Sebulan lebih Nafa masih menyelidiki sosok Arvel yang belakangan ini semakin bersikap aneh. Lebih perhatian padanya, padahal ia sudah melarangnya untuk berbuat berlebihan.
"Udah cukup, Vel. Lo kenapa sih selalu aja bikin masalah sama Aziz?! Lo selalu pukulin dia, kemarin aja lo buat Aziz babak belur. Dan sekarang apalagi? Aziz masuk rumah sakit loh, karena siapa lagi kalau bukan lo? Capek gue lama-lama sama lo." ucap Nafa sedikit marah pada Arvel.
Kini mereka tengah berada di taman belakang kampus. Mereka duduk bersama di kursi besi yang panjang. "Dia dendam sama gue, Naf. Dulu waktu masih SMA, dia adalah musuh Giga Dragx. Dia gak pernah mau terima kekalahan gengnya. Dan gue ini gak salah, tapi terserah lo kalau mau tetap salahin gue ya gak papa. Gue juga lagi banyak masalah, lagi ada beberapa orang yang ngincar gue dari kemarin. Si Galang juga ngabarin kalo ada sosok misterius yang ngikutin gue pake bawa senjata tajam. Mungkin akan ada kejadian pembunuhan." ujar Arvel jelas.
Nafa yang hendak memarahi Arvel lagi seketika niatnya menciut. Mendengar ucapan lelaki tersebut membuatnya sedikit khawatir.
"Kalo lo kenapa-napa, gimana?" tanya perempuan itu dengan suara pelan.
Arvel menatap Nafa lekat, "gue harus apalagi? Kematian udah diatur, gue tinggal jalanin aja waktunya gue dipanggil. Ngapain lo nanya gitu, khawatir?" seketika Nafa dibuat salah tingkah sendiri.
Disaat Nafa sedang gelagapan, Arvel menjawab ucapannya sendiri. "Enggak sih, kayaknya. Gue disuruh buat anterin lo pulang. Kata ayah kalo gue gak anterin, gue bakal dikasih pelajaran." tutur Arvel sembari melepas jaketnya lalu ia pegang di atas kepala Nafa, untuk melindungi perempuan itu dari suasana panas.
Karena mendadak aneh, Nafa pun mendongak hingga akhirnya wajahnya sangat dekat dengan wajah Arvel.
"Bentar lagi masuk, ayo gue anter ke kelas lo." kata Arvel.
Nafa sedikit terkejut karena sejak tadi dirinya melamuni Arvel yang melepas jaketnya. Seketika perempuan tersebut mengangguk setuju.
"Lo jangan bikin gue--"
"Apa? Hm? Baper? Biasa aja, lo juga sering ngasih gue bekal kan. Sering tanya keadaaan gue ke mama gue kan? Udah, gak usah dipikirin."
••••••••••••
Ketika kelas sudah berakhir, Nafa menunggu di gerbang kampusnya. Tentu ia tengah menunggu kehadiran Arvel yang tadi izin untuk pergi ke suatu tempat.
Sudah sekitar 5 menit Nafa berdiri di pintu gerbang kampus yang mulai sepi. Meski masih ada beberapa mahasiswa dari jurusan yang sama seperti perempuan tersebut.
Berkali-kali Nafa menatap jam tangannya yang menunjukan pukul setengah 4 sore. Walau ada sedikit rasa kesal pada Arvel yang lama ia tunggu, tetapi perempuan itu masih setia menunggu.
"Sabar, Naf. Lo gak boleh emosi sama orang kayak dia. Mungkin dia masih di perjalanan kesini." ucapnya pada diri sendiri.
Tak berlangsung lama, disaat Nafa melakukan spam chat tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya. Ia pun menoleh untuk melihat siapa seseorang itu.
"Lo lagi nungguin siapa?" tanya seseorang tersebut ternyata adalah mahasiswa temannya Nafa yang bernama Arbi.
"Oh, gue lagi nunggu Arvel, nih. Dari tadi gue tungguin udah berapa menit gak nongol-nongol." jawab Nafa.Arbi berdiri menghadap Nafa. Laki-laki bertubuh kurus dengan ciri khasnya yang memakai kacamata bulat. Tampak laki-laki tersebut memakai jaket kulit.
"Gue tadi denger informasi di kampus kalo ada mahasiswa yang kecelakaan." ujarnya sambil memperbaiki kacamatanya yang melorot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Arvel [Completed]
Dla nastolatkówBagaimana jadinya kalau pasangan tidak saling mencintai satu sama lain? cinta bertepuk sebelah tangan karena masih mencintai seseorang yang sudah beda alam? Apa yang akan dilakukan oleh seorang laki-laki untuk menghadapi perempuan yang telah sah men...