Bab 14. Rumah Sakit

130 20 19
                                    

"Hal yang paling menyakitkan adalah. Ketika aku tahu, engkau bukanlah untukku."
-Nadya Aira Khairi-   

Sampai kedalam rumahnya. Nadya sangat gembira bisa berkumpul kembali. Nadya rindu kebersamaan kumpul keluarga.

"Ayah, Bunda, Abang ... Nadya kangen sama kalian." Nadya berteriak kedalam rumahnya. Mereka tidak mengetahui bahwa Nadya kabur dari pesantren.

"Lho, kok kamu pulang Nak?" Hengky bertanya pada Nadya.

"Bukannya pulangnya nanti ya? Satu tahun sekali? Ini belum satu bulan lho." Sinta mencurigai Nadya. Ia hapal betul kelakuan Nadya sejak kecil.

"Terus handphone kamu mana Nad?" Rafka melihat Nadya membawa tas selempeng. Tapi, ia tak melihat Nadya memegang handphone.

"Nadya udah izin dan katanya boleh, jadi yaudah." Nadya beralasan.

"Oh gitu, awas aja kalu ketahun bohong ... Ayah sita semua fasilitas kamu." kali ini Hengky sangat serius dengan ucapannya.

"Enggak Papa sayang, masalah handphone Nadya, ketinggalan dirumah Umi sarah." seribu alasan Nadya gunakan, agar orang tuanya dan Rafka percaya.

"Yasudah, Abang mau berangkat kerja ... Asalamulaikum." Rafka mencium pumggung kedua idang tuanya.

"Wa'alaikummussalam." jawab kedua orang tuanya.

"Bang, Nadya nggak akan di sun." Nadya terlihat malu mengatakan hal itu pada Rafka. Padahal Rafka adalah Kakak kandungnya.

"Kangen sama Abang Nad? Yaudah Abang pergi ke kantor dulu, baik-baik disini Nad." Rafka mengecup pipi Nadya.

"Hati-hati Abang sayang." Nadya berteriak, sembari melambaikan tangannya.

"Nad, kamu beneran udah izin kan?" Sinta memastikan kebenarannya.

"Iya Bunda, yaudah Nadya keatas dulu, mau istirahat capek." Nadya pergi kekamarnya, rasanya rindu sekali.

Sinta dan Hengky merasakan firasat tak enak. Ada sesuatu yang mengganjal. Bebarapa menit kemudian. Telpon rumah Nadya berdering. Sinta mengangkat telpon tersebut. Sinta mendapat kabar dari Sarah bahwa Nadya kabur dari pesantren tanpa izin terlebih dahulu.

"Hallo, saya Sarah pemilik pesantren Sabilunnajah Bandung. Saya cuman ingin tahu, apakah Nadya ada disana? Soalnya ... Nadya pergi tanpa memberitahu kami." Sarah terlihat khawatir, setelah mengatakan hal tersebut.

"Bukannya Nadya bilang dia sudah izin?" Sinta terkejut bukan main.

"Tidak Bu, bahkan semua baju Nadya masih di asrama Puteri," ujar Sarah.

"Terimakasih ya Bu Sarah, nanti Nadya pasti pulang ke pesantren secepatnya."

"Yasudah kalau begitu saya tutup telponnya. Assalamualaikum." Sarah mengakhiri pembicaraan tersebut.

"Wa'alaikummussalam." jawab Sinta.

Hengky segera memanggil Nadya dari atas kamarnya. Mengapa Nadya sering berbohong? Itu membeuat Hengky merasakan pusing dikepalanya. Hengky dan Sinta menasehati Nadya diruang keluarga.

"Nadya turun kamu! Ayah sama Bunda mau berbicara sebentar!" Hengky berteriak kesal.

"Apalagi sih Ayah?" Nadya turun dari kamarnya.

"Duduk! Ayah mau kamu jujur." Nadya duduk disofa khusus keluarga.

"Jujur apa sih Yah? Aku ngantuk tahu." Nadya menguap.

Hengky berusaha menahan amarahnya. Karena Hengky tidak ingin menyakiti hati anaknya. Hengky berusaha sabar. Selama ini apakah dia kurang mendidik Nadya dengan benar? Ataukah Nadya salah pergaulan. Dahulu Nadya tidak sepee
rti itu ... Tetapi, semenjak ditingalkan almarhumah Neneknya. Nadya menjadi seorang gadis pembangkang.

Rumah Singgah Kean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang