07

719 65 0
                                    

••

“Lo seriusan punya sesuatu sama Kak Altair, An?” tanya Fazira selaku salah satu dari dua orang gadis yang beberapa jam ini berinteraksi dengannya dan melabeli dirinya sendiri sebagai sahabat Oceana secara sepihak.

Tania mengangguki pertanyaan Fazira sebelumnya. Seakan ikut penasaran dengan bisik-bisik yang beredar jika Oceana terlibat hubungan yang sulit untuk dijelaskan dengan si kakak famous tersebut.

Oceana berdehem panjang. Tampak memasang pose berpikir sebelum mengakhirinya dengan sebuah gidikan bahu. “Nggak ada kayaknya.” Ia kemudian dengan santai memakan roti berperisa durian yang diberikan oleh si kakak pendamping sehabis memenangkan lomba meniup balon di lapangan tadi.

Fazira seketika memandang penuh selidik. Tidak mungkin! Dia sendiri menjadi saksi akan kehebohan tadi pagi dimana Altair seakan marah besar kepada Oceana yang tengah dilanda panik dan tiba-tiba mereka berdua pergi entah ke mana. Lalu, tak lama terdengar gosip jika Altair membawakan koper untuk Oceana.

Bukankah itu terlalu mencurigakan untuk diabaikan?

“Lo jangan coba-coba nyembunyiin sesuatu dari kita, An! Kalau lo lupa, kita ini udah sahabatan dari tiga jam yang lalu. Masa iya lo tega bohongin kita semua?” cecar Fazira berapi-api. “Kalau emang lo ada hubungan sama Kak Altair juga kita nggak masalah, kok. Ya, nggak, Tan?”

Ho'oh,” jawab Tania singkat.

Oceana terkekeh geli. Apa-apaan dengan perkataan panjang lebar dan sentimental ini?

“Kalau emang kalian nggak ada masalah, terus ngapain pakai ngotot minta jawaban dari gue?”

Kepo aja, sih.” Tania menyahut dengan mulut yang penuh akan beberapa tusuk telur gulung. “Habisnya tadi tuh chaos banget, tau? Gue tuh sebenernya bukan tipe orang yang kepo, tapi ya heran aja kenapa Kak Altair yang dikenal galak setengah mampus sama ogah banget deket sama cewek, tiba-tiba pulang terus dateng-dateng bawain lo koper. Maksudnya apaan coba?”

Oceana mengernyit. Tidak pernah dia tahu bahwa kakaknya dicap sedemikian buruknya oleh orang-orang di sini. Memang Altair itu galak adanya, tapi untuk anti berdekatan dengan lawan jenis ..., Oceana pikir itu tak mungkin.

Maka Oceana hanya bisa menarik kesimpulan jika kakaknya mungkin hanya menghindari satu orang hingga tak sadar jika aksinya memberi dampak kepada yang lainnya juga.

“Gue sih mikirnya Kak Altair itu kalau nggak gay, ya phobia cewek,” tuduh Fazira. Semakin melantur jauh dari pembahasan awal mereka.

Apalagi statement yang terakhir. Apa-apaan? Jelas-jelas di rumah Altair selalu mengambil habis jatah pembagian kasih sayang sang ibu. Jangankan Oceana, bahkan jatah khusus untuk ayahnya pun dirampas habis olehnya. Jadi, untuk gosip yang menyatakan jika kakaknya adalah seorang pengidap gynophobia*, itu jelas salah. Sangat salah, malah.

Oceana sampai merasa prihatin terhadap gambaran jelek Altair di sekolah ini. Maka diputuskan olehnya jika dia akan memanfaatkan wajah barunya sekarang ini untuk membersihkan nama kakaknya.

Gadis yang sebenarnya adalah laki-laki tersebut lantas tersenyum miring. Diliriknya ke segala penjuru arah dimana posisi gazebo yang mereka duduki bertempat sekarang. Cukup ramai akan siswa-siswi yang sedang santai maupun berjalan lenggang.

Ia mengisyaratkan keduanya untuk mendekatkan kepala mereka. Sedikit memberi kemudahan baginya untuk berbisik. “Tapi, kalian jangan bilang ke siapa-siapa, ya?” bisiknya sepelan mungkin.

Fazira dan Tania mulanya saling melirik satu sama lain. Hingga tak lama berangsur menganggukkan kepala. Keduanya memasang telinga dengan baik-baik, berusaha merekam sejelas mungkin akan jawaban sudah lama mereka nanti.

“Sebenernya, gue udah tunangan sama Kak Altair Mahesa!”

Dan sebuah ide buruk agaknya lantaran alih-alih mendengar suara sehalus angin, telinga mereka justru dibuat pengang dengan suara senyaring knalpot racing milik Oceana yang dengan tampang tak berdosanya kini hanya mengeluarkan cengiran bangga tanpa tahu jika akan badai yang sewaktu-waktu pasti akan menerpanya baik itu cepat ataupun lambat.

Menjadi objek perhatian oleh semua entitas yang berlalu-lalang bukan menjadikannya sebagai gadis yang malang. Justru Oceana merasa bangga karena sebentar lagi dia pasti akan menjadi populer dikalangan anak kelas satu. Sebagaimana yang selalu dia mimpi-mimpikan sehabis membaca novel ber-genre fiksi remaja.

“Iya, gue ini tunangan Kak Altair. Sorry kalau gue sempat ngide buat sembunyiin fakta kalau gue ini tunangan Kak Altair. Sumpah, gue nggak bermaksud buat bohongin kalian kalau gue ini emang bener tunangan Kak Altair. Gue cuma dipaksa sama dia supaya fanatik dia nggak nyerang gue pas tau kalau gue ini ternyata tunangan Kak Altair,” ucapnya terdengar lirih sembari terus menekankan kalimat yang sama guna memperjelas pendengaran orang-orang akan segala kebohongannya tersebut.

Ini semua demi memulihkan nama baik sang kakak. Dan ya, juga sekedar memanaskan situasi sebelum permainan yang sebenarnya benar-benar dimulai.

••

TBC

*Gynophobia is defined as an intense and irrational fear of women.

OCEANA   +jaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang