5/5

281 56 9
                                    


3. 30 AM

Joanna masih terjaga. Dia sedang rebahan di atas sofa sembari menonton film di televisi yang ada di depan. Menunggu Mega pulang, sebab pria itu baru saja menghubungi dan mengatakan sudah berada di depan.

Ceklek...

Pintu apartemen terbuka. Karena setelah lulus SMA, Mega memang tinggal sendirian di sana. Sebab orang tuanya pindah ke luar kota karena pekerjaan. Sehingga dia enggan meninggali rumah besar sendirian. Meski ada para pekerja juga di dalam.

"Ayo makan dulu!"

Joanna langsung bangkit dari sofa. Lalu mendekati Mega yang sedang melepas sepatu dan tas. Lalu meletakkan paper bag yang berisi makanan.

"Aku pesan McFlurry juga. Makan dulu sebelum mencair."

Joanna diam saja. Menunggu Mega selesai melepas sepatu berikut kaos kaki juga. Karena setelahnya, dia langsung memeluk pria itu di sana. Sembari menangis tentu saja.

"Ada apa?"

Tanya Mega sembari mengusap punggung Joanna. Dia tahu jika gadis itu sedang ada masalah. Karena tidak seperti biasanya dia menangis dan datang malam-malam. Menginap pula.

"Mama dan Papa memaksa agar aku kuliah. Aku tidak bisa! Aku tidak mau, Kak!"

Mega membawa Joanna menuju sofa. Mendudukkan gadis itu di sana. Sedangkan dia mulai Jongkok di depannya. Sembari menggenggam kedua tangannya.

"Kenapa tidak mau?"

"Aku tidak mau belajar lagi, tahu sendiri aku tidak pintar berhitung dan yang lain. Aku, aku hanya ingin menjadi pelukis. Aku suka menggambar dan mewarnai."

"Ada jurusan yang cocok untuk ini. Aku yakin kamu pasti bisa melewati. Karena kuliah tidak semenyeramkan yang kamu pikir. Ini kesempatan bagus, tidak semua orang memiliki kesempatan sepertimu. Aku yakin Om Sandi dan Tante Jessica tidak akan banyak menuntut. Mereka hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Joanna, kuliah memang tidak menentukan kesuksesan, tapi kuliah bisa membuatmu kenal banyak orang yang mungkin akan menjadi orang hebat di masa depan."

"Memangnya kenapa kalau tidak kenal orang hebat di masa depan? Toh, aku juga tidak butuh bantuan mereka!"

"Sekarang memang tidak butuh. Tapi lima tahun, sepuluh tahun lagi, siapa yang tahu? Orang tuamu tidak bisa selamanya ada untukmu."

Air mata Joanna kembali mengalir. Dia sedikit tertampar akan apa yang baru saja Mega katakan tadi. Sebab dia jelas tidak berpikir sejauh ini.

"Om dan Tante pasti tidak berharap kamu menjadi milyader, mereka hanya berharap kamu bisa survive sendiri saat mereka tidak ada. Kalau kamu kuliah, setidaknya kamu ada modal ijazah untuk cari kerja jika suatu saat nanti passion menggambarmu tidak menghasilkan. Karena tidak semua seniman bisa menghasilkan uang."

"Mau, ya? Nanti aku bantu carikan kampus dan jurusan yang paling pas. Aku juga akan bantu kamu jika kesulitan. Aku janji tidak akan membiarkan kamu susah sendirian."

Mega mengusap air mata Joanna menggunakan ibu jarinya. Membuat gadis itu mengangguk singkat. Lalu memeluk pria yang sudah dua bulan ini menjadi pacarnya.

Iya. Joanna dan Mega sudah pacaran. Namun keduanya sengaja menyembunyikan hubungan. Joanna yang meminta, karena takut dipaksa putus oleh kakaknya.

Setelah melepas pelukan, mereka makan bersama. Kemudian bersih-bersih sebentar sebelum berencana tidur bersama. Karena keduanya sudah sama-sama mengantuk sekarang.

"Kamu serius tidak apa-apa menginap?"

Tanya Mega tiba-tiba. Saat membawa Joanna ke dalam dekapan. Sebab saat ini mereka memang sudah berada di atas ranjang.

"Sudah terlanjur juga. Hampir jam empat. Tidak mungkin kamu mengantarku pulang sekarang juga, kan? Kamu pasti lelah setelah dari luar kota."

"Ya tidak apa-apa, daripada mereka khawatir dan kamu kena marah?"

"Sudah! Kita pikirkan besok saja! Aku mau tidur dengan tenang!"

Joanna mendekap Mega erat-erat. Tidak ingin pria ini berjauhan dengannya. Karena selama ini, dia memang merasa jika hanya Mega yang bisa mengerti dirinya.

10. 40 AM

Jeffrey menatap ibunya yang sedang menangis di teras. Karena mengira jika Joanna pergi dan tidak akan pernah pulang. Sebab sampai sekarang, dia tidak bisa dihubungi oleh mereka.

"Bagaimana? Bagaimana hasilnya!?"

Tanya Jessica pada anak dan suaminya. Karena mereka baru saja diminta membuat laporan orang hilang. Agar polisi bisa ikut serta membantu mereka.

"Belum bisa. Kita tidak bisa melaporkan Joanna atas kasus orang hilang karena belum ada 24 jam."

Ucapan Sandi membuat Jessica semakin histeris. Dia tampak semakin sedih. Menyalahkan diri sendiri karena membuat Joanna pergi. Hingga pingsan dan hampir tumbang menghantam lantai kalau saja tidak Kasih pegangi.

Matahari sudah meninggi, Joanna dan Mega baru saja bangun tidur saat ini. Keduanya juga mulai memeriksa ponsel masing-masing dan ternyata ada banyak pesan berikut panggilan dari Jeffrey.

Keduanya langsung bersiap menuju rumah Jessica dan Sandi. Karena takut terjadi sesuatu pada Jessica yang dikatakan tidak sadarkan diri hingga saat ini. Membuat Joanna menangis selama perjalanan pulang kembali.

Hingga saat tiba di rumah, Joanna melihat Jeffrey yang sudah menunggu di teras. Dia menatap si adik tajam. Lalu melayangkan tamparan saat itu juga.

PLAK...

Joanna terhuyung ke belakang. Beruntung Mega memegangi dirinya. Karena kalau tidak, dia pasti sudah tersungkur sekarang.

"JEFFREY! KAMU APA-APAAN, SIH!?"

Pekik Mega tidak terima. Sebab baginya, Jeffrey sudah terlalu kasar pada Joanna. Sedangkan gadis itu masih berusaha mencerna keadaan. Karena kepalanya terasa pening tiba-tiba.

"TIDAK USAH IKUT CAMPUR URUSAN KELUARGAKU! KENAPA KAU PULANG, HAH!? GARA-GARA KAMU MAMA TIDAK SADAR! DIA MENDERITA KARENA KAMU KURANG AJAR! LEBIH BAIK PERGI SAJA SEKALIAN! TIDAK PERLU LAGI KEMBALI KE RUMAH! DARIPADA MEMBUAT ORANG SUSAH! DASAR ANAK PUNGUT TIDAK TAHU DIRI!"

Ucapan Jeffrey jelas membuat Joanna sakit hati. Dia hanya bisa menangis sembari memenangi pipi. Dia juga tidak bisa membantah seperti biasa karena sadar diri. Sebab sudah banyak merepotkan selama ini.

"Aku akan pergi setelah ini. Tapi izinkan aku melihat Mama untuk yang terakhir kali."

Ucap Joanna dengan dada sakit. Dia jelas enggan meninggalkan Jessica sebenarnya. Namun dia tahu jika kehadirannya hanya akan menyusahkan saja. Sehingga dia memutuskan untuk benar-benar pergi saja. Menghilang dari peredaran keluarga angkatnya.

20 comments for next chapter!!!

Tbc...

EVERYTHING TAKES TIME [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang