S | A Secret

120 29 10
                                    

Matahari bersembunyi di balik awan yang gelap, perlahan tapi pasti hujan yang awalnya sangat deras kini hanya tinggal rintik yang menggantikan. Angin dingin juga berhembus, langit terasa pagi meski seharusnya memancarkan cahaya siang.


"Jadi bagaimana?" Tanya Tasya dari sofa panjang. "Apa kita ketahuan?"


"Haha, tenang saja." Andri mengambil sebua stick coklat di tengah meja.


"Apa kau serius?" Mei berbalik saat mendengar itu, dia tengah membaca Herbology And Indonesia.


"Tapi? Bukankah kita sudah membukakan tali yang mengikat Hagrid?"


"Kita tidak tahu, ada tidaknya hubungan Hagrid dengan sekolah." Jawab Tasya.


"Aku yakin saudaranya itu benar-benar ada di SHI, tapi aku tidak tahu saudaranya itu bekerja sebagai apa." Mei berdiri kemudian mengambil stick coklat. "Sampai saat ini, tidak ada guru mata pelajaran apapun yang wajahnya mirip dengan Hagrid."


Syifa yang tengah duduk di sebelah Tasya tiba-tiba mengangkat tangannya. "Kau benar, dia juga menunjukkan jalan yang benar-benar menuju ke SHI kemarin."


"Apa kita harus melanjutkannya malam ini?" Tanya Wahyu kepada Andri.


"Tidak! Jangan! Lebih baik tidak usah.!" Andri menggelengkan kepalanya, dia sedikit bingung mencari alasan saat Tasya, Mei, Nadia, Wahyu dan Syifa tiba-tiba menoleh ke arahnya. "Em, mengingat Professor sudah memberikanku peringatan."


"Apa kita tidak mendapatkan potongan point?" Tanya Wahyu.


"Tidak, kita hanya diberi peringatan." Jawab Andri singkat.


"Wow! Itu sebuah prestasi yang bagus, tak biasanya Professor membiarkan Slytherin seperti ini." Mei terlihat sangat senang.


"Itulah... Kurasa keadaan asrama mulai membaik, tujuan kita saat ini adalah house cup yang ke tiga. Meskipun terlihat sangat mustahil." Andri menoleh ke arah lukisan genangan air di perapian, kemudian melontarkan mantra ke arahnya, lalu skor-skor dari tiap asrama keluar. "Lihat!"


Mereka memperhatikan lukisan dengan seksama. Saat perlahan-lahan angka-angka keluar dari genangan itu.


"Apa!? Point kita tidak berkurang?" tanya Mei, tidak percaya, dia kemudian berdiri untuk memastikan kebenarannya.


Andri tersenyum bangga. "Kau lihat? Asrama Slytherin kian membaik."


"Tapi, kenapa?" Tanya Tasya.


"Entahlah, mungkin Professor salah menuduhku." Jawab Andri, Tasya masih terlihat kebingungan. "Professor bukan mempermasalahkan tentang kita yang berkeliaran di Creepwood di atas jam sepuluh, sepertinya kita tidak ketahuan, dia hanya bertanya siapa yang berlarian di kamar mandi lama malam itu." Sambung Andri.


"Bukannya kita juga berlarian di kamar mandi lama?" Tanya Tasya lagi.


Slytherin (SHI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang