kerja sama🍁

13 3 1
                                    

Di sisi lain, Ignatius sedang marah saat ini karena senjata yang ia pesan mengalami kendala. Lagi-lagi dia yang harus mengurus semuanya. Dengan perasaan kesal, dia menumpuk kertas-kertas yang tadi dia kerjakan jadi satu dan meletakkan di sisi meja, membiarkannya karena tahu akan ada orang yang mengambilkan.

Sementara dia mengambil koper dari atas rak buku, lalu melangkah keluar dengan wajah yang terlihat kesal.

Di depan rumah besarnya, kereta kuda yang sudah di siapkan Cozy sebelumnya siap menghantarkan dia ke suatu tempat. Kereta kuda itu tampak biasa saja, tidak ada ukiran dan kesan mewah dari luar. Ignatius memang sengaja karena tidak ingin membuat orang curiga.

Dia masuk, sebelum kereta kuda berjalan Cozy sempat menahan dan mengatakan beberapa hal penting.

"Tuan harus hati-hati karena mereka adalah bajak laut yang terkenal kejam, bahkan raja saja tak bisa menaklukkan bajak laut itu."

"Aku tau itu, kau keluarlah. Oh, dan katakan pada wanita itu aku memiliki urusan penting dan tidak dapat di tunda jika dia bertanya. Kalau sesuatu seperti kemarin terjadi lagi, kau cegah saja dia."

Setelah Ignatius selesai dengan pesannya, Cozy keluar dari kereta kuda dan memperhatikan kereta kuda itu mulai menjauh. Cozy kembali ke dalam dan berjalan menuju kantor pribadi Ignatius, mengambil setumpuk kertas di sisi meja dan menaruhnya di koper kosong. Besok nanti dia akan menyerahkannya pada raja.

Ria baru pulang ke rumah  sore hari, dia membawa banyak barang ke rumah. Selain membeli pakaian yang terlihat sederhana dan ringan, Ria juga membeli beberapa perkakas entah untuk apa, dia menyimpannya di gudang tanpa sepengetahuan pelayan.

Sedang membagikan makanan ringan yang dia beli, Ria melihat Cozy mendatanginya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa selain melihatnya membagikan makanan ringan pada pelayan juga pekerja lain, Ria mengerutkan alisnya lalu menawarkan Cozy makanan yang sama.

"Apa kau mau?" Cozy menggeleng pelan, pria yang lebih mudah dari Ignatius itu terlihat kebingungan akan sesuatu. Dia terus saja bergerak gelisah dengan memilin ujung bajunya sendiri.

Membuat Ria kesal sendiri melihatnya. "Ada apa denganmu? Apa kau kena tipes?"

Cozy dan pelayan lainnya tersentak, para pelayan tidak memahami nyonya mereka yang kadang bisa berubah sikap secara tiba-tiba. Kadang menjadi nyonya yang baik dan lembut dan kadang juga menjadi nyonya baik tapi selalu terlihat marah.

"Tidak nyonya, hanya saja tuan menyuruh saya menyampaikan pesan bahwa beliau pergi untuk urusan penting selama beberapa hari ke depan."

Para pelayan di sana menjadi sedih, mereka takut nyonya mereka juga merasakan hal yang sama saat sang tuan pergi lagi meninggalkan rumah.

"Oh, begitu."

Mereka mendongak menatap wajah nyonya mereka yang terlihat biasa saja. Saling melirik, mereka di landa kebingungan. Biasanya saat nyonya mereka mendengar sang tuan pergi, perempuan itu pasti akan sedih dan mengurung diri di kamar.

"Kau tak punya urusan lagi'kan, kalo begitu pergilah." Ria bermaksud mengusir karena dia sedikit terganggu dengan keberadaan Cozy. "Tapi sebelum pergi—ini."

Saat berbalik dan akan melangkah pergi, Cozy menoleh dan terdiam saat sebuah cookies terjulur di hadapannya. Dia menatap tangan yang memegang cookies itu lalu merambat ke wajahnya. Wajah nyonyanya tersenyum lebar padanya, senyumannya terlihat manis dan memikat, Cozy bahkan baru menyadari jika istri tuannya mempunyai tahi lalat di bawah bibirnya.

Apa yang dia pikirkan? Cozy menggeleng dan segera menerima cookies itu. "Terimakasih nyonya."

"Semua pekerja di sini juga mendapatkannya, termasuk kau. Makan,ya Cozy."

MENGHENTIKAN PEMBERONTAKAN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang