Part 16. Permintaan

5K 548 37
                                    

16

"Tidak mau. Pokoknya aku tidak mau."

Seperti sebelumnya, Jaemin juga menolak untuk belajar tata krama. Menurutnya, itu adalah hal yang tidak penting sama sekali. Jaemin sudah lebih dari mengerti tata krama di atas meja.

"Bekumpul bersama anak kecil itu menyebalkan, mereka hanya fokus berbangga dengan harta orang tua mereka. Pamer kekayaan dan bertindak sesuka hati karena status sosial." jelas Jaemin, dia berkacak pinggang. "Jadi, aku tidak akan mau belajar tata krama."

"Bagaimana kalau kalian minum teh bersama?"

"Aku akan menolak. Tidak peduli kalau aku dikatakan sombong."

Haechan mengangguk mengerti. Dia berjalan meninggalkan Jaemin sendiri di kamar untuk mandi. Haechan butuh itu.

Jaemin membaringkan tubuhnya di ranjang. Menatap langit-langit kamar Haechan. Sedetik kemudian, kepalanya menoleh ke arah jendela. Memperhatikan langit malam yang penuh dengan taburan bintang.

Lebih dari 20 menit, Haechan keluar dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Jaemin menoleh, kembali memandang Haechan yang baru keluar dari kamar mandi.

Tapi, sepertinya tindakan Jaemin salah. Dia malah jadi melihat tubuh terbentuk Haechan yang bisa dikatakan sempurna. Jaemin menelan ludahnya, melihat tetesan air dari rambut Haechan, ke rahang tegasnya lalu ke leher dan dada bidangnya.

Dadanya nyaman sekali untuk jadi sandaran. Apalagi sandaran hidup.

"Aku punya penawaran bagus." Haechan berjalan mendekati Jaemin tanpa susah-susah memakai piyama tidurnya lebih dulu. "Satu gigitan untuk setiap pelajaran yang kau dapatkan."

Jaemin mengerjap. "Satu gigitan?" beonya, dia melirik perut Haechan. Kulit tan milik Haechan seolah mengundang Jaemin untuk menyentuhnya.

"Benar. Aku akan membiarkanmu menggigitku setiap malam setelah kau selesai belajar dengan Doyoung." jelas Haechan, dia menyisir rambut basahnya ke belakang.

Kedua mata Jaemin sedikit membulat melihat hal itu. Wajahnya pun terasa hangat. Ternyata efeknya luar biasa. Pantas saja mantan kekasihnya dulu sangat posesif.

"Bagaimana? Mau tidak?"

Jaemin berdehem. Mencoba menghilangkan kegugupannya. Beralih memikirkan tawaran Haechan daripada pikiran tidak senonohnya itu.

"Satu gigitan saja? Sepuasnya tidak?"

"Kalau begitu, aku juga harus mendapatkan hal yang sama."

Jaemin bangkit duduk, dia mengetuk dagunya dengan jari tangan kanan. Tawaran Haechan sangat menggiurkan. Tapi, belajar tata krama dan tetek bengeknya sangat menyebalkan.

"Apa aku ada pelajaran dansa?"

"Tentu saja ada. Menyambut tamu, menuangkan teh, cara makan yang benar. Kau akan mendapatkan semuanya."

Jaemin menatapnya, "Kenapa tidak Haechan saja yang mengajariku?"

"Aku sibuk, dan lagi, Doyoung guru yang cocok untukmu." balas Haechan, dia mengusap lehernya sendiri. "Mau tidak? Aku hanya memberimu satu tawaran saja."

Jaemin menatap leher kokoh Haechan. Jaemin akan nyaman sekali kalau melingkarkan kedua tangannya di sana. Mendekapnya erat dan menghirup wangi Haechan.

"Tapi, Doyoung seperti ... Dia guru yang galak."

"Benarkah?"

"Dari wajahnya, dia tipe guru yang dibenci 80 persen siswa."

Haechan terkekeh mendengarnya. Dia kembali bangkit, berjalan menuju ruang dress. Memakai piyamanya walaupun yang dia kenakan hanya celananya saja.

ETERNAL » HYUCKNA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang