Bab 16. Permintaan Maaf

43 15 20
                                    


"Aku percaya, semua akan indah pada waktunya."

-Nadya Aira Kahiri-

Selesai Adnan menyerahkan skripsi tersebut pada dosen universitas padjajaran. Adnan mendapat telpon dari Sarah, bahwa Hengky sedang di rawat di rumah sakit. Adnan segera memesan taxi online, karena jarak dari kampus ke rumah sakit, sangat jauh.

" Assalamulaikum, Nak, kamu harus ke rumah sakit sekarang! Ayah Nadya di rawat," ujar Sarah disebarang telepon.

" Wa'alaikummussalam, baik Umi, Adnan segera kesana." Adnan mengakhiri panggilan telpon tersebut.

Setibanya di rumah sakit, Adnan berniat meminta maaf atas kesalahpahaman tadi. Namun, Nadya menfiamkan dirinya. Adnan tak mendapat respon apapun dari Nadya.

"Assalamualaikum, Umi Nadya dimana?" tanya Adnan terlihat cemas.

"Wa'alaikummussalam," ucap semua keluarga.

"Nadya disana Nak, coba kamu bujuk dia, dari tadi dia nangis, Umi juga berusaha tenangin dia, tapi ya nggak mempan." ujar Sarah, Adnan menatap Nadya dari kejauhan. Adnan berniat meminta maaf, Adnan harus meluruskan masalah ini sesegera mungkin.

"Nad, kamu nggak papa? Maaf soal kejadian tadi, kamu salah paham." Adnan menatap Nadya penuh dengan kekhawatiran. Adnan melihat mata Nadya yang sembab, kebanyakan memendam masalahnya sendiri.

"Hmm." Nadya berdehem, sembari mendiamkan Adnan.

"Nad, sampai kapan kamu mau mendiamkan saya?" Adnan membujuk Nadya, apapun yang terjadi ia harus berbaikan dengan Nadya.

Nadya mengabaikan Adnan, Nadya memalingkan mukanya. Nadya melihat punggung tegap Kevin dari dekat. Nadya bergegas menemui Kevin. Jaga jarak dengan Adnan adalah hal yang tepat. Daripada harus merasakan sakit yang lebih dalam lagi.

"Kevin, tungguin gue." Nadya berlari ke arah Kevin. Merasa namanya terpanggil, Kevinpun menoleh.

"Nadya, kamu mau kemana? Itu Adnan kasian lho, masa jauh-jauh datang kemari kamu cuekin." Sinta menasehati Nadya.

"Nggak apa-apa Bun, lagian udah selesai ngobrolnya. Nadya ke taman dulu ya Bun?" pamit Nadya pada Sinta.

"Iya, jangan lama." Sinta menggelengkan kepalanya terkekeh melihat tingkah Nadya.

"Vin, nitip Nadya, gue mau ke kantor dulu, jaga adek gue baik-baik." Rafka menepuk pundak Kevin.

"Siap komandan." Kevin mengangguk senang.

Adnan menghembuskan napasnya gusar. Adnan menatap punggung Nadya. Raut wajah Adnan terlihat kecewa, Sarah dan Dika mencoba menenangkan anaknya. Sarah memberi pengertian pada Adnan. Namanya juga masih remaja, pasti Nadya labil. Apalagi Nadya keras kepala, susah di atur, tapi ada saja tingkahnya yang membuat Adnan menanyanginya.

"Adnan, kamu lagi marahan sama dia Nak?" Dika melihat anaknya yang tampak sedih, baru kali ini Adnan merasakan yang namanya jatuh cinta. Tapi, Adnan berusaha terlihat baik-baik saja.

"Iya Abi, Nadya salah paham, waktu itu Adnan kepergok Nadya waktu lagi nemenin Ayu tugas penelitian. Padahal Ayu kan sodara kita Bi, masa Adnan nolak bantuin sodara sendiri?" Adnan memeluk kedua orang tuanya. Biarkan saja orang lain mengatakan dirinya lebay. Adnan hanya butuh support dari kedua orang tuanya.

"Sayang, kamu emang baik mau nemenin sodara kamu tugas. Tapi emang kamu udah bilang sama dia dari sebelumnya? Harusnya kalau kamu jujur dari awal, mungkin Nadya tidak akan seperti ini." Sarah mengusap lembut bahu Adnan.

"Iya Umi, Abi, Adnan hanya bilang mau menyelesaikan skripsi Adnan. Adnan juga nggak tahu kalau Ayu lagi di Bandung. Mendadak banget Ayu nelpon Adnan."  Adnan bisa terbuka  kepada orang tuanya. Tapi mengapa? Jika didekat Nadya, ia merasa gugup, lidahnya kelu tak bisa menjelaskan apapun.

"Tidak apa-apa Nak, Umi dan Abi mengerti, nanti juga Nadya paham kok! Mungkin Nadya butuh waktu, ngertiin dia ya sayang?" Sarah menasehati Adnan dengan lembut.

"Nah, Abi setuju sama pendapat Umi." timpal Dika.

Beberapa menit setelah jalan kaki ... Kevin dan Nadya sampai. Mereka duduk dibangku taman tersebut. Nadya menceritakan setiap masalahnya pada Kevin. Nadya memanggap Kevin sebagai Kakaknya tidak lebih. Dulu mungkin Nadya menaruh hati pada Kevin, berbeda dengan sekarang rasa itu telah lama hilang. Dan posisi sekarang telah tergantikan oleh Adnan. Ya walaupun dirinya sedang marahan, tapi tetap saja ia rindu mengobrol dengan Adnan. Apalagi mendengarkan ceramah Adnan di masjid.

"Nad, lo kenapa sih? Keliatannya murung banget?" Kevin menyentuh kening Nadya.

"Gue, nggak apa-apa Vin." Nadya berbohong pada Kevin.

"Gue tahu lo bohong Nad, gue udah hapal betul sifat lo sejak SMA." Kevin mengusap rambut Nadya. Karena ini bukan di pesantren, jadi Nadya melepaskan kerudungnya.

"Vin, sebenarnya gue liat Mas Adnan sama perempuan lain. Mana asik banget bercandanya lagi." sorot mata Nadya mulai berkaca-kaca.

"Nad, lo cemburu?" Kevin menatap Nadya yang mencoba menahan tangisnya.

"Banget Vin! Gue bingung, apa gue harus percaya?" Nadya tak kuasa menahan air matanya, ia menangis sesenggukan di bahu Kevin.

"Hey, jangan nangis Nad, gue nggak suka liat lo cengeng karena laki-laki. Mana Nadya yang dulu selalu ceria? Gue bahkan kangen Nadya yang selalu tersenyum. Nad, apa dia udah coba jelasin?" Kevin menghapus air mata Nadya.

"Udah, tapi gue cuek sama dia, gue memalingkan muka gue, gue marah banget sama dia. Tapi, dia sabar banget sama sifat gue. Mas Adnan kayaknya tulus banget orangnya, pasti dia ilfil sama sifat gue." Nadya semakin terisak dalam tangisannya.

"Nad, harusnya lo berpikir positif, bisa jadi dia sodaranya ustadz Adnan. Logikanya gini Nad, masa iya ustadz Adnan yang selalu menajaga wudhu, selalu menajaga batasan dengan perempuan, tiba-tiba jalan sama perempuan yang bukan mahrom?" Kevin mencoba meyakinkan Nadya.

"Bener juga sih Vin, apa dia mau maafin gue ya? Gue kok bego banget sih." Nadya memukul kepalanya pelan.

"Yaelah, bego dipelihara Nad." Kevin menertawakan Nadya.

"Lo, gitu banget sama gue." Nadya mengerucutkan bibirnya sebal.

Tanpa mereka sadari, sejak tadi Adnan mendengar percakapan mereka. Adnan hanya khawatir, ia berjaga-jaga agar Nadya baik-baik saja. Kemudian, Adnan menemui mereka berdua, Adnan ingin memisahkan Kevin dan Nadya. Bisa dibilang Adnan cemburu melihat kedekatan mereka.

"Saya sudah memaafkan kamu Nad, ikut saya yuk, saya cuman ingin menjelaskan kesalahpahaman ini." Adnan mengajak Nadya.

"Lho, Ma-Mas Adnan kok bisa disini?" Nadya gelagapan, bisa-bisa Nadya salah tingkah.

"Nggak sengaja jalan-jalan." Adnan terkekeh geli, melihat Nadya gugup dihadapannya.

"Nggak sengaja apa nguping." Kevin memutar bola matanya jengah.

"Hus, nggak boleh bilang gitu Vin, dosa!"  Nadya memperingati Kevin, sembari memukul lengan Kevin.

"Aw, sakit Nad, lo mah KDRT." Kevin meringis pelan.

"Bidi imit, gue cabut dulu Vin, thanks sarannya. Yuk Mas, kita pergi dari sini." Nadya mengikuti langkah kaki Adnan. Nadya mengekori Adnan dari belakang.

"Giliran udah baikan aja gue dicuekin, giliran ada masalah aja larinya ke gue, padahal gue kabur dari bandung, cuman buat menuin lo, gue khawatir banget sama lo." Kevin bergumam sebal.


Annyeong hasaeyo guys
Kumaha damang?
Apakabar?
Gimana ceritanya seru kan? Pasti dong!
Kalian tim Adnan Or Kevin?
Kuy tinggalkan jejak
Instagram : daisylova04 🥰💘

Rumah Singgah Kean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang