S | Open

66 11 2
                                    

Malam semakin larut, tak seperti biasanya, kali ini pemberian penghargaan diperlambat. Albus dan para staff belum juga muncul, hanya beberapa guru yang ada di sana.

Dia menghela napas lega, sambil mengelap keringat di keningnya yang bercucuran, dia menjauhi sudut bar, kepalanya agak mencari-cari ke kiri dan ke kanan. Tangannya memegang telinga kiri. "Um, Syifa, kau di mana?"

Lampu kekuningan menerangi mereka, ditemani satu meja kecil dengan kursi yang kecil, mereka duduk dengan coklat panas di atas mejanya, bukan menu biasa mengingat mereka sedang berada di sudut bar. Mereka tidak menghiraukan suara-suara tawaan dari orang-orang di luar bar, atau suara-suara ejekan yang jelas mengarah kepada mereka. "...Oh, jadi? Nama aslimu bukan Hagrid?" Syifa tertegun. Dia memegang telinganya sambil menutup mulut dan berbisik. "Masih investigasi Kai, tunggu aku sebelum menyusul mereka."

"Iya, namaku Lokey, aku adik kandung Lekuey." Dia menunduk malu. Jas kecilnya sangat pas meski dia tetap tidak mencukur janggutnya yang menjuntai. Sangat lucu, karena berpadu dengan dasi kupu-kupu yang bersembunyi.

"APA!?" Mereka serempak berbicara dari balik alat komunikasi mini buatan Tasya yang tak lebih dari sekedar titik yang menempel di telinga mereka masing-masing, tapi cukup menguntungkan.

"Aku sudah menduganya!" Alex berbicara sambil mengacungkan tongkat. Dia, Ryo, dan Adit sedang melindungi Mei dan Tasya yang sedang berusaha melihat GreatWall lebih dekat.

"Aku di air mancur sebelumnya, Syifa, kau bisa menyusulku." Tukas Kai, dia kembali duduk di tempat yang sama.

"Dari mana kau tahu semua tentang Albus?"

"Lekuey."

"Kau bisa memberitahu mereka Kai, aku ke sana lima menit lagi." Syifa tersenyum. "Hm, aku sangat senang bisa berbicara denganmu Lokey."

"Kau tidak marah?"

"Untuk apa?" Syifa berdiri.

"Karena membohongimu."

"Aku oke." Syifa tersenyum sebelum mengecup pipi Lokey dan pergi.

"Aku masih tidak mengerti, hanya ada tulisan Nothing di sini, dan kita sudah berkali-kali membacanya." Tasya menggoyang-goyangkan tongkat dengan sinar kebiruan di ujungnya.

"Halaman kuning berbunyi...

Bila langit menjadi sebulu legenda, aqua tak akan beri petunjuk, kecuali kau menggunakan sayapnya, ikuti bila ular memang bencana, namun pertama kau harus ke great wall dan balik ke adaannya.

Buckbeak Hitam itu nyata, langit sebulu legenda artinya malam. Aqua tidak akan beri petunjuk..." Mei meraba GreatWall dengan ujung-ujung jarinya.

"Apa mungkin aliran air di Creepwood?" Alex memotong.

"Mungkin." Mei berpikir. "Um, apa alirannya menunjuk ke suatu tempat?"

"Tidak. Alirannya tidak beraturan."

Mei menghela napas.

"Hei, sejak kapan kalian pergi ke Creepwood?" Adit jengkel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Slytherin (SHI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang