Suasana rumah sakit kini terasa sudah seperti rumah sendiri karena sudah sebulan rasanya seorang lelaki anak SMA kelas 12 duduk di kursi samping brankar ruang rawat pasien.
Sudah sebulan lebih ia mengunjungi rumah sakit Medika Abadi hanya untuk menunggu sahabat kecilnya bangun.
Kedua mata terbuka perlahan, mendapati sebuah atap rumah sakit. Aroma khas rumah sakit tercium menyengat di hidung seorang perempuan kelas 10 SMA. Tangannya kaku, tubuhnya terasa sakit dan rasa pusing di kepalanya yang mulai menyerang.
"Aca? Aca udah bangun? Alhamdulillah, Ya Allah ... Kamu udah siuman, Sayang." ucap seorang lelaki yang sudah menunggu selama satu bulan.
Pandangan Alura masih belum jelas, semuanya terlihat buram. Termasuk sang lelaki yang berada si samping brankarnya, siapa dia?
"Si-siapa lo? Kenapa gue ada di sini?" tanya perempuan itu ketus sambil mencoba untuk duduk.
Lelaki itu tampak membantunya duduk, setelah berhasil duduk secara pelan-pelan kemudian lelaki tersebut ingin beranjak pergi. "Mungkin kamu harus dicek sama dokter dulu ya, aku keluar dulu biar dokter yang cek keadaan kamu." ujarnya tiba-tiba dicegat oleh perempuan itu.
"Tunggu. Ka-kamu ... Elang? Hah? Apa aku mimpi? Astaghfirullah, Ca, sadar! apa beneran aku bisa ketemu sama Elang lagi? A-apa jangan-jangan aku udah mati? Jadi bisa ketemu Elang lagi? Hoodie kamu? Ho- hoodie kamu itu yang dipakai waktu kecelakaan kan?!" Alura seketika berkaca-kaca begitu melihat jelas bahwa lelaki yang tadi di sampingnya adalah Elang.
Bukankah ... Elang sudah tidak ada? Hah?
Lelaki yang diduga Elang itu tersenyum lalu duduk di kursi kembali. "Iya ini aku Elang, sebulan yang lalu kita kecelakaan. Itu murni kesalahan aku karena aku bawa motornya terlalu ngebut, aku minta maaf. Pada saat itu kita sama-sama terluka parah, tapi motorku malah gak kenapa-napa. Kamu terpental ke aspal lumayan jauh, sedangkan aku? Ah, gak perlu diceritain ya, Ca. Sekarang aku panggilin dokter dulu ya." Elang bergegas keluar ruangan untuk menemui dokter.
Sementara Alura masih terdiam di atas brankarnya. Benarkah Elang baik-baik saja? Sedetik kemudian Alura merasakan pusing yang sangat luar biasa. Entah keajaiban atau apa, seolah ia kembali mengingat kejadian mengenaskan yang sebulan lalu menimpanya.
"Elang!!"
Brakk
"Kamu percaya sama tujuh kembaran di dunia?"
"Kak, Elang gimana?"
"Elang udah gak ada, Ca."
"Elang kenapa pergi secepat ini?!"
"Kematian itu kita gak ada yang tahu, Aca."
Di dalam keheningan Aca berusaha untuk melupakan mimpi buruk itu dan berharap semua hanyalah sebuah bunga tidur.
Lelaki memakai jaket kebanggaan Giganotosaurus masuk ke ruang rawat Aca. Lelaki bertubuh tinggi yang disebut Elang itu menghampiri Aca bersama dengan dokter.
"Saya cek dulu kesehatannya ya, Mbak." ucap dokter perempuan.
Aca hanya mengangguk sambil terus menatap Elang yang berdiri tak jauh dari brankar.
"Kondisinya cukup membaik, dan hari ini sudah boleh pulang kalau memang sudah baik-baik saja tidak ada rasa pusing ataupun lemas. Namun, sebelum itu nanti akan saya beri obat untuk diminum supaya cepat sembuh ya." kata sang dokter.
Lagi-lagi Aca hanya mengangguk pelan. Kemudian sang dokter keluar dan meninggalkan Aca serta Elang berduaan. "Luka kamu parah?" tanya Aca.
Elang menggeleng. "Enggak bagi aku. Oh iya, aku minta maaf kalau bikin kamu khawatir. Maaf, karena aku buat kamu jadi kayak gini." Ada banyak permintaan maaf dan perasaan bersalah dalam hati Elang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Arvel [Completed]
Teen FictionBagaimana jadinya kalau pasangan tidak saling mencintai satu sama lain? cinta bertepuk sebelah tangan karena masih mencintai seseorang yang sudah beda alam? Apa yang akan dilakukan oleh seorang laki-laki untuk menghadapi perempuan yang telah sah men...