S | Quidditch

81 16 4
                                    

Belum tepat jam sembilan pagi tapi Quidditch Pitch sudah dipenuhi ribuan penonton dengan atribut-atribut pendukung yang datang tak hanya dari Sekolah Hogwarts Indonesia, tapi juga beberapa awak media lokal seperti; Media Zero Area dengan baju kemeja biru panjang yang hampir tiap tahunnya ikut ambil bagian di bangku penonton, atau yang berasal dari Asia, seperti; Better Answer This Asian (BATA) yang jumlahnya lumayan banyak, Asian Wizard Interviewer (AWI) yang juga tak kalah penasarannya dengan Quidditch Cup tahun ini, meski mereka hanya menerjunkan beberapa anggotanya. Bangku penonton juga diduduki oleh para pencari bakat dari AQA (Asian Quidditch Association (mengingat Sekolah Sihir di Indonesia masih terbilang langka, dan sampai saat ini hanya SHI yang dipandang se-Asia mewakili Indonesia)); dan I-BRA (Indonesian Broomstick Racing Association). Semuanya antusias ingin melihat langsung pertandingan Quidditch Cup di akhir tahun ini.

Cuaca sangat cerah pagi ini, petasan-petasan berhamburan, meski cahayanya agak kalah dengan sinar matahari, begitu juga dengan kerlap-kerlip cahaya dari kamera potret dari bangku penonton. Di pertandingan ini, wiz Slytherin sungguh mengharapkan kemenangannya, hingga rekor untuk Slytherin yang awalnya terpuruk bertahun-tahun terpecahkan, rekor sebelumnya adalah kemenangan dua kali berturut-turut dari Hufflepuff, jauh beberapa tahun yang lalu. Slytherin justru bangkit akhir-akhir ini, predikat dua kali kemenangan berturut-turut sudah ia pegang tahun lalu, dan tahun ini, mereka berharap bisa memecahkan rekor dengan kemenangan tiga kali berturut-turut.

Suasana begitu ramai, sorak-sorai penonton yang sudah tidak sabar lagi ingin melihat pertandingan sangat memicu adrenalin, butuh suara yang lebih kuat lagi kalau ingin berbicara begitu berada kira-kira radius 5m dari Quidditch Pitch.

Jubah mereka menjuntai panjang hingga terseret-seret di lantai, beberapa orang yang melihatnya terkejut, bahkan ada yang tidak berkedip sama sekali.

Professor Ghina agak berdeham, namun suaranya tenggelam, ia kemudian menyenggol Albus yang tengah tertawa memperhatikan petasan yang membesarkan namanya. Butuh waktu lama hingga Albus sadar, dia kemudian terlihat nampak ingin berbicara, namun tempat komentator sangat jauh darinya, para guru dan professor lain yang duduk di sana bahkan tidak menyadari kegusaranya. Albus kemudian menunjuk lehernya dengan tongkat kemudian berteriak, "PERHATIAN!" seketika hening. Dia mengayunkan tongkatnya perlahan, kemudian keluar sepercik cahaya kemerahan yang menari menuju ke tengah-tengah Quidditch Pitch, penonton menatapnya dengan penasaran, tepat di tengahnya.

Seketika lapangan rumput yang hijau melipat layaknya kertas, dan besi-besi tiang keluar dari dalam tanah. Sebuah panggung muncul tepat di tengah-tengah mereka, panggung yang lumayan besar berikut layar yang juga besar di empat titik yang yang berbeda.

Penonton kembali bersorak saat seketika sebuah bunyi musik dari gitar listrik di sana memainkan senarnya sendiri. Kelang beberapa detik simbal dari drum juga berbunyi mengikuti nadanya. Kemudian musik itu berhenti.

"Are you ready?" Sebuah kepala dengan kacamata muncul tanpa badan di depan stand mic. Para penonton yang sudah mengetahui trik itu bersorak kegirangan, di samping sorakan mengejek.

Hanya beberapa penonton yang mengetahui mereka dan menjawab. "Yes Slyth Yess!" Dengan suara yang besar, karena mereka menggunakan mantra pengeras suara.

"Itu Melvin!! Itu Melvin!!" Tasya yang tengah menjajakan petasan rakitannya dengan Nadia menarik-narik lengan Nadia di sampingnya.

"Ooooouuh, itu dia! Band pembuka kita!" Ujar Farid, sebagai Komentator. Kini akhirnya ia bisa menyetel mic dengan mantra pembesar suara yang pas. "Slytherllica!!" Teriak Farid, dan seketika itu Melvin, menunjukkan seluruh tubuh setelah kepulan asap hitam menyelimutinya, begitu pula dengan Vandi, Kaito, Ryo, Ridho, dan Adit. Slytherllica menghibur semua penonton sebagai band pembuka.

Slytherin (SHI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang