"Bukan Jen, Momy kamu cuman cemburu sama tukang buburnya, katanya si mbak yang jualan bubur itu selingkuhan Daddy."
"Hah? Ko bisa sih Mom?" seketika otak cerdas milik Jenandra susah mencerna perkataan sang Daddy.
"Dih itu kan emang selingkuhan kamu," ucap Momy sembari mendelikkan matanya.
"Kamu tau Jen, Daddy kamu ini setiap pagi sama sore pasti beli bubur di sana, dia bukan suka buburnya tapi suka sama yang jualannya. PASTI!!" Momy menekan katanya, Daddy hanya tertawa mendengarkan ucapan sang istri, dia mendekatkan dirinya lalu mencium rambut sang istri.
"Dad!!,Beneran?!!" Tanya Jenandra, mendengar hal tersebut membuat Jenandra naik piham.
"Aduh Jen.. Kamu ini sama aja kaya Momy kamu, gimana Daddy mau jadiin si mbak tukang bubur itu selingkuhan kalo Daddy punya yang lebih cantik di rumah."
Wajah Momy memang terlihat flats datar, tapi.. Kini pipinya memerah menahan malu.
"Lagian Jen.. Mana mungkin Daddy selingkuh dari Momy kamu, Momy kamu cuman cemburu aja.." ucap Daddy Dovan sembari mengelus rambut sang istri.
"Udah ah aku mau makan," ucap Momy sembari mengambil potongan ayam tersebut, sang suami dan sang anak hanya terkekeh melihat itu.
...
Kini pagi hari seorang laki-laki tampan tengah bercermin, dia membenarkan kancing lengannya, lalu memakai dasi miliknya. Jas nya dia sampaikan di lengan kiri lalu lengan kanannya membawa tas yang berisikan laptop.
Dia menyemprotkan parfum mahal miliknya, setelah selesai ia keluar, menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan menghampiri kedua orang tuanya.
"Pagi Mom, Dad." Sapanya.
"Aduhh anak Momy kalo udah kaya gini keliatan udah dewasa bangett," Ucap Momy kagum melihat sang anak.
"Kayanya udah siap nikah nih," goda sang Daddy, membuatnya meringis mengingat cukup banyak perempuan yang ia tolak, dan Momy nya tolak tentunya.
Sarapan kali ini tidak aneh upss, Momy nya tidak memasak karena.. Di atas meja makan itu hanya ada potongan buah, roti dan selai lalu cangkir kopi di hadapan Daddy nya, cangkir susu di hadapannya, dan terakhir cangkir teh di hadapan Momy nya. Mereka menikmati sarapannya kali ini.
"Mas.. Nanti kamu mau aku bawain makan siang? Tenang aja aku bakalan beli ko," ucap Momy yang tengah mengulas selai diatas rotinya.
"Ah aku lebih suka kamu yang masak," ucap Daddy.
"Nanti kamu sakit perut lagi kaya waktu itu, aku gak mau."
"Tapi aku mau masakan kamu, kalo kamu ngga mau masak yaudah jangan bawa makan siang nya," ucap Daddy, lantas pria itu segera bangkit dari duduknya, Jenandra hanya terdiam menatap interaksi dua orang tuanya itu.
Daddy mencium kening Momy, lalu Jenandra pun bangkit karena dirinya sudah selesai sarapan. Mereka diantarkan sampai di depan halaman Mansion.
"Hati-hati dijalan jangan pada ngebut," ucap Momy, kedua nya mengangguk. Daddy kembali mengecup kening sang istri, Jenandra pun mengecup kening sang ibu. Lalu keduanya pergi dari hadapan Momy.
Sunyi dan hening juga dingin menyelimuti Mansion Bratadikara, Momy berjalan kearah meja makan dan melanjutkan sarapannya. Dirinya tengah sibuk dengan pikirannya sendiri.
Andaikan Jenandra anak kesayangan sudah memiliki kekasih, lalu mereka menikah dan mempunyai anak. Mungkin Mansion ini tidak akan sepi, setidaknya Momy mempunyai teman untuk sekedar mengobrol bersama menantunya atau bahkan dia akan kerepotan menenangkan cucu-cucu yang menggemaskan itu. Momy hanya dapat menghela nafasnya menanti kisah itu tiba, entah kapan. Mungkinn kapan-kapan.
...
Jenandra mengendarai mobil mewah berwarna hitam miliknya, dengan tampan dan penuh fokus melihat kearah jalan. Jalan menuju kantor dia dan juga Daddy nya tentu saja berbeda. Jenandra teringat bahwa sahabatnya kini tengah berulang tahun, dia akan membelikan boneka moomin dan juga bunga mawar kesukaannya.
Tujuan pertama dia adalah toko bunga, lalu setelah itu baru dia akan pergi ke Mall untuk membeli boneka sapi tersebut. Upss boneka peri maksudnya.
Toko bunga yang biasanya ia beli itu cukup jauh, ya memakan waktu 30 menitan tapi Jenandra harus tetap membelikan bunganya tersebut.
Ketika mobil mewahnya itu melewati area yang sepi (karena ini persisian Jakarta) ia melihat wanita cantik tengah berjongkok sembari memegang ban mobilnya.
Jenandra memelakan laju mobilnya, lalu memberhentikan mobilnya, berniat untuk membantu wanita cantik tersebut. Dia keluar mobil dan menghampiri sang wanita, wanita itu mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang menghampirinya.
Keduanya terkejut, dia adalah Yuki. Wanita cantik yang sempat menolong dan membawanya kerumah sakit, Yuki bangun dari jongkoknya.
"Loh J-Jenandra?" Tanya Yuki memastikan.
"Iyaa saya.., ehm mobil kamu kenapa?"
"Ini mobil aku bannya bocor mana aku ngga bawa cadangannya lagi, lagian kalo bawa aku juga ngga bakalan bisa benerinnya," ucapnya dengan nada yang terdengar sedih.
"Ohh yaudah aku telfon tukang buat benerin mobil kamu," Jenandra mengeluarkan ponsel pintar miliknya, Yuki hanya mengangguk. Setelah menelfon tukang bengkel dia pun menutup ponselnya.
"Hm makasih Jenandra.. T-tapi aku boleh minta tolong lagi ngga?"
"Ah iyaa silahkan, aku bakalan bantu kalo aku bisa."
"Kamu bisa anterin aku ke Jakarta Pusat, aku ada pemotretan Brend disana dan kaya nya kalo aku nunggu taxi bakalan telat deh."
"Ohh ayo aku anter," ucap Jenandra tanpa menunggu jawaban dari wanita cantik itu, Jenandra malah langsung menggandengnya.
Setelah sampai di hadapan mobilnya Jenandra membukakan mobil untuk Yuki, tapi bukannya Yuki segera masuk. Dia malah terpana oleh sikap Jenandra yang begitu perhatian walaupun hanya membukakan pintu mobil. Padahal dirinya sering diperlakukan seperti itu oleh bodyguardnya. Tapi... Rasanya kali ini sedikit berbeda.
"Kenapa diem aja? Ayo katanya takut terlambat," ucap Jenandra yang menyadarkan lamunan Yuki, Yuki segera memasuki mobil mewah itu.
...
Mobil hitam itu membelah jalanan kota Jakarta, Jenandra sudah sangat hafal akan jalur mana yang lebih cepat untuk sampai ke tujuannya yaitu Jakarta Pusat.
Di dalam mobil tersebut hanya ada keheningan, tidak ada suara musik yang mengiringi keduanya. Suasana benar-benar hening, Yuki hanya melihat jalanan lewat jendela di sampingnya, dan tentu saja Jenandra fokus dengan menyetirnya.
"Hm Jenandra," panggil Yuki, ia mencoba memecahkan keheningan dan juga kecanggungan tersebut.
"Iyaa kenapa?" tanyanya tanpa menoleh kesamping
"Maaf yaa aku repotin kamu dan, hmm..makasih banyak."
"Iyaa ngga apa-apa, lagian kamu ngga ngerepotin ko, kamu bilangkan setiap makhluk hidup harus saling tolong-menolong. Bukankan begitu?" ucap Jenandra kini ia memperlihatkan senyuman bulan sabitnya, membuat Yuki terdiam terpana melihat ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa ini.
Jenandra memalingkan kembali pandagannya fokus ke jalanan, sedangkan Yuki tersenyum. Kini pipinya terasa panas setalah melihat senyuman manis Jenandra.
"Ohh iyaa kamu seorang model?" Tanya Jenandra memastikan.
"Iyaa.. Sekarang aku jadi model brend Prada," ucapnya dengan nada bangga miliknya, Jenandra tersenyum dan megangguk.
"Hebat banget," ucapnya, lagi dan lagi pipi Yuki memanas mendengar dua kata dari Jenandra yang mampu membuatnya tersipu malu.
Cie malu-malu
・゚: *✧・゚:*
Makasih udah baca💙
KAMU SEDANG MEMBACA
[ Anagata👑 ]
Teen FictionJenandra menuruni tangga sembari menenteng jasnya, dua kancing baju teratasnya di biarkan terbuka begitu saja. Dia tersenyum melihat Momy nya sedang memasak, dia juga sempat melirik Daddy nya yang tengah menikmati teh (?). Jenandra memeluk tubuh Mo...