Part 22. Kericuhan

3.6K 461 36
                                    

22

Langkah Jaemin berhenti di depan pintu aula. Semua tamu sudah berkumpul memenuhi ruangan luas penuh bunga dan makanan itu.

Satu tarikan napas Jaemin ambil lalu dia hembuskan perlahan. Namanya disebut lantang disusul oleh pintu besar di depannya yang terbuka oleh ksatria.

Tangan Jaemin sedikit bergetar. Tidak terbiasa dengan hal seperti ini. Hanya saja, setakut apapun dia sekarang, Jaemin tidak dapat lari. Dia melangkah perlahan, memperhatikan banyaknya pasang mata yang memperhatikan dirinya.

Kakinya menuruni undakan tangga satu-persatu. Memastikan dia tidak bersandung atau salah pijakan. Dan sampai akhirnya, keduanya hanya berbeda 2 undakan tangga.

Tangan kiri Haechan terulur dan Jaemin segera menggapainya. Haechan menggenggam tangannya lembut, mendekatkan punggung tangan Jaemin ke mulutnya. Menciumnya lembut.

Pipi Jaemin memanas. Apalagi saat telinganya mendengar bisikan para tamu. Para Lady memandang iri. Apalagi Haechan tampak begitu romantis dan Jaemin sesempurna itu.

Berapa lama dia bersiap?

"Apa aku pernah bilang kalau hal paling cantik adalah nebula kupu-kupu?" tanya Haechan yang mendapatkan gelengan dari Jaemin. "Sekarang, aku akan membantahnya. Kalau boleh jujur dan berlebihan, kau lebih cantik dari nebula kupu-kupu itu."

Pipi Jaemin semakin memanas mendengar ucapan Haechan, "Berhenti mengatakan hal itu. Aku malu, mereka mendengarnya." cicitnya, dia meremat genggaman tangan Haechan.

Haechan tertawa pelan. Dia mengajak Jaemin ke area dekat para pemusik. Mereka siap dengan piano dan biola yang dipegang.

Acara sore itu akhirnya dimulai. Jaemin tidak dibiarkan sendiri. Kalau bukan Haechan, Renjun atau Yangyang akan menemaninya. Chenle sendiri anteng duduk dengan berbagai kudapan di piringnya.

Suara dentingan gelas dan sendok terdengar. Semua mata langsung menatap ke arah Haechan. Pria itu berdiri dengan pakaian resmi kerajaan. Tidak semewah itu, masih cukup sederhana juga.

Awalnya, Haechan mengucapkan terima kasih pada para tamu yang sudah datang. Lalu, disusul dengan memperkenalkan Jaemin dan niatnya mengadakan pesta mendadak ini.

"Aku mengambil Jaemin dari keluarga Na untuk jadi pasanganku. Pendamping hidupku juga Ratu yang akan memerintah bersamaku nanti."

Jaemin mendengar suara tepuk tangan juga ucapan selamat. Dukungan juga tidak luput dari pendengaran Jaemin.

Haechan mengambil sesuatu yang Jeno sodorkan padanya. Calon Raja itu mendekati Jaemin yang sekarang berdiri sendirian karena Renjun mundur perlahan menjauhinya.

Jaemin berdiri kaku. Dia melirik para tamu, lalu kembali ke Haechan yang sekarang berdiri di depannya. Jaemin mendongak agar tatapan mereka bisa saling bertubrukan.

"Aku tidak ingin mengatakan banyak hal karena melihatmu setiap hari, sudah jauh lebih dari cukup." Haechan tersenyum, dia mengambil tangan kanan Jaemin. "Jadi, Na Jaemin, aku memintamu untuk jadi teman hidupku. Kau mau?"

Dan tidak memerlukan banyak detik waktu untuk menjawabnya. Jaemin mengangguk. Untuk apa dia menolak kalau Jaemin sudah benar-benar jatuh pada pesona Haechan. Pria itu baik, bahkan sangat. Tidak pernah mengomelinya walaupun Jaemin menghancurkan dinding kastil.

Bersama Haechan, sudah lebih dari cukup untuk mengobati hati Jaemin yang pernah terluka.

~

Jaemin menatap cincin yang melingkar di jarinya. Cincin yang sama seperti cincin milik Haechan. Jaemin tersenyum. Rasanya hangat.

Apa ini perasaan bahagia?

ETERNAL » HYUCKNA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang