Keadaan asrama Slytherin kian terpuruk, semakin hari point yang sudah susah payah di kumpulkan semakin berkurang, bukannya bertambah. yah, paling tidak bertambah satu atau dua point per harinya.
Lonceng berdentang kuat saat matahari sepenggal lagi tenggelam, sahut sahutan suara malam dari satwa-satwa gaib di Creepwood mulai terdengar.
Cahaya yang terpancar dari dalam perapian nampak menyala-nyala, menerangi hampir seluruh ruangan rekreasi, lampu-lampu bulat hijau juga ikut menambah kehangatan. Tak banyak yang sedang berkumpul disana, hanya setengah dari seluruh wizard Slytherin. Sisanya sedang berlatih giat di lapangan. Mungkin juga tidak.
Sudah hampir sepekan, mereka berlatih tanpa sedikitpun gangguan, namun tatapan-tatapan aneh tetap saja terpampang jelas memandangi wizard asrama Slytherin setiap harinya. Seperti sebuah angin, mereka menganggap semua itu hanya seperti angin yang berhembus lalu pergi.
"...Lagi pula Kirito lah yang paling kawaii." Ujar Dee.
"Apa!? Tidak, tidak, Naruto." Sambung Tasya. Tidak mau kalah. "Naruto yang paling kawaii."
"Kirito!""Naruto!!"
"Sudahlah, kalian selalu berkelahi masalah ini." Adit menyela. "Kupikir, Juvia juga manis." Tasya dan Dee melirik tajam ke arah Adit."Naruto!" "Kirito!" Sergah mereka serentak, kemudian mereka melipat tangannya.
Sepi menyela di antara mereka, hanya suara-suara lonceng yang belum berhenti berdentang, dan suara api yang rakus memakan beberapa kayu di perapian.
"Ini benar-benar aneh." Ucap Syifa, semua yang berada di keliling perapian melihat ke arah Syifa.
Semua terlihat sangat penasaran, seketika itu Adit menengok, Mei menaruh buku bacaannya, Tasya dan Dee berhenti menggambar.
"Disini tertulis, bahwa guru si pemeran utama, dalam pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib di Hogwarts adalah Hagrid."
Semua menghela napas kecewa dan kembali melakukan aktifitasnya. "Itu hanyalah dongeng! Apa anehnya?"
"Kau tahu kisahnya?"
"Iya, temanku dari asrama Gryffindor menceritakan itu, dia diceritakan pembantu muggle nya." Mei kembali mengangkat Bad Slytherin, dan membacanya.
"Akan ku ceritakan nanti." Bisik Syifa ke arah Mei yang duduk disebelahnya. "Bagaimana bisa kau berteman dengan wizard Gryffindor?" Syifa membersarkan suaranya.
"Kami berteman sejak kecil, ayah nya bekerja di Kementrian Sihir Indonesia." Jawab Mei enteng. "Nah! Satu riddle lagi teman-teman!" Adit, Dee, dan Tasya terlihat antusias.
"Apa? Sudahlah, percuma saja, dari semua riddle yang tertera disana, tak satupun yang aku mengerti." Ujar Syifa lalu terlihat acuh, dan kembali membaca Hogwarts.
"Yang satu ini halamannya berwarna kuning, pasti ini adalah riddle yang sulit." Sambung Mei lagi. "Um, sebelumnya, jangan biarkan Christ tau kalau aku membaca bukunya ya." Adit, Dee dan Tasya mengangguk setuju.
"Bila langit menjadi sebulu legenda, aqua tak akan beri petunjuk, kecuali kau menggunakan sayapnya, ikuti bila ular memang bencana, namun pertama kau harus ke great wall dan ..."
BRAKK!!
Pintu ruangan mendadak terbuka, sigap Mei menutup Bad Slytherin dan menyembunyikannya di balik jubah yang ia pakai. Adit mengerutkan kening, keheranan, Dee dan Tasya kembali menggambar.Seseorang dengan pakaian yang serba hijau kehitaman masuk menenteng gitar. Disusul dua orang lain yang kemudian naik ke kamar.
"Melelahkan !!" Melvin membanting tubuhnya ke atas sofa. Kemudian beberapa wizard lain masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slytherin (SHI)
FanfictionWhat if a Magical World is real? What if Wizards School is in Indonesia? Keinginan untuk memenuhi hasrat pribadi Mengabaikan apa yang terjadi demi tujuan Buta hingga mengacaukan semuanya Perasaan negatif terhadap seseorang Prasangka buruk yang menga...