Bab 19. Believe Me Please

33 16 17
                                    


"Kamu ganteng, belleve me please!"

-Nadya Aira Khairi-

Satu hari setelah operasi Hengky lancar. Sengky sudah siuman, selama beberapa hari koma. Hal yang pertama Hengky pertanyakan, puterinya—Nadya. Sinta bingung harus mengatakan apa? Karena Rafka bercerita bahwa Nadya menghilang. Dan sampai sekarang belum ada kabar perihal Nadya. Sinta mencoba berbagai alasan untuk meyakinkan Hengky. Bahwa Nadya baik-baik saja.

Hengky menghentikan Sinta yang ingin menyuapinya," Bun, Ayah kangen Nadya, dia kemana Bun?"

Sinta terdiam kebingungan, " Nadya baik-baik saja Yah, dia lagi dipesantren."

Hengky mendelik curiga," Bunda nggak bohong kan?"

Sinta tersenyum hangat, ia menyuapi Hengky bubur ayam." Ayah nggak percaya sama Bunda?"

Hengky tertawa kecil, ia senang sekali menjahili isterinya." Ayah bercanda Bun, tapi tetep aja Ayah pengen ketemu Nadya!"

Sinta menghela napasnya, seraya mengusap kening Hengky lembut." Ayah, jangan sekarang ya? Nadya harus fokus sama pelajarannya, Ayah sembuh dulu ya? Baru nanti Bunda ajak Ayah bertemu Nadya."

Hengky terkekeh gemas," Iya Bunda sayang, Ayah kangen Bunda, gimana kalau kita buat adik baru untuk Nadya?"

Sinta memukul dada bidang Hengky sangat pelan," Ayah, baru sembuh melantur nggak jelas!"

Hengky tertawa lebar melihat tingkah lucu Sinta." Bunda sayang, Ayah serius! Bunda nggak kangen sama Bunda."

Sinta berpura-pura merajuk," Bodo amat, makan sendiri aja, pusing mikirin Ayah!"

Rafka, Silvia dan Kevin menjenguk Hengky, ia ingin melihat bagaimana kondisinya. Mereka tak sengaja melihat tingkah mesra suami isteri tersebut. Rafka menutupi mata Silvia, Rafka dan Kevin memutar bola matanya jengah. Mereka tahu, kedua insan itu tengah merindukan kasih sayang. Tapi, tahu tempat juga kali! Silvia yang merasa aneh, ia melepaskan tangan Kevin dari matanya.

Rafka menyindir secara halus," Kalau mau mesra tahu tempat dong!" Kevin dan Silvia hanya menggelengkan kepalanya.

Kedua insan itu tertawa lebar," Nanti juga kamu ngerasain Bang."

Sinta dan Hengky saling bertatapn penuh arti. Mereka tahu Silvia sahabat Nadya. Tapi, mereka tak pernah menyangka Rafka menaksir daun muda. Umur Rafka 22 tahun, sedangkan Silvia 17 tahun. Yang sebentar lagi lulus school.

"Halo, Om dan Tante apakabar?" Silvia menyalami punggung tangan Sinta dan Hengky.

Mereka menyambut Silvia hangat,"Halo juga sayang."

Tak lupa Kevin menyalami punggung tangan mereka," Apakabar Om dan Tante?"

"Alhamdulillah, kami baik Nak." sahut Hengky.

"Alhamdulillah, syukurlah." Kevin tersenyum.

Hengky melihat penampilan Silvia menurutnya sangat sopan. Walaupun tak berjihab.

Hengky bertanya secar tiba-tiba, "Kamu calon isterinya Rafka Nak?"

Silvia mengangguk tersipu malu," Iya Om, Tante."

Celetuk Hengky pada Sinta,"Cantik ya Bun, nggak salah Rafka memilih menantu."

Ujar Sinta dengan gelak tawanya."Cepet nikah Bang, kita pengen cept gendong cucuk."

Rafka menggeleng tak habis pikir,"Ish, Bun, Yah, tunggu Silvia lulus kuliah, biarin dia kerjar impiannya."

Hengky mengedipkan sebelah matany, sembari melirik Sinta,"Kelamaan, tunggu Silvia lulus SMA aja ya kan Bun?"

Rumah Singgah Kean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang