Part 19. Jaemin adalah Bukti

4.9K 533 43
                                    

19

Bermain salju bersama Chenle adalah hal yang menyenangkan walaupun Jaemin hanya bisa menggunakan 1 lengannya. Untungnya, Nara bersedia membantu dan itu membuat pekerjaan mereka jauh lebih mudah.

Emang dasarnya Chenle masih kecil, masih memiliki rasa penasaran yang tinggi, dia dengan tampang polos dan santainya memukul lengan kanan Jaemin yang patah.

Hanya butuh waktu 1 detik untuk Jaemin menjerit. Chenle langsung mundur menjauh, panik dan kebingungan. Dia pikir, Jaemin tidak akan berteriak seperti itu.

Penghuni kastil yang mendengarnya, langsung mendatangi mereka. Jaemin sedang ditenangkan oleh Nara yang sama-sama panik, sementara si pemuda Na hanya mampus menangis dan menyentuh lengannya.

"Ada apa?" tanya Haechan, napasnya cukup memburu karena panik dan lelah berlari.

"Anu ... Lengannya dipukul oleh Tuan Muda Lee."

Haechan langsung menatap Chenle yang wajahnya makin pucat, pipinya merah entah karena dingin atau ketakutan. Lalu, sedetik kemudian anak itu menangis. Saling bersahutan dengan Jaemin.

Tubuh mungil itu diangkat oleh Mark yang juga datang. Dibawanya pergi. Jeritan Chenle sembari menunjuk-nunjuk Jaemin tidak Mark pedulikan. Dia harus membawa anaknya pergi lebih dulu.

Haechan menggendong tubuh Jaemin pelan-pelan. Membawanya menuju kamar dan menyuruh seseorang untuk memanggil tabib.

Rasanya linu sekali, tangan Jaemin bahkan hampir mati rasa dibuatnya.

"Tidak apa, tidak apa." bisik Haechan. Sampai di kamar, dia duduk dengan Jaemin yang berada dipangkuannya.

"Sakit!" pekik Jaemin. Matanya masih mengeluarkan air yang membasahi pipinya. Tampak begitu menyedihkan, "Pindahkan, pindahkan sakitnya!"

Haechan hanya mengangguk. Dia mengusap wajah Jaemin yang basah karena air mata. Rambutnya lepek, Jaemin masih bisa berkeringat di saat hari sedang dingin-dinginnya.

Jaemin terisak, dadanya naik-turun. Rasa sakit di lengannya sampai ke hatinya, membuat Jaemin ingin berteriak dan mengomeli siapa saja. Vampire muda itu benar-benar tidakk menyangka akan mendapatkan pukulan pada lengannya.

Tabib datang dan segera memeriksa Jaemin. Memeriksa lengannya. Pria tua itu juga memberikan obat untuk meredakan rasa nyeri di lengannya. Dan saat tidak ada yang dikhawatirkan, tabib izin pergi. Meninggalkan Haechan dan Jaemin sendiri.

"Tidak apa," bisik Haechan. Dia menggigit bibir bawahnya sampai berdarah.

"Tapi, sakit ..." cicit Jaemin, kepalanya didongakkan oleh Haechan dan pria itu langsung menciumnya. Memasukkan darahnya sendiri ke dalam mulut Jaemin.

Jaemin memejamkan matanya erat. Haechan tau sekali untuk mengalihkan perhatian Jaemin.

~

Dengan masih berbekal sisa air mata di bulu mata juga isak tangis, Chenle meminta maaf pada Jaemin karena sudah memukulnya. Chenle tidak tau kalau itu sakit, salahnya juga karena asal memukul.

"Sudah, tidak apa." Jaemin mengusak rambut Chenle dengan tangan kiri, "Berhenti menangis, aku sudah baik-baik saja."

Chenle merengsek mendekatinya, duduk di sisi kiri Jaemin. Memeluk tubuh yang lebih besar darinya itu erat. Mengucapkan maaf berkali-kali. Dia takut kalau Jaemin tidak mau bermain dengannya lagi.

"Lenganmu tidak akan bengkak, 'kan?" tanya Renjun.

Jaemin menggeleng tidak tau, "Entah. Tabib tidak mengatakan apapun. Tapi, aku rasa akan sedikit bengkak."

ETERNAL » HYUCKNA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang