Grace dengan gigih berlari sambil terus mengeratkan genggaman tangannya pada ponselnya, dia bahkan tak perlu melihat betapa berantakan penampilannya sekarang. Di belakangnya suara derap langkah kaki yang mengejarnya semakin terdengar mendekat, Felix terus mengejarnya bahkan sampai dia masuk lebih jauh kedalam hutan.
Tubuhnya sudah diambang batasnya, energinya sudah terkuras habis dia bahkan berulangkali hampir tersandung batu. Dia dan Felix bertaruh, jika dia bisa kabur dari Felix dan tidak tertangkap Felix berjanji akan melepaskannya, namun Grace meragukan keputusannya dengan menyetujui taruhan Felix. Nyatanya stamina Felix jauh lebih besar dibandingkan dirinya yang sejak kecil bertubuh lemah dan mudah jatuh sakit.
Grace mengertakkan gigi dan tidak berani berhenti, dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya nanti jika tertangkap oleh Felix, mungkin saja dia akan berakhir sama seperti Leya atau bola-bola cantik di tempat rahasia Felix.
Memikirkan hal itu tubuh Grace bergetar takut, dia semakin berlari cepat tak memperdulikan cahaya pada ponselnya yang semakin meredup.
Yang ada dipikiran Grace hanya satu.
Lari! Dia harus bisa lepas dari Felix.
Felix kau anak yang durhaka! Kenapa kau jadi sangat terobsesi padaku? Kenapa kau tidak mengejar Shawn saja? Batin Grace menjerit jengkel.
Duagh!
“Ugh... Kakiku,” Grace meringis keras tatkala tubuhnya terjatuh karena tersandung batu, namun Grace tak mempunyai waktu untuk meratapi rasa sakitnya.
Dia bergerak bangun namun naasnya tubuhnya kembali terjatuh ketika merasakan nyeri pada area pergelangan kakinya.
“Sial!”
Mengapa takdir begitu jahat padanya, Grace tak mau tunduk pada takdir hidupnya, Grace lalu menggeser tubuhnya kearah batang pohon di dekatnya, semakin dekat sampai dia bisa menggunakan batang pohon itu sebagai penopang tubuhnya untuk bangun. Grace memegang batang pohon itu dan beranjak bangun.
Dia kemudian kembali berjalan meskipun dengan langkah tertatih-tatih menggunakan kayu yang dia pungut sebagai penopang. Dia terus berjalan tak memperdulikan suara auman serigala disekitarnya.
Tidak ada suara langkah kaki lagi dibelakangnya.
“Apa aku berhasil melarikan diri dari Felix?” Grace tanpa sadar menghembuskan napas lega, dia kemudian menjatuhkan tubuhnya di dekat batang pohon besar dan bersandar di sana, Grace lelah dan dia ingin beristirahat sebentar.
Sementara itu tak jauh dari Grace yang sudah tertidur pulas, sepasang mata berwarna emas di bawah gelapnya hutan terus mengawasinya dengan tenang. Tak lama kemudian sudut bibirnya terangkat.
“Kau memang berbeda, kau lebih suka berlari dariku daripada merangkak dibawah kakiku dan memohon belas kasih ku seperti orang-orang itu, Grace.” Felix mulai keluar dari kegelapan menuju tempat Grace. Sampai di tempat itu, dia berjongkok menatap intens wajah dewasa Grace yang terlihat berantakan karena ulahnya.
Peluh keringat membuat anak-anak rambutnya menempel pada sisi pipinya, wajah putihnya kotor, ada dua luka gores pada pipinya. Bukannya merasa kasihan Felix malah tersenyum manis, Felix menyukai penampilan ini, Grace tampak sangat cantik jika kulit putihnya ternodai.
Felix menarik sejumput rambut Grace dan menyelipkannya kebelakang telinganya, tak lama kemudian dia mencondongkan wajahnya ke sisi telinga Grace.
Felix berbisik rendah, “Kau kalah, aku berhasil menangkap mu, Grace.”
Seperti alarm suara Felix berhasil membangunkan Grace, Grace menoleh namun kembali memundurkan wajahnya tatkala hidungnya tak sengaja bersentuhan dengan hidung Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled by the main character
FantasíaSequel : Nyasar Di Novel BL Pict SC: Pinterest Grace hanya seorang karakter figuran yang ditakdirkan mati ditangan tokoh utama pria psikopat dalam Novel BL berjudul 'Last flower' Grace, gadis figuran yang berhasil memicu kekejaman tokoh utama pria...