yang penting senang

12 2 0
                                    

Sudah seminggu seusai hari pertunangan Arvel dan Nafa, kedua manusia yang sudah disebut sebagai pasangan itu masih menjalani pendidikan kuliahnya.

Setelah pulang kuliah sore hari, Nafa sedang berada di rumah Arvel. Karena kata orang tua lelaki tersebut Arvel tengah tertidur karena kelelahan selama mengerjakan tugas di kampus.

"Masuk aja ke kamar Arvel, Nafa. Tadi bunda cek masih tidur pulas banget." perintah Alura kepada Nafa yang masih duduk di sofa ruang tamu.

Nafa mendongak lalu tersenyum. "Emang boleh, Bun? Nafa malu, masa masuk ke kamar Arvel pas dia lagi tidur." sahutnya kaku.

"Kenapa harus malu? Arvel gak akan marah selagi orang yang masuk itu orang yang dia sayang." tutur Alura lembut.

°°°°°°°

Nafa membuka pintu kamar Arvel dengan cukup pelan. Meski terasa ragu, perempuan berhijab mocca itu melangkah mendekati kasur milik Arvel.
Tampak seorang laki-laki memakai kaos berwarna cream sedang tertidur tengkurap. Sampai terlihat wajah seorang Arvel yang terlelap sangat menggemaskan.

"Iseng dikit, boleh kan ya? Ah, gak salah lah kali-kali iseng ke dia." gumam Nafa tersenyum jahil.

Karena ingin sekali-kali iseng, Nafa menutup hidung Arvel yang masih tertidur hingga terbangun akibat tidak dapat bernafas. Perempuan itu terkekeh pelan begitu melihat laki-laki tersebut membuka matanya perlahan.

"Kenapa kamu ngelakuin tadi ke aku?" tanya Arvel yang sudah duduk di atas kasurnya.

Nafa masih berdiri seraya bersidekap dada. Menatap Arvel dengan santai. "Cuma iseng aja sih," Dengan tenangnya, Nafa hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Duduk sini di samping aku," perintah laki-laki itu sambil menepuk kasur empuknya.

Nafa menggeleng cepat. Hal itu dipahami oleh Arvel.
"Gak bakal aku apa-apain, Ya Allah ... "

"Ngajaknya serem."

Mau tak mau Nafa menuruti perintah Arvel. Dan begitu ia duduk, dirinya terkejut ketika Arvel menyentuh hijabnya di bagian belakang.

"Kalo pakai hijab itu yang benar, Naf. Aku gak suka sama model hijab diikat di leher kayak gini, buat apa coba?" ujar Arvel terdengar seperti mengomel bagi Nafa.

Sang perempuan yang tengah dinasehati itu terkesiap, ia merasa Arvel sedang mengotak-atik hijabnya.

"Maaf ya, ini aku cuma berniat benerin hijab kamu. Bukannya aku sok ngatur atau apa, tapi aku harus benerin karena menurut aku juga gak sopan." kata Arvel yang baru saja melepas dua sisi sudut hijab yang tadinya melekat di leher Nafa.

Diam-diam seorang mahasiswi jurusan Sastra tersebut tersenyum salah tingkah sendiri. "Ya udah, kamu mandi atau bersih-bersih dulu sana. Aku mau keluar biar gak dicurigai sama keluarga kamu. Nanti dikira ngapain disini."

•••••••••

Setelah menunggu Arvel beberapa menit, Nafa selalu meluangkan waktunya untuk membuka akun media sosialnya. Awalnya perempuan itu hanya scroll beranda dengan tatapan biasa saja. Namun, tiba-tiba ia melihat suatu konten yang memperlihatkan seorang Arvel ketika masih SMA sering membolos dan nongkrong di kantin belakang sekolah.

Sementara Arvel baru saja masuk ke ruang tamu sudah melihat Nafa yang tengah duduk di sofa sendirian. Karena penasaran dengan raut wajah Nafa yang berubah tak seperti biasanya, akhirnya Arvel memutuskan untuk bertanya.

Dunia Arvel [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang