"Jadi begini-" Alex mengajak Andri dan yang lainnya duduk. "Apa kau ingat beberapa hari yang lalu? Saat Aku dan Syifa mendapatkan potongan point dalam pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib?" Andri mengangguk. "Saat itu kami menemukan sebuah pondok dengan penghuninya yang aneh. Dan namanya adalah ... Hagrid."Andri terlihat kebingungan. "Aku tidak mengerti."
Alex mengerling ke arah Syifa, lalu Nadia, Mei, kemudian kembali lagi ke arah Syifa dan Andri. "Dia menyerang kami, untungnya Arul melakukan aksi heroik tak terduga, Hagrid bilang kalau seharusnya Slytherin bisa menyangkal mantra yang diluncurkannya, dan sebenarnya... Hogwarts, nama tengah sekolah kita adalah sebuah dongeng dari London." Sambung Alex. Andri masih bingung, dia mengkerutkan kening.
"Dan guru Pemeliharaan Satwa Gaib yang mengajar si peran utama adalah... Hagrid." Mei menambahkan. Andri terlihat masih kebingungan. "Semua seperti memiliki ketergantungan, Orang itu pasti tahu alasan kenapa bulan ini, asrama kita seperti diterpurukkan keadaannya, yeah, meskipun beberapa hari terakhir ini keadaan cukup membaik."
"Atau mungkin Hagrid yang di dalam dongeng, adalah Hagrid yang sama dengan yang kami temukan di pondok di Creepwood?" Ujar Syifa.
"Sebenarnya, aku masih bingung, tapi, kalian benar. Kita harus bertanya kepada orang yang bernama Hagrid itu," Andri berdiri kemudian mengeluarkan tongkatnya. "Aku yakin dia tahu jawabannya, dan cara mengatasinya. Kita tetap harus bergerak, meskipun secara diam-diam."
"Tunggu... Kau tidak berniat ke sana semalam ini kan?" Tanya Nadia.
"Apa kau gila? Kalau tidak sekarang lalu?" Andri berjalan mendekati pintu ruangan rekreasi. "Cepat, Aku benar-benar penasaran."
Alex, Syifa, Mei, dan Nadia mengikuti di belakang.
"Apa kalian tidak membutuhkan rencana?" Seseorang menghentikan langkah mereka. Syifa menepuk keningnya, Andri berbalik, mencari asal suara itu, dari tangga. "Kalian hebat kalau benar-benar pergi tanpa rencana." Tasya berdiri sambil melipat tangannya, disampingnya Wahyu dengan buku catatannya.
"Tasya? Wahyu?" Ujar Andri, mencoba membenarkan pengelihatannya. "Baiklah, apa rencananya?"
Tasya dan Wahyu menuruni anak tangga secara perlahan. "Pertama, kita harus tahu waktu-waktunya Lekuey berkeliling." Ujar Wahyu.
"Aku lebih tahu, aku sering berkeliling lorong-lorong pada tengah malam." Ucap Andri.
"Kalau begitu, ajak kami bersama kalian." Ujar Tasya.
"Selama berita ini tidak menyebar." Ujar Syifa. "Ayo." Ajaknya.
Awalnya Andri memimpin mereka, dan untuk pertama kalinya, Syifa bisa menghentikan ocehannya. Mereka menelusuri kamar mandi lama yang tembok bagian dalamnya berlubang dan membentuk lorong panjang yang kecil, terpaksa mereka harus berjalan merangkak menelusuri lorong itu. Lorong itu mengantarkan mereka ke bagian belakang kastil, tepat di dekat Creepwood.
-
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya seorang perempuan di belakangnya. "Sudahlah, katakan saja kau sedang memikirkan wanita itu, benar? ... Ha, aku bersyukur kalau asrama itu terpuruk, dengan begitu kita bisa membalas kemenangan house cup mereka tahun lalu."
"Diam bel." Jawabnya singkat. "Aku bukan memikirkan soal itu."
"Lantas? Sampai kau termenung bersandar di ujung jendela? Aku tidak terlalu bodoh Satrio!" Abel menepuk pundaknya.
"Aku hanya prihatin, kenapa perubahan itu cepat sekali dampaknya..."
"Justru itu bagus kan?" Sela Ariana yang tengah duduk di sofa, dan dari tadi mendengarkan. "Bukannya menuduh tapi, asrama itu memang tidak seharusnya berada pada posisi tertinggi, yah, paling tidak di bawah kita. Jujur saja aku tidak terlalu membenci mereka, hanya saja sedikit tidak suka saat bertemu wajah-wajah penuh angkuh mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Slytherin (SHI)
FanfictionWhat if a Magical World is real? What if Wizards School is in Indonesia? Keinginan untuk memenuhi hasrat pribadi Mengabaikan apa yang terjadi demi tujuan Buta hingga mengacaukan semuanya Perasaan negatif terhadap seseorang Prasangka buruk yang menga...