12. Bad taste

4.2K 528 73
                                    

“Leya kenapa kau masih betah berteman dengan Grace?” tanya seorang siswi berambut pirang panjang.

“Kau tahu katanya ada rumor yang mengatakan bahwa Ayah Grace adalah seorang buronan, makanya dia sering berpindah tempat,” timpal gadis lain yang ada di kelas itu.

Saat ini jam istirahat sedang berlangsung dan para gadis populer di kelas itu sedang duduk berkerumun di kursi Leya.

“Bukankah seorang anak buronan tidak pantas bersekolah di SMA ini.”

“Ya, kau benar.”

“Leya kau sungguh aneh, padahal taruhan kita sudah kau menangkan dua tahun lalu kenapa kau masih mau berteman dengannya?”

Leya berdecak pelan, dia lalu melihat situasi disekitarnya. Takut bila Grace yang pamit ke luar datang.

“Kalian apa bisa tenang!” Leya berucap kesal, “Ya, aku tahu aku berteman dengan Grace karena taruhan itu namun untuk berhenti berteman dengan Grace aku tidak bisa.”

“Kenapa? Lagipula dia bukan dari keluarga kaya.”

Leya tersenyum remeh, “Kau pikir begitu? Lalu bagaimana dengan apa yang sedang aku pakai sekarang ini?”

Leya menunjukan arlojinya dan tas ransel barunya pada keempat temannya dulu.

“Ini semua pemberian Ayah Grace, kau tahu Ayahnya Grace takut jika anak perempuannya tidak mendapatkan teman. Jadi di belakang Grace dia diam-diam memberikan barang-barang mewah ini padaku dan berpesan untuk terus berteman dengan Grace, bukankah itu konyol dia memberiku banyak hadiah dan uang hanya karena putrinya tertawa lepas oleh leluconku.”

“Woohhh... Benarkah,”

Keempat teman Leya dengan cepat meraih pergelangan tangan Leya dan tas yang ada di atas meja, mereka terlihat sangat antusias sekali berbeda dengan tadi.

“Ini hebat. Jika tahu begini aku juga mau berteman dengannya,” ucap gadis bersurai pirang seraya tertawa kecil.

“Hei, hei, sudah kembalikan padaku sebelum Grace datang,” ucap Leya sebal yang memancing delikan malas oleh keempat temannya. 

“Leya jika ayah Grace memberi mu barang baru lagi jangan lupa berikan pada kami satu. Ini juga berkat bantuan kami kau dan Grace berteman baik, bukan?”

Leya hanya mengangguk malas menanggapi ucapan temannya.

“Hei, Leya jika dipikir-pikir perut mu terlihat semakin besar akhir-akhir ini? Hei apa karena banyak uang dari ayah Grace membuat mu serakah dan membeli banyak makanan.”

Semua teman-teman Leya tertawa keras menanggapi lelucon dari salah satu temannya namun Leya berbeda gadis itu hanya bisa diam membisu.

Leya meremas erat perutnya. Gara-gara dia! Leya harus menderita dengan perut yang harus dia ikat setiap harinya.

Sedangkan di depan kelas Grace berdiri menyandar pada tembok dibelakangnya. Tak lama kemudian dia tersenyum sinis dan membuang paper bag berisi makanan kesukaan Leya pada tong sampah.

“Bertambah lagi satu bedebah menjijikkan didalam hidupku,” Grace berucap dingin sebelum melenggang pergi dari tempat itu.

Seharusnya ayahnya tidak melakukan hal itu, mengapa ayahnya selalu bersikap semaunya sendiri? Apa dia pikir dengan melakukan hal ini Grace akan baik-baik saja, tidak ini malah membuat Grace merasa seperti seorang pecundang yang tidak bisa melakukan hal apapun tanpa bantuan ayahnya, bahkan untuk seorang teman ayahnya berpikir dia tidak bisa mendapatkannya, tidak Grace tak membutuhkan mereka jika hal itu palsu. Grace bisa hidup tanpa seorang teman pun mengapa ayahnya selalu... Selalu merepotkan dirinya sendiri.

Entangled by the main character Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang