Part 29. Kudeta?

2.8K 364 62
                                    

29

Makan malam yang diadakan tanpa persetujuan Haechan, akhirnya terlaksana. Jaemin duduk anteng di sisi kanan Haechan, dia memperhatikan para bangsawan yang datang.

Kepala menteri ada di sini, dan Haechan masih belum mampu melebihi pangkat apa yang menteri itu miliki. Haechan memang seorang Pangeran, tapi kalau menyangkut tentang pemerintahan, ketua menteri masih berada di titik tertinggi.

Keadaan akan berbalik kalau Haechan sudah menjadi Raja.

Jaemin menatap hidangan yang tersaji. Pemuda itu melirik ke arah Haechan yang dari raut wajahnya, dia memikirkan banyak hal. Tatapannya beralih ke Jeno. Pria itu ikut, namun tidak duduk bersama. Dia akan menyingkir saat makan mulai dilakukan.

Sebagai seorang sekretaris, Jeno harus selalu berada dekat dengan Haechan.

Dan saat makan dimulai, Haechan yang melakukan pertama lalu disusul oleh yang lainnya. Mereka berbincang pelan, membahas sesuatu yang tidak ingin Jaemin dengar.

"Saya dengar, pernikahan Tuan Muda dan Pangeran dipercepat?"

Jaemin terdiam, dia menoleh ke wanita yang duduk di sebelahnya. Berpenampilan anggun dan tidak neko-neko. Sebagai seorang bangsawan, dia terlalu sederhana. Apalagi saat menghadap ke Pangeran langsung.

"Seharusnya itu hal yang bagus bukan? Tuan Muda akan langsung dilantik menjadi Ratu tak lama setelah Pangeran naik tahta." lanjutnya dengan masih menggunakan nada yang sama.

"Aku tidak pernah—" Jaemin menghentikan ucapannya saat dia sadar, akan ada yang salah dengan ucapannya. Namun, sepertinya wanita bangsawan di sebelahnya sadar dan tau betul kalimat apa yang akan Jaemin ucapkan setelahnya.

"Benar, Anda masih terlalu kecil." Wanita itu tersenyum, "Makanya, kami berkumpul di sini untuk membahas selir Pangeran."

Keadaan langsung hening sesaat setelah wanita itu berbicara. Jaemin menatap makanannya dengan tidak berselera. Semua pasang mata seolah tengah menatapnya sekarang.

"Karena sudah dibuka," Suara ketua Menteri terdengar, "Akan saya katakan; Pangeran, Anda perlu selir untuk kelangsungan kerajaan. Makanya, di sini, ada Tuan Muda dari keluarga Kim. Kalian seumuran, dan Tuan Muda Kim sudah lebih dari cukup umur untuk berada di kerajaan."

Jaemin meremat sendok yang dia pegang. Dari ekor matanya, dia melirik ke Haechan yang hanya diam. Jaemin ingat betul, Haechan tidak pernah berbicara tentang selir. Pria itu juga nampaknya tidak menginginkan selir di kerajaannya. Lagipun, sudah tidak pernah ada selir semenjak kematian Kakek buyutnya.

"Semasa di akademi, dia adalah murid yang pintar. Dia juga mempelajari apa saja yang ada di kerajaan, itu adalah hal yang bagus untuk Anda yang akan naik tahta sebentar lagi."

Orang yang Menteri bicarakan, hanya diam dengan senyum manis terukir di wajahnya itu. Dia tampak malu sekaligus bangga. Ya walaupun gelar yang akan dia dapatkan hanya seorang selir. Tapi, itu cukup bagus.

Diamnya Haechan membuat orang-orang menerka, apa jawaban yang akan Haechan berikan. Mereka tau betul, secinta apa Haechan dengan Jaemin. Mereka membawa harapan besar pada Tuan Muda Kim agar Haechan menerimanya.

Pemuda Kim begitu sempurna. Cocok untuk dijadikan pendamping. Apalagi pasangan Haechan. Mereka akan saling menguntungkan.

Besar kemungkinan Haechan akan menolak, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba.

Jaemin ketar-ketir di tempat duduknya. Rasanya semua orang menyuruh Jaemin melakukan sesuatu agar Jaemin mampu membuat Haechan menuruti apa kata perdana menteri.

"Aku tidak ingin bersama dengan anak haram Anda, Perdana Menteri."

Jawaban Haechan mampu membuat semua orang menahan napas. Ada kekesalan yang mereka sembunyikan.

ETERNAL » HYUCKNA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang