Bab 12. Berulah

81 20 16
                                    

"Aku lelah merasakan perasaan ini. Aku lelah, berjuang sendiri tanpa kau lirik."
-Kevin Arya Diva-  

Selesai Teddy dan Kevin yang sudah mandi duluan, mereka disuguhi makanan tradisional Bandung, seperti peyem, sampe, comro, misro. Kevin mencicipi makanan tersebut yang menurutnya sangat enak.

"Makasih Pak bajunya."  Kevin dan Teddy serempak.

"Sami-sami Den, mangga atuh gera tuang, ini makanan tradisional bandung, ari kalian teh darimana?" tanya seorang perempuan—Isteri dari warga laki-laki yang kini menolong mereka.

"Kami, dari Jakarta cuman saya masuk Pesantren Sabilunnajah Bandung." jawab Kevin.

"Muhun atuh, teras gimana makannya enak?" tanya seorang warga laki-laki tersebut.

"Enak banget, saya jadi ketagihan lho." Kevin menyicipi makanan, menurutnya ini lebih enak dari junk food.

"Iya Pak, ini enak banget." ujar Teddy, sembari megunyah makanan.

"Kalau gitu, mau Mamang anterin Den? Sanes ngusir, cuman ini hampir mau magrib. Oo! Ya ini ada sedikit makanan buat kalian, sering main kesini ya Den." seorang laki-laki itu, membungkus makanan kedalam tupperware.

"Terimakasih banyak Pak! Tidak usah repot-repot makananya, kami bawa motor Pak. Kan motornya udah bersih, kami pamit. Assalamulaikum." saat Kevin hendak pergi, laki-laki tersebut memaksa Kevin membawa makanan itu. Mau tak mau Kevin menerimanya dengan sungkan.

"Wa'alaikummussalam, hati-hati Den." warga tersebut tersenyum tulus.

Beberapa menit lalu Kevin sampai di pesantren. Kevin melihat Nadya berjalan kearahnya dengan penuh ke khawatiran.

"Kevin, lo darimana? Gue nyariin lo." kata Nadya—ia menatap Kevin khawatir.

"Ada lah sedikit kecelakan, tapi gue nggak apa-apa. Dan ya, untungnya ada warga baik hati nolong gue." Kevin memastikan agar Nadya tidak khawatir.

"Syukurlah, terus lo sama siapa tadi?" Nadya berjalan disamping Kevin.

"Teddy, sahbat gue, tadinya sih—" Kevin menjeda ucapannya.

"Tadinya?" tanya Nadya, sebelum terjawab rasa penasarannya, Nadya akan terus bertanya.

"You know lah, lo tahu kan kebiasaan gue." Kevin menyentuh kerudung Nadya gemas.

"Ish, nyebelin Vin, ini tuh susah rapih tahu." Nadya cemberut.

"Yaudah, gue balik pondok dulu." Kevin tersenyum manis.

Mereka berjalan terpisah, pondok puteri dan putra memang beda arah. Santri wati memandang Nadya sinis. Mereka bergosip bahwa Nadya hanya mencari kesempatan untuk dekat dengan Kevin.

"Hey, kalian nyaho perempuan itu teh, kayaknya suka deh sama si Kevin." seorang perempuan tersebut berbisik.

"Iya deh, ganjen banget, so cantik." kata perempuan disebelahnya, menatap sinis kearah Nadya.

"Harusnya kan perempuan nggak boleh main sama cowok, lah dia berani amat deketin gebetan gue." seorang perempuan dihadapan Nadya, menatap tak jijik pada Nadya.

Rumah Singgah Kean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang