S | Taring

78 15 8
                                    

Gelap.

"Apa selanjutnya?"

"Buka saja!"

"Apa dia sudah sadar?"

"Pukul satu kali lagi!"

Sesuatu tiba-tiba menghantam perutnya.

Andri mencoba untuk fokus terhadap pandangannya, setelah sesuatu yang menutup pengelihatannya dilepas. Dia menghadap ke atas, sinar matahari yang agak redup di belakang awan. Tangan Andri diikat kebelakang, meski tidak terlalu jelas, ia tahu ada beberapa orang tak dikenal berdiri di depannya, di antaranya mengacungkan tongkat ke arah wajahnya. Kebanyakan mereka diselubungi baju hitam.

"Apa lagi?"

"Tunggu saja."

Ikatan di tangannya mengencang, nampaknya ada seseorang lagi di belakang yang memegang ikatannya. Andri berdiri, terhuyung, pengelihatannya semakin membaik. Ada delapan orang di sana, tiga di antaranya memegang tongkat ke arah luar area mereka, berjaga-jaga, atau mungkin menyembunyikan mereka dengan mantra pelindung. Dua orang lain memperhatikan dengan tongkat ke arahnya. Dan satu orang memegang ikatan di belakang dengan sangat kuat, sisanya hanya memperhatikan. Andri tidak sama sekali mengenal semua atau satu di antara mereka, karena mereka semua menggunakan topeng.

Tepat di mata Andri, di depannya, sebuah batu besar berdiri kokoh, dia masih di sana, di Great Wall, di halaman belakang yang jarang terjamah, di pintu utama jalan yang aman menuju Creepwood, beberapa kilometer dari Quidditch Pitch. Begitu dekat dengan gedung asrama Hufflepuff. Dia di sana, tapi tidak melihat Satrio dimanapun.

"Siapa?" Andri bersuara, lirih, tenggorokannya begitu kering.

BUGH! Satu tendangan menghantam perutnya, ia terjatuh. Sebenarnya, dia benar-benar merasa sekujur tubuhnya begitu lemah untuk berdiri, ia ingin merobohkan seluruh tubuhnya ke tanah, tapi karena tangannya terikat kuat dengan tali sementara tali itu dipegang begitu tinggi. Andri hanya menjatuhkan lututnya sesaat, kemudian kembali berdiri.

"Sudah, sudah, kita keterlaluan." Satu orang dengan suara laki-laki membelanya. Arah suaranya mungkin salah satu dari empat orang yang berdiri dua meter di depannya. Ikatannya kembali mengencang, ia ditarik untuk lebih berdiri menghadap ke arah batu dengan tulisan yang tidak diketahui apa maksudnya. Satu tongkat mendekat ke arah lehernya. "AKU KEHABISAN KESABARAN UNTUK MENUNGGUMU SADAR." Orang dengan suara yang sama berbisik dari belakang, ternyata dia yang memegang ikatan. "KAU HARUS..."

"MENJAUH DARIKU!!" itu Mikha, dia berlari. Vandi menyusul di belakangnya.

Tongkat yang mengancam leher Andri agak bersinar kehijauan, dua orang di depannya memberikan isyarat untuk tetap diam. Tiga orang dengan tongkat pelindung beraksi dengan mantra.

Andri berusaha sebisa mungkin berteriak memanggil satu di antara mereka. Tapi tarikan dari suaranya membuat ia semakin merasakan rasa sakit. Mikha agak bersandar di dinding lorong, Vandi mengenakan pakaian Quidditch. Mikha menangis. Mereka benar-benar tidak bisa melihat Andri yang tengah disandera di dekat sana. Beberapa saat kemudian Vandi pergi menjauh. Mikha mengelap air matanya, dia menoleh ke arah Great Wall. Andri agak meronta dan menahan rasa sakitnya, tapi tetap tidak menghasilkan satu suara pun. Mereka pergi.

Setelah tongkat itu menjauh dari lehernya, rasanya sama seperti saat berenang dan hendak mengambil napas. Andri merasa begitu letih. Tenggorokannya seperti terisi ribuan duri yang tajam dan melukai dinding-dindingnya. Rasa sakit itu Andri rasakan saat ia menelan ludahnya.

"Baca!"

Andri tidak tahu apa maksud dari orang itu, tapi yang pasti ia dihadapkan dengan sebuah batu dengan bacaan yang sangat jelas dan bisa dibaca oleh siapapun. "Nothing." (Tidak ada apa-apa)

Slytherin (SHI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang