Bab 22. Curiga

24 12 4
                                    


"I SWEAR II'L LOVE YOU, IN A DIFFERENT WAY."

(Aku bersumpah akan mencintaimu, dengan cara yang berbeda)

Q.S. Al-Ahzab (33):43

Adnan berjalan dengan mukanya yang tampak lesu. Ia hendak membuka pintu rumahnya, tapi Musdalifah mencegahnya. Misdalifah bilang ia sangat merindukan Adnan, Adnan melihat Musdalifah tanpa memakai kerudung ia menundukan pandangannya. Adnan heran, mengapa Musdalufah membuka kerudung syar'i nya? Bukannya dia yang paling taat diantara santri perempuan lainnya.

"Mas, habis darimana? Aku kangen Mas." Musdalifah bergelayut manja dilengan Adnan.

"Lho, kamu kenapa buka kerudung?" Adnan melepaskan tangan Musdalifah, yang bergelayut dilengannya.

"Biar Mas tertarik sama saya, Mas tertarik sama Nadya karena dia nggak pake kerudung kan?" tanya Musdalifah mendelik kesal.

"Subhannalah, tidak baik berburuk sangka, ikut saya, kita bicara ditaman." Adnan dan Musdalifah kini berada ditaman, karena ia tak ingin menjadi perbincangan seluruh santri.

Adnan sebenarnya ingin beristirahat sebentar, karena Musdalifah tiba-tiba menghampirinya, terpaksa Adnan harus menahan rasa kantuknya.

"Mas, kamu kenapa menolak lamaran saya?" tanya Musdalifah heran.

"Kan saya sudah bilang, kamu berhak mendapatkan yang lebih baik dari saya." Adnan memberikan pengertian pada Musdalifah.

"Musdalifah nggak mau Mas! Aku maunya sama kamu!" Musdalifah bersikukuh dengan keputusannya.

"Kenapa kamu buka kerudung? Bukannya kamu paling taat? Dan noda darah? Kamu habis darimana?" Adnan menyipitkan pandangannya, ke arah lengan baju Musdalifah terdapat bercak darah.

"Oo, ini bukan darah Mas, tapi pewarna pakian mirip darah." Musdalifah beralasan, ia takut aibnya terbongkar.

"Saya nggak percaya, jujur sama saya! Apa yang kamu lakukan?" tingkah Musdalifah membuat Adnan semakin curiga.

"Ini bukan apa-apa, Mas percaya deh! Udah ah, aku mau tidur dulu, udah malam juga, selamat istirahat Mas." sangkal Musdalifah, sembari berlalu pergi.

"Aneh, sepertinya saya harus mengawasi kamu." gumam Adnan.

Semalaman Kevin pingsan akibat pukulan balok kayu yang sangat keras. Pagi ini kesadaran Kevin mulai normal kembali. Perlahan Kevin mengerjapkan matanya, Kevin merasa kesakitan di punggung dan bahunya. Kevin bergegas menjalankan motor kesayangannya. Ia harus mengirim bukti ini pada polisi secepatnya! Sebelum terjadi hal yang lebih parah.

"Aw, punggung gue sakit banget! Sialan tu orang, liat aja kalau gue udah berhasil nangkep lo! Gue tonjok lo sampe babak belur! Nggak peduli lo cowok atau cewek!" gerutu Kevin, sembari menjalankan motor ninja kawasaki kesayangannya.

Dirumah sakit Nadya belum diperbolehkan pulang, karena lukanya belum sembuh total. Nadya ditemani Rafka, yang selalu sigap mengurus segala keperluan Nadya.

"Abang, kok Silvia, Sandra, Mira, Dinda belum jenguk Nadya?" Nadya menenggelamkan kepalanya diceruk leher Rafka.

"Abang udah telpon tadi, sebentar lagi mereka kesini, sabar sayang." Rafka mengelus pelan rambut Nadya.

"Bang, Nadya mau buah apel." pinta Nadya.

"Oke, buka mulutnya aaa." Rafka mengupas buah apel tersebut, sembari menyuapi Nadya.

Tak berselang lama, Kevin sampai dirumah sakit. Kevin berlari kedalam ruangan Nadya. Kevin sedikit ngos-ngosan. Kevin harus memberitahu Rafka secepatnya, perihal bukti yang sudah ia dapatkan.

Rumah Singgah Kean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang