Orang Kedua

721 28 3
                                    

'Sahabat yang sudah kamu anggap bagian dari hidupmu, membohongimu. Jika kamu berada di posisiku, apa yang akan kamu lakukan?'

***

Ku pikir semua bakal baik-baik saja karena kita sudah berteman sejak lama. Aku percaya dia dan menyayangi persahabatan ini. Kita sudah lama bersama namun nyatanya kenapa akulah yang jadi orang jahat di sini. Aku benci diriku dan dirinya yang tidak mau jujur padaku.

Namaku Ria Kristiani dan dia Adinda Dewi Pertiwi, kelas 2 SMA, selalu bersama di kelas yang sama. Kami sudah berteman sejak kanak-kanak tepatnya sejak TK, kami sekelas dan pernah bertetangga. Namun setelah lulus SD dia dan keluarganya pindah rumah tepatnya kompleks sebelah, itupun tidak jauh dari rumahku hanya beda gang. Kami masih berteman hingga sekarang dan keluarga kami juga dekat, jadi terkadang kami sering menginap di rumah masing-masing yang sudah kami anggap sebagai rumah sendiri.

Adinda gadis yang baik dan ramah, aku menyukai sifat pribadinya itu walau dia sedikit pemurung dan kurang bergaul dengan teman kelas lainnya, aku selalu membantunya untuk bergabung menemaninya. Kita sudah seperti anak kembar yang tidak bisa di pisahkan, begitulah persahabatan kami yang sering dikatakan orang-orang.

Hari itu adalah harinya. Dimana kami saling berbagi perasaan masing-masing, dimana kami mulai merasakan indahnya masa SMA, dimana perasaan terhadap lawan jenis mulai muncul, begitulah masa yang mendebarkan di bangku kelas 2 SMA.

"Dinda, lihat itu loh."

Aku berbisik di belakang Adinda sambil tersenyum malu-malu  dan bersembunyi di belakang tembok dengan posisi Dinda yang berada di depanku.

Saat ini kami tengah mengintip seorang pria incaran ku tengah berbicara dengan teman-temannya di koridor. Aku segera memutar tubuhku memunggunginya ketika pria incaran ku berjalan melewatiku bersama teman-temannya. Setelah cukup jauh, pukulan ringan mendarat di bahu Adinda gemas.

"Lihat itu loh Din, ganteng kan? Aku suka dia."

Aku menatap pria incaranku dari kejauhan bersama Adinda yang juga melihat kearahnya.

Setelah sosoknya menghilang, aku menoleh ke arah Adinda.

"Bagaimana menurutmu, Din? Ganteng kan? Cocok gak kira-kira sama aku?" tanyaku semangat.

"Hm..." Adinda tampak berfikir namun tidak lama dia tersenyum kearahku.

"Jadi, kamu suka Raska?" tanya Adinda.

Aku terkejut karena Adinda mengenal nama pria itu dan membuatku senang.

"Kamu kenal dia? Dimana? Kok gak bilang-bilang sih," sungutku.

"Tidak, aku tahu dia karena satu tempat les. Kami tidak dekat," jawab Adinda.

"Oh, pasti dia terkenal sekali di sana kan? pasti banyak cewek-cewek naksir sama dia," ucapku.

Adinda mengangguk, "iya, mungkin."

Aku tersenyum merangkul bahu Adinda, "kapan-kapan kenalkan aku dengannya, kalian kan satu les."

"Tapi aku tidak dekat dengannya." Adinda secara harus menolakku.

"Ayolah Din, jangan bilang kamu juga suka dengannya?" Aku menatap selidik pada Adinda.

Adinda tampak terkejut lalu menggeleng cepat, "enggaklah, mana mungkin."

Aku terkekeh kecil, "ya sudah, kalau gitu bantu aku ya, ya."

Adinda menghela nafas berat dan akhirnya mengangguk. Aku tersenyum senang karena berhasil membujuk Adinda. Akhirnya aku bisa dekat dengan Raska, pria incaranku.

***

Ke esoknya, aku berjalan bersama Adinda tengah menghampiri Raska yang duduk di pinggir lapangan sehabis olahraga. Kebetulan pada jam olahraga kelas kami dan kelas Raska di gabung, dan saat ini waktunya jam istirahat. Adinda berada di depanku dan aku bersembunyi di punggungnya gugup. Adinda pun sama gugupnya.

Short Story' 3 - Proses Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang