Bayang-bayang masa lalu kembali terputar dalam ingatan. Kejadian-kejadian yang mengenaskan tiba-tiba terungkit lagi. Seiring berjalannya waktu, kehilangan tetaplah kehilangan. Kini tersisa mengikhlaskan sembari mendekap kenangan.
"Elang!!"
Brakkk
"Kamu percaya gak sama tujuh kembaran di dunia ini?"
•••••
"Gue tiga kali kehilangan, Shif! Lo gak tau gimana rasanya jadi gue! Lo gak tau gimana jadi gue yang sekarang cuma punya Elang, tapi dia? Dia pergi duluan dari gue! Lo gak ngerti gimana rasanya jadi gue saat itu!"
"Iya gue tau, Ca! Tapi lo gak harus kayak gini, ngerti gak? Lo kalo kayak gini gimana Elang bisa tenang di sana? Emang dengan cara lo marah sama diri lo sendiri bisa kembaliin Elang ke dunia ini lagi, iya? Enggak, Aca! Sekarang cuma satu pilihan kita, berdoa, Ca. Kita cuma bisa berdoa buat dia, biar tenang di sana bukan malah bikin dia gak tenang."
••••
"Ini hoodie Elang, Kak. Maaf, baru Aca kembaliin sekarang."
"Simpan aja, Ca. Bawa ke rumah kamu lagi, ya? Simpan baik-baik hoodie dia, dan boleh kamu peluk kalo kangen sama adik kakak."
"Kak Vira ..."
"Udah, gak apa-apa. Kita coba ikhlaskan bareng-bareng, ya? Elang pasti udah tenang di sana, dia bisa liat kita di sini yang selalu berdoa buat dia. Ikhlaskan Elang ya, Aca? Aca kan putri kesayangan adik kakak, masa Aca nangis terus sih? Nanti luntur loh kecantikan kamu."
"Aca udah ikhlas, Kak. Tapi kenapa harus kayak gitu kejadiannya? Kenapa bukan aku aja?"
"Kamu gak boleh gitu, semuanya udah takdir, Ca. Kakak tau ikhlas itu sulit, tapi gak ada salah kalau kita coba kan? Lama-lama nanti juga terbiasa."
••••
Percikan-percikan masa lalu itu teringat lagi di pikiran Alura. Satu nama bulan yang amat dia takuti adalah bulan Desember. Dimana setiap tanggal 30 Desember dinamai sebagai hari kehangatan terakhir seluruh anggota Giganotosaurus. Dan bulan yang tidak pernah Alura lupakan adalah bulan Januari. Awal bulan yang menjadi bulan kehilangan. Hari gugurnya sang ketua yang bijaksana. Ketua dengan sifat dan segala kebaikannya. Kini meninggalkan jejak haru di dalam benak setiap orang-orang yang ditinggalkannya.
Terutama Alura Carroline. Manusia yang nyaris menyerah dan berkali-kali mati rasa.
"Udah siap belum, Sayang?" Suara Tiar membuka pintu kamar membuat Alura terkesiap di pojok ranjang.
Altiar mengernyit bingung, menyelidik istrinya yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu. "Kamu lagi pegang apa? Kok mata kamu sembab? Habis nangis?" tanya Tiar berjalan menghampiri istrinya.
"Gak papa, Mas. Cuma ini gak sengaja nemuin foto almarhum di laci nakas. Jadi keinget yang dulu, maafin aku ya, Mas?" ucap Alura sambil mengusap air matanya.
Altiar duduk di samping Alura, "kenapa minta maaf? Emangnya kamu salah apa? Mas gak pernah ngelarang kamu buat lihat foto dia, asalkan gak bikin kamu sedih dan trauma lagi. Oh iya, ini anak-anak pada ngajak ke lokasi yang dulu. Katanya mereka mau nabur bunga di Jalan Kenanga 02. Kamu mau ikut, atau di rumah aja?"
"Nabur bunga buat apa, Mas? Emangnya ada yang kecelakaan lagi di sana?" tanya Alura bingung.
Altiar menggeleng sembari mengusap kepala Alura begitu lembut, "gak ada apa-apa, Sayang. Cuma mau nabur bunga spesial tahun baru. Terus katanya juga nama jalan waktu kejadian dulu itu udah diganti namanya." ujar laki-laki memakai kaos hitam polos itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Arvel [Completed]
أدب المراهقينBagaimana jadinya kalau pasangan tidak saling mencintai satu sama lain? cinta bertepuk sebelah tangan karena masih mencintai seseorang yang sudah beda alam? Apa yang akan dilakukan oleh seorang laki-laki untuk menghadapi perempuan yang telah sah men...