnya yang tidak Jaemin kenal juga.

"Selamat pagi." sapa Haechan. Bukan, tapi semua orang.

"P-pagi ..." jawabnya pelan. Dia duduk di kursi sebelah kanan Haechan yang masih kosong. Tadi seorang pelayan menarik kursi itu saat dia kebingungan mau duduk di mana.

"Tidurmu nyenyak?" tanya Haechan yang mendapatkan anggukan dari Jaemin.

Dalam seumur hidup, Jaemin tidak pernah makan bersama keluarga. Tidak pernah sama sekali. Makanya, dia terlihat begitu gugup sekarang. Sangat terlihat.

ETERNAL » HYUCKNA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang