Part 1. Penjelasan

11.1K 802 16
                                    

01

Jaemin berjalan melewati lorong yang terlihat menyeramkan baginya. Dia kebingungan, Jaemin seperti orang linglung.

Lukisan-lukisan dengan lentera yang terpasang terlihat begitu ketinggalan jaman. Bahkan dari dinding dan lantai yang dia pijak juga tampak begitu kuno.

Sepi, hanya beberapa pelayan saja yang terlihat membersihkan lukisan atau lantai.

Pipinya dia garuk pelan. Jaemin benar-benar kebingungan. Dia di mana? Kenapa semuanya terlihat aneh dan pucat? Apa neraka memang seperti ini? Tapi, dari cerita yang dia dengar, akhirat tidak seperti ini.

"Jaemin, sayang, jangan berkeliaran sendiri. Kondisimu belum membaik."

Jaemin nyaris jantungan saat orang yang dia lihat pertama saat membuka matanya kemarin, berada di sebelahnya. Secara tiba-tiba. Jaemin tidak tau bagaimana pria yang jauh lebih tinggi darinya itu bisa tiba-tiba berada di sebelahnya.

"Ayo kembali ke kamar, kamu harus memulihkan energimu. Aku tidak ingin kau kenapa-napa."

Jaemin entah kenapa bisa begitu menurut. Walaupun jiwa bar-barnya ingin kabur. Tapi, tempat yang dia datangi sekarang terlihat begitu asing. Yang bahkan, listrik saja tidak ada.

"Berbaring saja di sini, aku akan menyuruh pelayan untuk mengambilkan makanan untukmu."

Jaemin diam, memperhatikan pria berpakaian bangsawan yang duduk di atas ranjang sama dengannya. Mengusap pipinya lembut. Juga tatapan dalam dan hangat yang dia berikan.

Perut Jaemin sedikit tergelitik. Dia merasa semua ini tidak asing. Tapi, jelas-jelas hal ini sangat asing.

"Tu-tuan ..."

"Ah! Ah! Jangan memanggilku seperti itu. Panggil aku seperti biasanya. Haechan."

Jaemin mengerjap, dia memilin selimut yang membungkus kakinya sampai pinggang. Haechan tersenyum, dia beralih menyentuh leher Jaemin. Yang lebih muda, berjengkit kaget. Dia menjauh, menyentuh lehernya pelan.

Bukan. Bukan karena ingat dia yang dicekik oleh mantannya. Tapi, dia merasa kalau tangan Haechan terasa begitu dingin.

Haechan tersenyum teduh, "Tidak apa kalau Jaeminku tidak mengingat apapun. Asalkan Jaemin sudah kembali." katanya membuat Jaemin merinding.

"Aku ... anu itu—"

Tok! Tok!

"Pangeran, saya membawa makanan."

Haechan bangkit. Dia berjalan menuju pintu. Meninggalkan Jaemin yang kebingungan setengah mati. Bukannya Haechan terus berada di kamarnya, lalu kapan dia meminta makanan pada pelayan? Dan tidak ada ponsel di sini.

"Jangan gunakan otak cantikmu itu untuk berpikir terlalu keras."

Jaemin berkedip. Dia bingung. Sungguh. Sebenarnya apa yang terjadi di sini.

"Kau terlihat sekali bingungnya."

Tentu saja. Jaemin awalnya hidup di dunia yang sudah sangat modern. Bukan hidup di dunia antah berantah seperti sekarang. Tempat tinggalnya bahkan sangat tinggi. Yang sejauh mata memandang, hanya hutan yang Jaemin lihat.

"Aku akan menjelaskannya, tapi makan dulu, ya. Kau sudah 2 hari tidak makan, pasti lapar."

Jaemin menatap nampan yang sekarang berada dipangkuannya. Sepiring bubur dengan gelas berisi cairan merah. Jaemin mengernyit, dia kembali menatap Haechan.

"Kau mau aku menyuapimu seperti biasanya?"

Jaemin menggeleng. Dia memakan buburnya cukup terburu. Yang untungnya tidak membuat Jaemin tersedak.

ETERNAL » HYUCKNA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang