SIDE STORY 1 - BAGIAN 2

147 9 1
                                    


Felix menunggu lebih dari 5 menit untuk putra dan sepupunya kembali... tapi jelas itu tidak akan terjadi.

Setelah menggaruk wajahnya dan menghela nafas berat, dia menoleh.

Di kamar yang didekorasi sepenuhnya oleh Mickey Mouse, di tempat tidur yang ditinggalkan Benjamin beberapa menit yang lalu, Isaac menatap Felix. Tatapannya menyerupai Obsidian dan bibirnya membentuk garis lurus sempurna. Sang Alpha membuka mulutnya tetapi dia hanya bisa kembali terdiam. Mereka akhirnya menyebabkan keributan dan anak itu terlepas dari pelukannya beberapa detik setelah diberi permen lolipop. Jelas dia akan terbangun... Tidak, atau mungkin dia tidak tidur sejak awal.

"Haruskah aku khawatir?" Isaac berkata.

Noah adalah orang ke-13 yang ditemukan Isaac berkeliaran di kamarnya. Bahkan Jack, yang terluka parah di pahanya, masih tertatih-tatih kesini sehingga dia bisa melihat Benjamin.

"Apakah semua orangmu memiliki kebiasaan buruk seperti itu?"

"Jangan khawatir, mereka hanya sedang bersemangat. Ini pertama kalinya kami memiliki anak yang tinggal di sini."

Felix mengira bukan itu masalahnya, dia menutup pintu sebelum mendekati tempat tidur Benjamin.

Isaac berbaring tengkurap dengan nyaman, dia mulai meregangkan tubuh dan membiarkan dirinya menguap.

"Aku mencoba untuk tidur dengan Benjamin agar dia terbiasa."

Isaac bergumam, membiarkan Felix mendekat dan menyisir rambut hitamnya dengan jari.

Sudah dua hari sejak dia pindah ke sini, tapi Benjamin masih pergi dan tidur dengan neneknya seperti hal yang paling normal di dunia. Bahkan jika Isaac mengatakan dia ingin tidur dengan bayinya mulai sekarang, Benjamin masih keras kepala. Bukan karena anak laki-laki itu membenci ayahnya, tetapi karena dia tidak terbiasa menghabiskan sepanjang hari bersama Isaac. Ketika dia mencoba untuk memandikan anaknya dan membaringkan anak laki-laki itu di sampingnya, Benjamin segera mengambil barang-barangnya dan langsung berlari ke kamar neneknya. Tapi apa yang bisa dia katakan? Ini adalah rutinitas sehari-hari dan sulit untuk dihilangkan bagi anak-anak.

Tidak lama setelah anak laki-laki itu lahir, dia harus meninggalkannya sendirian. Anak itu hanya dikelilingi oleh neneknya dirumah dan dia hanya memberi peran kecil.

Tapi sekarang situasi itu telah diperbaiki dan dia bisa menghabiskan seluruh waktunya dengan Benjamin. Sebenarnya dia tidak mengharapkan ini terjadi, jadi dia tidak bisa menahan perasaan sedih. Pertama-tama, Benjamin baru berusia empat tahun, dia tidak banyak tidur lagi. Ia selalu menghindarinya karena sudah tidak ngantuk lagi dan bermain game pasti lebih menyenangkan daripada berada di dekatnya. Anak itu akan pergi ke sekolah dan entah bagaimana caranya mengajak anaknya tidur Bersama dengannya.

"Waktu yang telah berlalu tidak bisa kembali. Aku merindukan saat bayiku masih bayi"

Dia dikejar oleh Cole sehingga dia tidak bisa menghabiskan waktu bersama Benjamin. Sedangkan sang anak sudah mulai tumbuh dan berkembang hingga saat ini sudah mencapai titik ini. Itu menyedihkan.

"Tidak pantas bagimu untuk mengatakan itu padaku. Aku bahkan tidak sempat melihatnya lahir."

Felix tersenyum, menyentuh tulang pipi Isaac dengan ujung jarinya sampai dia harus menghela nafas. Dia menatapnya dengan ekspresi tidak nyaman.

"Aku..."

"Tapi meskipun itu disayangkan, tidak ada yang bisa kita lakukan tentang itu, bukan? Tapi sebaliknya, kita bisa tahu bahwa kita punya banyak waktu di depan kita. Dan kita akan tetap bersamanya, menemaninya dalam segala hal."

DEAR BENJAMIN : VOLUME 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang