Part 24. Hutan Gelap

4K 459 20
                                    

24

Jaemin membuka kedua matanya. Mengerjap pelan. Lalu ringisannya terdengar. Dia melirik ke segala arah, ingin mengatahui dia ada di mana sekarang.

Tubuhnya dia paksa untuk bangkit. Memperhatikan tempat yang entah kenapa dia bisa ada di sini. Terakhir Jaemin ingat, dia tertidur di atas salju. Hampir saja mati kedinginan yang untungnya dia bisa bangun sekarang.

"Di mana aku?" gumamnya, Jaemin memperhatikan pakaiannya. Masih sama seperti yang kemarin, beberapa lukanya sudah diobati. Jadi, dia diselamatkan? Tapi, oleh siapa?

Jaemin menurunkan kedua kakinya. Keningnya mengerut. Jaemin memperhatikan kamar entah rumah yang dia tempati. Banyak benda-benda aneh yang tertata rapih.

Bukan aneh sebenarnya. Hanya saja, itu terlalu kuno untuk Jaemin lihat. Tapi, tempatnya bersih. Sudah dipastikan ada yang tinggal di sini.

Jaemin bangkit, dia berjalan ke arah meja. Ada sebuah rak, buku-buku dan beberapa tungku kecil. Jam dinding juga cermin kecil. Jaemin memperhatikan wajahnya yang lebih pucat dari sebelumnya.

"Kapan terakhir kali aku menggigit Haechan?" gumam Jaemin, dia menunduk untuk menatap tangannya. Hembusan napas leganya terdengar saat dia tidak kehilangan 2 cincin dari Haechan.

Suara benda jatuh terdengar. Jaemin menoleh cepat, melihat cahaya oranye terbang cepat untuk bersembunyi darinya. Jaemin mengernyit, dia mendekat ke sumber suara. Sebuah cawan jatuh dari tempat seharusnya. Jaemin memungutnya, memperhatikannya cawannya lebih intens.

Kembali Jaemin menoleh ke kiri saat mendengar suara melengking. Namun langsung hening seketika. Jaemin meletakkan cawan yang dia pegang, beralih ke lemari kecil yang ada di atas meja.

Tangan kanannya terangkat. Ingin membukanya. Keadaan benar-benar hening, Jaemin bahkan bisa mendengar suara degub jantungnya sendiri.

Lagi, suara benda terjatuh terdengar. Jaemin dapat dengan jelas melihat sesuatu yang terbang keluar. Jaemin melangkah cepat, membuka pintunya dan seketika dia membeku.

Jaemin tidak tau ini di mana. Tapi, tempat yang dia datangi sangat berbeda. Ada satu pohon tepat di sebelah rumah, melindunginya dari terik matahari. Daun berwarna oranye tampak berguguran, menutup rerumputan hijau sempurna. Halamannya tidak luas, ada dua buah anak tangga. Samar-samar juga Jaemin mendengar suara aliran air.

Kedua kaki telanjangnya melangkah keluar. Jaemin menginjak bebatuan yang digunakan sebagai jalan. Senyum di wajahnya terlihat. Walaupun agak kebingungan. Di sini musimnya telat, ya?

Jaemin melangkah menuju bawah pohon. Semilir angin menyapa wajahnya. Sampai entah datang dari mana, sesuatu menabrak pipinya. Jaemin menangkapnya saat sesuatu itu bersiap kabur.

Mata bulatnya memandang apa yang dia pegang di tangan kanan. Jaemin berkedip. Dia melepaskannya membuat apa yang dia pegang tadi, melesat tepat terbang menjauhinya.

"Fairy?" gumam Jaemin. Dia memunduk saat merasakan aliran air yang terasa sejuk. Jaemin tersenyum senang. Dia menghentak kakinya di air, membuat air menciprat ke mana-mana.

Jaemin tertawa riang. Jaemin menyukai musim gugur. Semua warna oranye dengan daun berguguran memiliki pemandangan yang berbeda. Begitu memanjakan mata.

Beberapa peri kecil yang sejak tadi bersembunyi di berbagai tempat, langsung keluar dengan perlahan. Mereka saling menatap lalu terbang perlahan mendekati Jaemin. Selain aura vampire, tidak ada aura jahat yang mereka rasakan. Jadi, mendekati Jaemin adalah pilihan yang tepat.

Jaemin sadar, dan dia tetap bersikap tenang. Bermain dengan air atau menyingkirkan daun yang tidak sengaja jatuh di atas kepalanya.

"Kami tau kau tidaklah semurni bangsa vampire."

ETERNAL » HYUCKNA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang