Ignatius merasa aneh pada perempuan yang menjadi istrinya itu, jika biasanya dia selalu mendekatinya dan berusaha mendapat perhatiannya tapi Ignatius merasa Astoria menjaga jarak padanya.
Seperti sekarang, saat mereka duduk berdua di taman belakang dan Ignatius menggenggam tangannya justru Astoria menariknya perlahan. Perempuan itu memang memberinya senyum manis penuh cinta tapi berbeda dengan sikapnya yang seperti menghindarinya.
"Astoria ada apa?" Dia bertanya lembut pada istrinya yang sedang meminum jus buah.
Perempuan itu menggeleng pelan, "aku memiliki janji dengan teman. Ignatius aku akan pergi sekarang." Ria beranjak dari kursi dan pergi tanpa membiarkan Ignatius bersuara kembali.
Ignatius memandang punggung Astoria yang pergi menjauh, ada yang aneh dari gerak-gerik perempuan itu. Ignatius mengerutkan alisnya dengan mata emas yang memancar tajam seperti elang.
Pergi dari taman belakang, Ignatius masuk ke kantor pribadinya. Di sana ada Cozy. Ignatius duduk di kursi kerjanya dan memandang Cozy yang sedang membereskan kertas-kertas di meja.
Cozy yang merasa di tatap tajam oleh sang tuan mendongak melihat wajah tuannya yang seperti mendapat masalah. "Ada sesuatu yang menggangu tuan?"
"Ada yang aneh dengan perempuan itu, dia bersikap aneh akhir-akhir ini. Terkesan menghindariku dan seperti tidak peduli akan keberadaanku, tidak seperti biasanya."
Cozy diam sejenak sebelum bicara kembali, "akhir-akhir ini memang nyonya sering keluar. Yang saya tahu nyonya sering mendatangi taman kota setiap sore dan kadang-kadang jalan-jalan ke kota. Apa perlu saya menyelidikinya."
Ignatius diam untuk berpikir, jika Astoria memiliki kebiasaan baru selain menggangunya maka itu bagus. Meski dia sedikit terganggu dengan perubahannya yang tiba-tiba, tapi bukankah dia akan mendapatkan sedikit kebebasan?
"Tidak perlu biarkan saja. Jika sikapnya semakin mencurigakan barulah kau bertindak." Cozy hanya mengangguk lalu pergi membawa kertas-kertas itu.
Di lorong, Cozy berpapasan dengan nyonyanya yang sepertinya hendak ke ruangan sang tuan. Cozy menyapanya.
"Pagi Cozy, kau pria yang bekerja keras ya. Pagi-pagi begini sudah akan pergi ke intana." Cozy hanya tersenyum saja mendapatkan pujian yang menurutnya berlebihan itu, lalu ia melanjutkan perjalanan. Dadanya masih saja berdebar saat berhadapan dengan nyonyanya, tapi tak separah sebelumnya sampai-sampai dia sulit mengendalikan diri.
Ria memasuki kantor Ignatius tanpa mengetuk pintu karena pintu itu terbuka sedikit. "Ignatius aku meminta izin pergi keluar untuk dua hari penuh."
Ignatius yang sedang membaca laporan rahasia mendongak pada wajah Astoria yang berdiri di depan mejanya. Alis tebalnya menyatu ketika mendengar kata dua hari.
"Dua hari? Kau mau kemana?"
Ria menatap ke arah lain selain mata tajam Ignatius yang seolah sedang mengacungkan ujung pedang di depannya. "Ke rumah temanku, dia akan melakukan pesta besar dan aku ingin membantunya jadi aku izin untuk pergi selama dua hari."
"Mendekatlah."
"Ada apa?"
"Mendekati saja." Dengan langkah ragu Ria mendekati Ignatius. Dia terkejut saat Ignatius meraih pinggangnya dan memeluknya, segera dia melepasnya dengan gerakan perlahan.
Yang justru membuat Ignatius semakin curiga, dia diam-diam mengepalkan tangan.
"Jadi kau mengizinkanku atau tidak?"
"Ya baiklah jika itu yang kau inginkan." Mendengar jawaban Ignatius, Ria langsung berbalik pergi meninggalkan Ignatius yang masih ingin berbicara dengannya. Pria itu menghela nafas berat, memandang pintu yang tertutup.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENGHENTIKAN PEMBERONTAKAN.
RandomDia bunuh diri setelah gagal menikah, tapi sialnya ia masuk ke komik kesukaannya yang memiliki alur cerita tentang pemberontakan. bekerja sama dengan ML, Dia berusaha menghentikan suami Astoria yang memimpin pemberontakan.