Bab 18. Nadya Menghilang

35 14 20
                                    


"Walaupun kamu bukan milikku, setidaknya bantulah aku, agar bisa melupakanmu."

-Kevin Arya Diva-

Setelah pulang dari rumah sakit, Adan dan Nadya berada di pesantren, Adnan ingin mengatakan pada Nadya bahwa beberapa hari lagi Adnan wisuda. Tapi, karena ada urusan yang belum ia selesaikan, terpaksa Adnan meunda mengatakannya pada Nadya. Adnan memberi nasehat agar Nadya tak lupa dengan kewajibannya sebagai perempuan. Walaupun Adnan belum melamarnya. Setidaknya, Nadya bisa belajar perlahan-lahan.

"Nad, saya cuman mau minta sesuatu sama kamu." lirih Adnan, ia harus mengatakan yang sejujurnya.

"Apa Mas?" Nadya mengerutkan dahinya.

"Kamu mau berhijab kan? Jangan pernah melepas kerudung kamu. Dan berhijab itu demi kebaikan diri kamu sendiri. Apalagi kalau udah nikah sama saya nanti, jangan buka urat ya Nad? Berhijab semata-mata karena Allah. Saya tidak ingin memaksa kamu, yang terpenting ada keingin dalam hati kamu." Adnan menasehati Nadya, tutur katanya sangat lembut. Nadya merasa Adnan memang paling cocok menjadi imamnya.

"Insya Allah, Nadya belum siap Mas ..." Nadya tersenyum tipis, sembari menunduk malu.

Adnan sangat bersyukur, setidaknya itu untuk kebaikan Nadya sendiri. Meskipun Nadya belum siap sepenuhnya berhijab. Tapi Adnan sedikit lega, Nadya mengatakannya dengan jujur. Adnan juga harus mengatakan apa yang mengganjal di dalam hatinya.

"Nad, memang saya bukan siapa-siapa kamu sekarang, tapi saya minta ... Bisakah kamu tidak terlalu sering berdekatan dengan Kevin? Saya bukan posesif, atau terbakar cemburu. Justru saya ingin kamu menjadi lebih baik lagi. Oo, ya! Satu hal lagi Nad, sebelum ada ikatan sah, lebih baik kita jangan terlalu sering bertemu, saya tidak ingin ada fitnah, kamu mengerti Nad?" lagi-lagi Adnan tersenyum tulus, membuat sang empu semakin berdebar tak karuan.

"Insya Allah, Nadya akan berusaha sebaik mungkin, Nadya sangat mengerti Mas. Terimakasih banyak nasehatnya, lagipula Nadya hanya ingin fokus pada study karier Nadya dulu. Nadya pengen Ayah bangga melihat Nadya diterima di fakultas impian Nadya."

"Alhamdulillah, syukurlah kalau kamu ngerti, saya pamit dulu ya ada urusan, assalammualaikum." Adnan berpamitan pada Nadya.

"Wa'alaikummussalam Mas." jawab Nadya.

Nadya menatap punggung Adnan yang sudah jauh. Oo,ya! Hampir saja ia lupa, bahwa Nadya harus mengambil handphonenya untuk mengabari Sinta—Bunda kandung Nadya. Tetapi, Nadya mendapat telpon dari nomer asing yang tak ia kenal.

Telepon yang sudah berdering daritadi akhirnya diangkat." Ini siapa ya?"

Sejenak, Nadya mendengarkan perkataan Orang yang menelopon dari lokasi lain, hingga kemudian, Nadya terkejut. "Tunggu, gue sekarang kesana!"

Sejak dokter mengatakan Hengky harus mendapatkan donor jantung, Rafka menemukan pendonor tersebut. Pendonor tersebut adalah seorang pemuda yang mengidap penyakit kangker stadium akhir. Sebagai permintaan terakhirnya, ia meminta Rafka merahasiakan identitasnya. Rafka mengucapkan terimakasih berkali-kali, Rafka sangat bersyukur ... Allah masih memberikan Ayahnya  kesempatan.

"Dokter bagaimana operasinya?" tanya Sinta penuh harap.

"Alhamdulillah, operasinya berjalan dengan lancar." dokter laki-laki tersebut memberikan kabar yang begitu bahagia.

Rumah Singgah Kean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang