2. Breathe, I won't eat you

8.8K 708 11
                                    

Selamat membaca!!!

Di tengah malam yang sunyi Grace berjalan  kembali menuju kamarnya setelah selesai mengambil minum dari dapur.  Mansion keluarga Grady dimalam hari tampak menyeramkan, bagi Grace yang membenci kuntilanak dan seluruh kerabat perhantuannya.

Matanya bergulir ke kanan dan ke kiri mengawasi situasi. Jika ayahnya tidak kebo saat dibangunkan, Grace mana mau turun kebawah untuk mengambil air, tak terasa Grace sudah sampai di ruang utama kediaman, sebentar lagi maka Grace akan sampai ke arah tangga.

Grace tersentak kaget tatkala melihat Felix dan satu orang anak lelaki yang dia tahu bernama Jimmy melangkah turun dari arah tangga. Kemudian Grace dengan cepat menyembunyikan tubuhnya di balik sofa.

“Mau kemana mereka malam-malam seperti ini?” gumam Grace sambil mengintip kepergian Felix. Lalu sesuatu melintas didalam benaknya, “Apa jangan-jangan mereka berdua mau....”

Glek

Grace meneguk ludahnya dan mengusap wajahnya yang memerah. Terlalu sering membaca cerita terlarang  yang iya, iya, di kehidupan pertamanya membuat pikiran anak kecil Grace tidak lagi terselamatkan.

Grace penasaran pada apa yang ingin dilakukan oleh kedua anak itu, namun di satu sisi Grace ingin menghindari Felix tapi di sisi lain dia ingin melihat sesuatu yang iya, iya, menggunakan mata kepalanya sendiri. Apalagi Felix adalah tokoh utama buatannya.

“Meskipun aku tidak pernah menuliskan Jimmy. Tapi Jimmy kelihatanya keren dan oke, oke, saja untuk menjadi salah satu selir Felix.”ucap Grace lirih disertai tawa kecil sebelum Grace menepuk pipinya sendiri, “Apa yang kau pikirkan Grace, mereka masih anak-anak dan kau tega berpikir kejam seperti ini.”

Namun detik berikutnya Grace tersenyum miring, “Tapi, aku benar-benar merasa penasaran.”

Setelah bergulat dengan pikirannya sendiri Grace memutuskan untuk mengikuti Felix dan Jimmy setelah menyimpan gelas berisi air di atas meja nakas. Grace ingat mereka berjalan kearah taman, Grace tersenyum senang tatkala melihat punggung Felix, Anak lelaki itu berbelok ke kanan dari arah taman menuju danau, Grace lalu mengikuti langkah Felix secara diam-diam

Mereka berjalan mengikuti jalan setapak hingga mereka berbelok ke arah mansion dibagian barat.

“Bukannya gedung mansion ini masih dalam proses perbaikan?” Grace mendengar hal itu dari Reyna. “Kenapa mereka pergi ketempat kosong ini?”

Jangan-jangan yang ada dipikiran Grace benar adanya. Senyuman Grace kembali mengembang. Baiklah aku hanya ingin melihat mereka sebentar saja, setelah itu aku akan pergi secara diam-diam tanpa diketahui oleh mereka.

Grace melihat mereka berdua berhenti disebuah gedung yang berada jauh dari gedung utama. Gedung belakang yang sudah tidak digunakan lagi. Melihat mereka berdua masuk kedalam Grace kemudian ikut masuk. Ruangannya tampak gelap, Grace tidak bisa melihat hal apapun.

Kemana mereka pergi?

“Arghh... Aku ingin menambah lebih, Jimmy.”

Kedua pupil mata Grace melebar. Menambah? Menambah apa? Pikir Grace seraya senyam-senyum bak orang gila.

Grace mendengar suara itu berasal dari dinding yang terdapat sebuah lukisan pria  dengan tombak ditangannya. Grace menempelkan telinganya ke dinding agar lebih jelas mendengar suara mereka.

“Hum... Sebentar lagi setelah semua ini selesai kita bisa menambah hingga tiga sampai lima.”

Kedua bola mata Grace semakin melebar, Tiga sampai lima? Gila! Kuat sekali, bukannya mereka masih anak kecil? 

Entangled by the main character Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang