16

210 80 17
                                    

TOK...TOK...

Baru saja Jenandra mengistirahatkan tubuhnya di atas kasur sehabis pulang dari kantor, pintu kamarnya sudah ada yang mengetuk dengan cukup keras.

"Siapa?" Teriak Jenandra enggan beranjak dari acara berbaringnya, karena sudah merasa sangat nyaman.

"Ini Daddy," ucap seseorang dari arah luar, pintu terbuka menampilkan Daddy Dovan.

Menghampiri anak tunggalnya yang tengah berbaring dan duduk di sebelah Jenandra.

"Ada apa dad?"

"Kamu mau bantuin daddy gak?"

"Hah bantuin apa emangnya?" Tanya Jenandra menampilkan wajah kebingungan.

"Bantuin daddy baikan sama momy, dia masih marah sama daddy karena cemburu."

"Ya daddy sih udah tahu hati istrinya kaya kapas saking lembutnya, ini malah nyari gara-gara ke mbak tukang bubur terus," ucap Jenandra, seolah abai dengan masalah orang tuanya karena sudah sangat biasa jika Momy cemburu pada Daddy.

"Abisnya sih bubur nya enak," ucap Daddy Dovan.

"Gak tau ah, urus masalah Daddy sendiri aku ngantuk."
Jenandra menutup wajahnya dengan bantal, bermaksud untuk tidur menyelam ke dunia mimpi.

"Ayolah...Jen..bantuin Daddy. Nanti kalo berhasil Daddy bantuin bujuk Momy buat hubungan kamu sama Athea, biar dikasih restu Momy."

Mendengar nama Athea disebut seketika Jenandra bangun dari posisi berbaringnya.

"Beneran Dad?" Tanya Jenandra dengan wajah yang berseri.

"Masalah Athea aja kamu baru mau nurut Jen," Ucap Daddy Dovan merotasikan bola mata nya.

"Ya kan aku lagi berjuang, biar Athea beneran jadi menantu Daddy."

"Iyain aja deh biar anak Daddy seneng, tapi sebelum itu bantuin dulu Daddy bujuk Momy kamu."

"Oke kalo gitu, aku harus bantuin gimana?" Tanya Jenandra.

"Gampang ko, kamu kasihin aja ke Momy yang lagi di kamar.

Daddy menyerahkan sebuah paper bag yang lumayan besar, Jenandra baru sadar bahwa Daddy masuk ke dalam kamarnya sambil menenteng dua paper bag.

"Ini aja?"

"Iya, jangan lupa suruh Momy kamu buka kertas di dalem paperbagnya," jelas Daddy Dovan.

Jenandra beranjak dari duduknya dan berdiri, sambil menerima paper bag itu.

"Sekarang nih?"

"Nggak usah tahun depan aja deh, ya sekaranglah Jenandra Bratadikara!" ucap Daddy sedikit emosi.

"Tenang pak jangan emosi, gak akan saya kasihkan ke ibu negara loh paper bagnya," canda Jenandra sambil tertawa

"Udahlah sana cepetan laksanakan tugas kamu."
Daddy Dovan mendorong punggung putra tunggalnya ke aras pintu. Jenandra hanya tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengusili Daddy nya itu.

"Oh iya Daddy ikut mandi di sini," ucap Daddy, ia berlalu ke arah kamar mandi di kamar Jenandra.

Jenandra berjalan menuju kamar sebelah, tepat kamar orang orang tuanya berada.

Membuka pintu tanpa mengetok terlebih dahulu, Jenandra masuk ke dalam kamar bernuansa putih itu. Terlihat di sana Momy nya yang kini tengah menonton drama korea di televisi.

"Mom."

"Loh Jen ada apa?" Tanya Momy yang melihat kedatangan putranya.

"Emm itu mom..."

"Itu apa?" Momy menatap curiga ke arah Jenandra.
Jenandra menyerahkan paper bag ke Momy.

"Apa ini Jen?"

"Kata Daddy buka aja terus ada kertas di dalamnya Momy baca aja yaa.."

Momy membuka paper bag tersebut, ternyata di dalamnya terdapat dress berwarna merah maroon, sekotak perhiasan dan gulungan kertas kecil.
Mengambil kertas itu, Momy membuka dan membaca nya.

'Let's date Honey❤' ~Your Husband

Hanya itu isi dari surat tersebut. Momy mengerutkan keningnya, jarang sekali sang suami memanggilnya dengan panggilan sayang sewaktu berpacaran dulu.

"Momy sekarang siap-siap, terus pake dressnya, dandan yang cantik malem ini," ucap Jenandra menuntun Momy ke arah kamar mandi.

"Eh bentar dulu."

"Udah Momy sekarang pokoknya siap-siap. Suami Momy udah nungguin."

Dengan keadaan yang masih mencerna suasana yang tengah terjadi, Momy masuk ke dalam kamar mandi.
Jenandra yang merasa misinya sudah selesai keluar dari kamar dan berjalan memasuki lift menuju lantai 1 rumahnya. Keluar dari lift, Jenandra berjalan menuju ruang keluarga. Ternyata disana sudah ada Daddy yang tengah duduk di sofa.

Sang Daddy terlihat lebih tampan dengan setelan celana bahan berwarna hitam di padukan dengan kemeja satin berwarna merah maroon dan dua kancing kemeja bagian atas terbuka, tak lupa sepatu pantofel hitam mengkilat. Jenandra sadar sekarang, jadi kemeja satin yang Daddy nya pakai couple dengan dress yang tadi ia berikan pada Momy.

"Udah siap aja nih pak yang mau ngedate sama istri," sindir Jenandra duduk di sebelah Daddy Dovan.

"Iya dong. Gimana Daddy udah ganteng belum?" Tanya Daddy membuat Jenandra terkekeh kecil.

"Udah, Dad udah ganteng. Awas nanti kalau berhasil jangan lupa janji soal restu Momy."

"Tenang itu mah gampang, bisa diatur."

Mereka berbincang beberapa saat hingga terdengar suara sepatu heels yang beradu dengan lantai marmer. Seketika Jenandra dan Daddy beranjak dari duduknya dan menoleh ke sumber suara.

Disana Momy dengan Dress merah maroon selututnya. kalung, anting dan gelang berlian pemberian Daddy yang ia pakai sangat cocok di pakai. Wanita beranak satu itu tampak sangat menawan malam ini.

Daddy Dovan tidak lepas menatap Momy yang kini berjalan mendekat, sedangkan Jenandra menatap Daddy dan Momy secara bergantian, ia tidak akan menyangkal jika ada orang asing yang menyangka bahwa ia adik dari kedua orang tuanya. Jujur saja, Momy dan Daddy nya meskipun sudah memiliki anak yang akan berusia kepala tiga malah terlihat jika, mereka yang baru berusia 30-an. Mereka tampak sangat awet muda.

"Aduh yang mau ngedate udah pada siap berangkat nih," goda Jenandra setelah Momy sudah berada di dekat nya.

Momy menoleh ke arah Daddy yang kini juga tengah menatapnya dengan senyuman menawan yang pria itu punya. Jantung Momy berdetak kala menilai penampilan sang suami yang terlihat sangat-sangat tampan dan panas itu.

"Udah siap, mau berangkat sekarang honey?" Tanya Daddy Dovan sambil mengulurkan tangannya kepada Momy.

Momy menerima uluran tangan itu dengan wajah yang terlihat tanpa ekspresi. Meskipun jantungnya kini berdetak tak karuan, tetapi ia harus terlihat masih mendiamkan sang suami. Jenandra berusaha menahan tawanya saat melihat Momy yang tak menampilkan ekspresi apapun, tapi tangannya menggandeng tangan Daddy erat.

"Kita berangkat sekarang, kamu awas diem jaga rumah!" ucap sang Daddy.

"Lahkan ada banyak bodyguard ngapain aku yang jaga rumah?"

"Udah pokoknya kamu jangan kemana-mana, istirahat aja katanya tadi pengen tidur, Daddy sama Momy berangkat dulu," kedua orang tua itu berjalan ke luar.

"HATI-HATI DI JALAN, SEMANGAT DAD NEBUJUK MOMY NYA!!" teriak Jenandra setelahnya ia tertawa terbahak-bahak saat Daddy Dovan yang sudah di pintu depan, memberikan ia jari jempol karena meneriakan alasan kenapa ia mengajak sang istri keluar malam ini.




















Aduh lucu banget ya keluarga Bratadikara ini.

✧・゚: *✧・゚:*
Maksih udah baca💙

[ Anagata👑 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang