Bab 2. Dihukum Bersama

141 40 18
                                    

"Jangan pernah mengharapkan sesuatu yang belum pasti. Karena, itu sangatlah menyakitkan."
-Kevin Arya Diva-

Kevin berjalan menuju danau belakang sekolah, kevin berteriak frustasi.

"Argh, kenapa cinta harus serumit ini? Gue nggak butuh lo Nadya!" Kevin melempar batu kerikil ke dalam danu tersebut. Kevin menjambak rambutnya kesal.

"Yakin lo? Nggak butuh Nadya? Nanti nyesel lo." Rizky mencoba menggoda Kevin.

"Apaan lo, dateng-dateng kagak di undang, pulang kagak di antar, sok tahu urusan gue lo, dahlah pulang sana." Kevin mengusir Rizky, karena ia ingin sendiri tanpa di ganggu oleh siapapun.

"Heh Vin, lo tuh sahabat gue, kalau lo kenapa-napa, gue sama yang lain juga khawatir," sahut Teddy penuh penekanan.

"Nggak usah so care lo, Teddy bear, dah sono pergi." Kevin memaksa mengusir Teddy.

Teddy harus banyak bersabar menghadapi sikap Kevin yang kurang asem. Teddy mengelus dadanya, mengontrol emosinya, agar tidak terjadi masalah.

"Yaudah gue balik, bae-bae lo disini," seru Rizky dan Teddy, seraya mengelus dadanya sabar.

"Hem." Kevin hanya bergumam.

Setelah insiden kemarin, Nadya merasa ia butuh healing untuk mengistirahatkan pikiran dan hatinya. Nadya berencana pergi ke mall bersama sahabatnya.
Karena Nadya adalah holang kaya, jadi Nadya bebas belanja memakai black card.

"Guys, yuhu belanja yok, gue yang traktir." Nadya mengajak ketiga sahabatnya pergi ke mall.

"Seriusan lo? Kesambet apaan lo Nad?" Silvia tercengang dengan perkataan Nadya.

"Ye, lo mah gitu sama gue." Nadya menjitak pelan kepala Sivia.

"Elah, jangan bilang lo butuh healing, makannya ngajak kita bertiga?" Dinda menebak apakah pikirannya benar atau tidak.

"Itu lo tahu, dah lah cabut ayok." Nadya terburu-buru menjalankan mobil sport miliknya. Didalam mobil Nadya, mereka bertiga asik bercanda riang.

Akhir-akhir ini Kevin terlihat gelisah, entah apa yang dipikirkannya sehingga dia mondar-mandir tak jelas, berkali-kali Kevin mengecek LINE, namun tak ada notif sama sekali. Ada sesuatu yang mengganjal dihatinya. Tapi apa? Entahlah bagi Kevin semua terasa membingungkan.

"Vin, lo dari tadi mondar-mandir nggak jelas, ngapain sih?" Revan mengamati gerak-gerik Kevin.

"Lo, lagi nungguin notif pesan dari Nadya yakan?" sudah Rizky duga, hatinya memang tak bisa di pungkiri, bahwa Kevin memikirkan Nadya.

"Tinggal ngaku aja sih Vin, jangan digedein tuh gengsi, yang ada entar malah nggak jadi-jadi," kata Revan blak-blakan.

"Cakep, gue setuju sama lo." Teddy mengacungkan jempolnya.

"Berisik! Gue lagi pusing nyet!" Kevin memijat pelipisnya.

Transmart —Jakarta

Dua jam kemudian ... Selesai sudah Nadya memilih barang-barang branded, dari mulai, tas, baju high heels, dan lain-lain. Saatnya Nadya membayar semua tagihannya dengan black card, fasilitas yang diberikan Ayahnya.

"Gimana lo pada udah puas belanja barang-barangnya?" tanya Nadya kepada ketiga sahabatnya.

"Udah semua kayaknya, tinggal bayar Nad," kata Silvia, yang melirik barang-barang milik Dinda dan Mira yang sudah penuh.

Nadya mengangguk mengerti, Nadya membayar black card tersebut ke meja kasir jika di hitung total semuanya kira-kira 20.000.00 juta, lengkap dengan belanjaan Nadya. Satu jam kemudian ... Nadya sampai dirumahnya, tiba-tiba Ayahnya mengomeli Nadya karena pulang terlalu larut.

Rumah Singgah Kean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang